Beranda / Lain / Ambilah Gaji Suamiku! / Mendapatkan Bantuan Rere

Share

Mendapatkan Bantuan Rere

Penulis: Fhifhie_Zaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-03 09:37:27

Bantuan Rere 

"Siap bos. Mama siap- siap dulu ya, Riko tunggu disini saja." 

Aku segera keluar dari kamar putraku dan segera masuk kedalam kamarku. Mengganti pakaian dan merias sedikit wajahku. Mengambil tas dan kunci motor yang semalam aku meletakkan di meja rias. Netra ku tak sengaja melihat map biru ada di atas ranjang ku, segera aku mengambilnya dan membacanya sekilas. Mataku membulat kala apa isi dalam map tersebut. 

"Tak akan aku biarkan rencana kamu berjalan mulus, Mas."  Gumamku sambil meletakkan kembali map itu. 

Segera aku menghampiri putraku dan mengajaknya keluar pagi ini. Ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah, harusnya ia berangkat pukul 8 nanti. Tetapi aku sudah malas berada di rumah. Lebih baik keluar rumah pagi ini. Kulakukan sepeda motorku keluar komplek perumahanku, Riko begitu semangat untuk makan bubur ayam dekat sekolahannya, rasanya memang enak dan mantab. Aku saja selalu ketagihan jika makan disana. 

Setelah sampai, aku segera memesan 2 porsi bubur ayam spesial kesukaan kami tak lupa teh hangat. Riko sudah mengambil sate telur puyuh dan memasaknya. Ia begitu suka sate itu, 

"Enak?" 

"Enak banget, Ma," ucapnya dengan mulut yang masih penuh. 

Aku hanya tertawa melihat putraku. Dialah obat dari segala kesedihan-ku selama ini. Dialah penyemangat ku. Pesanan kami telah datang dan kami segera memakannya, begitu lapaknya, Riko makan bubur pagi ini. Ponselku berdering menandakan ada panggilan, segera aku cek siapa tahu dari karyawan atau ada hal penting lainnya. Ahhh ternyata hanya mas Adam yang menghubungiku. Pasti dia menanyakan kenapa aku pergi pagi- pagi tanpa berpamitan padanya. Dan akan marah- marah seperti sebelumnya. Segera aku silent ponselku dan kembali masukan kedalam tas. Aku malas mengangkatnya. 

Usai sarapan aku segera mengantarkan Riko ke sekolahnya. Lanjut ke butik menjahit gaun pengantin milik mbak Dinda. Aku akan sibuk seharian kali ini. Kulajukan sepeda motorku ke butik. Setibanya di butik aku segera memasukan motor ke garasi belakang tak ingin ketahuan jika aku berada di sini apalagi jika keluarga suamiku tahu bahwa butik ini milikku pasti akan menambah beban hidupku lagi. 

"Selamat Pagi, Bu Santi. Maaf di atas sudah ada yang menunggu, Ibu," kata salah satu karyawan yang ada di kasir.

"Siapa?" 

"Ibu Rere." 

"Owh, ya sudah aku naik dahulu. Terimakasih ya." 

"Tumben- tumbenan Rere kemari tak memberi kabar dahulu," batinku dan terus melangkah menaiki tangga dimana ruangan ku berada. 

"Re, kok gak kasih kabar kalau mau ke sini," ucapku kala sudah melihat sahabatku tengah duduk di sofa sambil menikmati camilan yang ada. 

"Cuma main kok, San. Sudah lama kita gak ketemu semenjak waktu itu. Eh bagaimana suami kamu?" 

"Ahh gak usah dibahas, Re. Aku lelah membicarakan mas Adam. Gak ada perubahan sama sekali. Makin lama makin bikin kesel," ujarku sambil duduk di sampingnya. 

"Kenapa gak cerai aja sih. Udah satu tahun loh kamu gak di kasih nafkah yang layak. Lagian biaya sekolah Riko juga kamu yang tanggung. Gak ada tanggung jawabnya sama sekali. Jaman sekarang gak usah bucin- bucin banget lah ama pasangan." 

"Aku bukan bucin sama mas Adam, Re. Aku hanya mikirin bagaimana nasib Riko kelak. Dia masih terlalu kecil melihat perpisahan kedua orang tuanya. Tapi kalau aku gak berpisah yang ada juga kasihan Riko. Setiap hari selalu melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Apalagi semalam Mama mertuaku mengatakan hal yang menyakitkan buatku dan Riko. Kamu jelas tahu sendiri bukan apa penyebab mertua-ku tidak menyukai, Riko." 

"Astaga itu mulut nenek- nenek gak ada remnya apa ya. Riko bagaimana?" 

"Dia menangis semalam mendengar perkataan, Mama. Aku juga merasa sakit sekali. Ini putraku, aku yang melahirkannya. Aku juga yang merawat dan mendidiknya. Bahkan suamiku sendiri tak terlalu menghiraukan putraku. Seolah putraku tak ada di hadapannya.... Tapi Riko selalu menanyakan Papanya, itu yang membuat aku bingung. Bertahan atau lepaskan,"  lirihku pada akhirnya. 

Kuhela nafas dalam, memijat pelipis ku yang terasa pening. Mungkin aku bisa bersikap biasa tetapi di hati dan pikiranku terasa banyak benan. Ya aku fokuskan untuk saat ini hanya pendidikan putraku. 

"Saran ku lebih baik berpisah saja, San. Mental, Riko, akan lebih terjaga. Lagi pul, Adam, juga masih bisa menemui, Riko kalau dia ingin sih. Kamu bisa menjelaskan pada, Riko, pelan- pelan. Seiringnya berjalannya waktu ia akan paham. Ia putra yang hebat dan pintar. Aku rasa ia akan memahaminya." 

"Itulah yang masih beban besar menjelaskan pada Riko, Re. Aku tahu dia memang hebat. Entahlah, Re. Aku mau fokus dulu sama pekerjaan aku kali ini. Kamu bantuin aku dong, Re. Pesanan orang penting ini," gurauku pada, Rere. Aku tahu dia dulu pernah sekolah di jurusan fashion design. Dia pula lah, yang membantuku mendirikan butik ini. Dia juga yang mengajari aku tentang fashion. 

"Hmmm mentang- mentang dapat pesanan sama mbak Dinda. Butik kamu bakal makin terkenal dan nama kamu juga makin bersinar setelah ini." 

"Ishhh kamu ini, Re. Yuk ke bawah, ke ruang jahit. Kemarin sudah aku pinta memotong kainnya. Kebetulan pas ada kain di toko." 

"Aduh tau gitu aku gak kemari. Padahal libur ingin nyantai." 

"Siapa suruh kamu kemari. Ayuk ikut aku. Bantuin aku," ajak ku pada, Rere. Lumayan bukan dapat bantuan dan masukan nantinya. Aku sendiri saja gugup mengerjakan pesanan ini. 

Aku dan Rere mengerjakan pesanan gaun pengantin milik mbak Dinda dan calon suaminya. Banyak juga masukan dari Rere agar menambah kesan lebih elegan dan mewah. Aku bersyukur atas bantuan Rere kali ini. Aku tak akan melupakan semua jasa- jasanya. 

Tak terasa jam makan siang telah tiba. Aku meregangkan punggung-ku. Capek juga menjahit gaun ini. Kulihat Rere pun juga melakukan hal yang sama. 

"Re, makan di cafe depan yuk. Aku traktir deh,"  ajak ku pada Rere. 

"Wah kalau di traktir mau dong," jawab Rere sambil tersenyum.

Aku dan Rere keluar menuju cafe depan. Memesan makanan untuk siang ini. Lapar juga karena tadi sarapan bubur. Aku memesan nasi rawon dan  segelas es kuwut. Sedangkan Rere memesan es bubble tea dan spaghetti. Kami menikmati makan siang bersama dengan saling bertukar pikiran mengenai gaun pesanan ku. Banyak sekali masukan dari Rere. Ada banyak pelajaran yang Rere berikan pada ku. 

Usai makan siang bersama dan menjalankan kewajiban ku, memohon petunjuk pada Sang Pencipta.  Aku kembali lagi ke butik. Kembali berkutat dengan mesin jahit. Walau lelah tetapi aku semangat mengerjakannya ini demi masa depan putraku. Kalau bukan aku siapa lagi yang aku harapkan. Ku lupakan sejenak masalahku bersama mas Adam dan fokus pada karir kedepanku. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Amaly
semangat untuk membahagiakan buah hati
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Berkebun Bersama

    Tak terasa waktu terus berlalu, gaun pesanan milik mbak Dian juga telah selesai. Merek puas sekali akan pekerjaanku. Aku bahagia dan bersyukur tak mengecewakan mbak Dian dan calon suaminya. Aku bahkan diundang ke acara pernikahannya yang digelar di sebuah hotel berbintang. Ada rasa bimbang antara hadir dan tidak hadir. Jika aku hadir bagaimana dengan, Riko. Acaranya saja malam hari, mana mungkin aku meninggalkan Riko sendirian dirumah. Ku hempaskan tubuh ini di atas kasur yang begitu empuk dan nyaman. Mata ini terpejam tanpa aku sadari. Adzan subuh sayup- sayup mulai berkumandang segera aku bangun dan segera membersihkan diri ini lalu segera melakukan kewajiban ku menunaikan dua rakaat. Hari ini hari libur, aku ingin bersantai sejenak di rumah sebelum besok kembali beraktivitas. Aku awali pagi ini dengan melakukan aktivitas bersih- bersih rumah dan tentunya memasak. Sudah lama aku tak membuatkan menu kesukaan, Riko. Mumpung mas Adam pergi entah kemana. Sudah hampir satu minggu ini i

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Perdebatan

    Perdebatan Malam ini aku habiskan waktuku bersama, Riko. Menemaninya menonton televisi sekaligus bercanda ria. Hidup kami sungguh nyaman dan damai tanpa adanya mas Adam. Aku seorang ibu sekaligus seorang ayah untuk anakku. Aku harus bisa memberikan kasih sayang lebih untuk putraku. "Ma, Mama kok gak beli mobil kaya Papa. 'Kan Mama bisa beli mobil sendiri. Butik milik Mama juga ramai." "Hmmm mobil? Memangnya Riko mau punya mobil?" tanyaku pada Riko."Mau, Ma. Teman- teman Riko pada diantar naik mobil. Katanya Riko gak pantes sekolah disana karena Riko hanya di antar jemput naik sepeda motor." Deg… Hati ini tentu terkejut akan pengakuan putraku ini. Bagaimana bisa anak kecil mengatakan hal seperti itu. "Astagfirullah. Kenapa begitu? Mau naik sepeda motor atau mobil sama saja. Itu sekolah umum. Lagi pula mama bayar sekolahnya loh. Do'akan mama lancar terus usahanya dan dapat beli mobil sesuai keinginan Riko," ujarku dengan lembut. Mencoba memberikan pengertian pada anak seusia Riko

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mengusir Keluarga Suami

    Benar dugaanku, semua belum dibereskan. Bahan pakaian kotor telah menggunung di tempat cucian. Padahal di rumah ini ada mesin cuci. Pakaian tinggal dimasukan ke mesin sudah beres 'kan. Ibu dan anak sama saja meresahkan. "Santi kamu sudah pulang. Itu pakaian jangan lupa di cuci. Pakaian kotor sudah satu minggu, bau." "Kenapa gak kamu cuci sendiri. Bukankah ada mesin cuci mas. Aku capek mau istirahat," jawabku sambil berlalu meninggalkan mas Adam yang masih bengong di tempatnya. Seharusnya pagi ini aku ke butik, namun urung karena ingin melihat apa yang dilakukan keluarga suamiku. "Santi! Kamu istri macam apa seperti itu. Adam menikah lagi baru tahu rasa kamu!" cibir Ibu mertuaku"Oh.. silahkan ma. Silahkan jika mas Adam akan menikah lagi. Tapi sebelum itu, ceraikan aku terlebih dahulu," jawabku dengan semangat."Stop! Apa- apaan sih kamu, San. Kita gak akan berpisah," elak mas Adam. "Mama juga, jangan memperkeruh suasana deh. Aku masih mencintai Santi. Sampai kapanpun aku tak akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-30
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Mengembalikan Uang DP

    Sumpah serapah bahkan hinaan dan kata- kata yang tak pantas keluar dari mulut Mama mertuaku, bahkan Mbak Dani dan juga Johan ikut berkata- kata mengimbangi, Mama mertua. Hanya Mas Adam yang tak pergi dari rumah ini, ia masih berada di dalam rumah. "Apalagi, Mas. Kenapa gak ikut keluarga kamu pergi dari rumahku." "San,aku itu suami kamu. Apa pantas kamu berbicara seperti itu? Ingat,San surgamu ada padaku. Bukan pada orangtuamu lagi. Kamu sudah menjadi istriku. Kamu harus patuh pada perintahku." "Perintah yang bagaimana dahulu, Mas. Perintah yang membuatku sengsara dan menyesalinya seumur hidupku? Aku tak sudi melakukannya, Mas!" "Kamu keras kepala,Santi. Aku menyesal menikahi kamu!" "Sama. Aku juga menyesal bersuamikan kamu, Mas! Aku sangat menyesal." Hardik ku tak mau kalah dengan, Mas Adam. Mas Adam keluar dengan membanting pintu rumah ini. Seketika aku terlonjak kaget. Astagfirullah... Ya Allah ... Maafkan hamba mu ini yang telah berdosa. Berkali- kali aku beristigfar memohon

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-31
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Rumah Di Jual

    Rumah Di JualSore ini sepulang kerja,aku mampir dahulu ke toko kue langganan Santi. Membelikannya kue kesukaannya. Aku juga membelikan kue untuk Riko. Semoga ia juga menyukai kue pilihanku. Aku memang tak tahu apa kesukaannya. Semoga ini bisa mengambil hati Riko dan Santi. Mobil kulajukan menuju rumah dimana aku selama ini tinggal bersama Santi. Aku masih mencintai Santi. Makanya aku menolak jika harus berpisah dengannya. Ia wanita cantik, sholehah, dan juga pintar. Aku bahkan memintanya berhenti bekerja karena jabatannya lebih tinggi daripada aku. Aku malu, masa istriku lebih tinggi jabatannya dan juga gajinya. Berkat bantuan Santi pula aku bisa naik jabatan dengan mudah. Ia selalu membantuku dalam pekerjaan. Bahkan ia tak tahu jika aku sudah naik jabatan lagi dan gaji ku lebih besar dari sebelumnya. Seluruh gaji ku, semuanya untuk memenuhi permintaan saudara dan juga Ibuku. Bahkan sekolah Riko aku tak tahu bagaimana caranya Santi membayarnya. Paling juga dari uang bulanan yang aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-03
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Membeli mobil Baru

    Mobil Baru Entah ini salah atau tidak tindakan yang aku lakukan ini. Tetapi aku sudah tak sanggup jika harus terus menerus tertekan dalam pernikahanku. Walau rumah itu belum seutuhnya terjual, tapi setidaknya uang milik, Mas Adam telah aku kembalikan. Bahkan sudah aku lebihkan sedikit, kurang bagaimana coba aku sebagai istri. Seharusnya ia tak mendapatkan apa- apa atas rumah ini, tetapi demi kebaikan bersama mendingan aku kembalikan saja. Harga rumah ini juga tergolong mahal karena letaknya sangat strategis, banyak juga yang mengincarnya. Aku waktu itu sangat beruntung dapat membeli dengan harga yang murah. Apalagi rumah itu juga sudah aku renovasi sedemikian rupa hingga menambah nilai jual. "Kamu yakin,San mau bercerai sama Adam?" Tanya Rere. "Iya, Re. Aku yakin. Biarlah, Mas Adam kembali pada keluarganya. Biarlah gaji suamiku sepenuhnya untuk keluarganya. Aku sudah angkat tangan tak sanggup lagi." "Kamu yang sabar,Santi. Biar besok,Rere yang mengantar kamu ke pengadilan. Aku jug

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-04
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Turun Jabatan

    Turun Jabatan Disisi lain kini Adam tengah dilanda kebingungan yang amat mendalam. Ia tak dapat menemukan keberadaan istri beserta anaknya. Bahkan surat panggilan untuk sidang pun telah ia dapatkan. Danik terus saja memaksa agar Adam dapat menemukan istrinya. Ia juga bahan telah mengunjungi Ibu Mertua di kampung halaman istrinya. Berharap istrinya ada di sana dan dapat ia bujuk untuk kembali nyatanya hanya zonk. Kemarahan Mbak Danik makin hari makin menjadi apalagi semenjak istrinya pergi dan menjual rumahnya kini Adam tinggal kembali bersama Ibunya. Tiada hari kemarahan Ibunya ia rasakan. Pekerjaan pun banyak yang terbengkalai oleh masalah ini. "Adam, bagaimana ini? Ini sudah pertengahan bulan loh. Pemilik rumah itu juga sudah menagih terus menerus. Masa cari istri saja kamu gak menemukannya." "Mbak, aku sudah bolak balik mencari keberadaan Santi. Bahkan pekerjaanku pun banyak yang aku tinggalkan. Entahlah bos pasti akan marah besar nantinya. Aku ingin fokus dulu sama pekerjaanku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26
  • Ambilah Gaji Suamiku!   Menghadiri Pernikahan

    Menghadiri Pernikahan Konglomerat Malam ini adalah malam dimana Santi harus menghadiri acara pernikahan milik kliennya. Ia menitipkan putranya pada Rere sang sahabat. Ada rasa sungkan tetapi, Rere terus saja memaksanya untuk menitipkan Riko padanya. "Riko, ingat pesan Mama tadi ya. Mama tinggal sebentar, nanti mama jemput lagi." "Iya, Ma." "Kamu tenang saja, San. Riko anak pintar kok. Sudah kamu enjoy saja di acara Mbak Dinda. Riko aman kok sama aku.""Makasih ya, Re. Kamu selalu menolong dan membantu aku. Aku titip anakku." "Kaya sama siapa aja sih kamu itu, San. Sudah sana berangkat. Nanti telat loh." "Iya.. iya.. ya sudah aku pergi dahulu. Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Santi segera berangkat menggunakan mobilnya menuju gedung dimana acara pernikahan Mbak Dinda klien nya di adakan. Ia sebenarnya ingin mengajak Rere, tetapi sahabatnya itu tak mau. Ia memilih untuk menjaga Riko saja dirumahnya. Ingin tidak hadir tetapi ia tak enak menolak undangan khusus yang diberikan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-26

Bab terbaru

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 41

    Kehidupanku saat ini jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahagia? Jelas... Jelas aku bahagia dan bersyukur. Apalagi memiliki anak- anak yang begitu perhatian dan saling menjaga satu sama lain. Riko bertanggung jawab atas kedua adik- adiknya. Hanya saja aku sedih dan gelisah saat ini. Sekian tahun lamanya ternyata putraku belum bisa menghapus rasa itu dari dalam dirinya. Entah apa yang harus aku lakukan lagi. Pertemuanku dengan Mas Adam membuat hati ini menjadi dilema dan serba salah. Riko yang masih belum bisa berdamai dengan masa lalu terus menerus menolak bertemu dengan Mas Adam. Setiap kali aku membahasnya ia akan tetap menolaknya mentah- mentah. Aku sudah bertekad akan mendekatkan Riko dengan Mas Adam. Bagaimanapun ia masih memiliki hubungan darah dengannya. Jika mantan istri itu ada tetapi tak ada yang namanya mantan anak. Mas Faiz berjanji akan terus membantuku. Aku tak ingin di cap negatif dalam mendidik Riko. Riko lulusan pesantren dan lulusan perguruan

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 40

    Santi merasa ada yang memanggil. Ia segera menoleh dan betapa terkejutnya ia melihat orang yang memanggilnya. Mengatur nafasnya dan berusaha bersikap santai dan biasa melupakan ketegangan malam itu. "Loh Mas Adam sama siapa?" "Aku mengantar Johan dan istrinya. Katanya ingin berbelanja, itu mereka ada di butik kamu. Kebetulan aku sedang cari tempat makan malah ketemu kamu disini." "Oh,,, kebetulan kami habis makan disini bareng anak- anak." "Mana suami dan anak- anak kamu. Apa ada Riko,San?" "Hmmm suamiku baru di toilet dan anak-anak sudah menuju butik katanya mau ambil barang." "Riko? Berarti ia ada di butik kamu?" "Riko...." "Ma... Aku sudah selesai, ayo kebawah. Ayah biar nyusulin kita aja." Seketika Adam menoleh dan melihat putranya berada tepat di belakangnya. Rasa haru dan bahagia terpancar dari wajah Adam. Sekian lama mencari kini ia bertemu dengan putranya kembali. "Riko..

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 39

    Adam segera memarkirkan mobilnya kebetulan halaman rumah Ibunya cukup luas. Bahkan 4 mobil pun cukup di halaman depan rumahnya. Dengan pelan tapi pasti Adam memasuki rumahnya. Tampaklah anak kecil yang masih bermain di ruang tamunya rambut ikalnya dengan pipi yang gembul, belum lagi gigi di bagian depan yang membuatnya mengemaskan. 'Kenapa ada anak kecil dirumah ini? Anak siapa ini?' Gumam Adam sambil terus memperhatikan tingkah lucu anak di depannya. "Mas.. ayo masuk. Didalam ada anak- anak Mbak Danik. Maaf Mas, Alika ini suka sekali bikin berantakan." "Ini anak kamu, Wi. Kapan kamu datang?" "Iya, Mas. Ini Alika anakku dan Mas Johan. Kami datang tadi pagi. Sekitar jam depalanan. Oh Oya itu Mama dan Mas Johan ada diruang makan bersama kedua anak Mbak Danik." "Baiklah. Aku ke kamar dahulu sebelum menemui mereka." Adam segera berlalu. Sebelum benar- benar berlalu ia sempat mencium pipi gembul Alika. Ia sungguh terpesona

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 38

    "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Jawab Bu Tari dan Mbak Danik bersamaan. Bu Tari segera melangkahkan keluar guna melihat siapa tamu yang berkunjung pagi ini. "Johan... Widi. Ayo masuk, kok gak bilang dahulu kalau mau pulang." "Kejutan untuk Mama. Sudah lama kami gak pulang kemari." Kata Widi istri dari Johan."Widi, anak ini..." "Iya, Ma. Ini anakku dan Mas Johan." "Mama punya cucu perempuan. Danik... Danik kemari, lihat lah ini. Mama punya cucu perempuan,Danik. Terimakasih Ya Allah, akhir ya aku punya cucu perempuan juga." "Johan, Widi apa kabar kalian." "Kabar baik, Mbak. Mbak sendiri bagaimana?" "Seperti yang kamu lihat. Mbak baik dan sehat." "Alhamdulillah kalai begitu, Mbak. Oh iya, Mas Adam kemana? Masa sepagi ini udah berangkat ke kedai?" "Ada baru menemui Santi dan Riko. Kebetulan kan mereka ada di Jakarta." Jawab Bu Tari dengan semangat. "Alhamdulilla

  • Ambilah Gaji Suamiku!   Part 37

    Pov Santi Aku tak menyangka di usiaku yang tak lagi muda ini Allah masih memberikan aku karunia-Nya. Sungguh- sungguh karunia yang begitu indah bagiku. Sengaja aku tak memberitahu langsung suamiku, anak- anak dan keluarga besar ku maupun keluarga suamiku. Aku ingin membuat kejutan untuk semaunya nanti waktu perayaan anniversary Butik dan Bridal ku yang di Jakarta. Beruntungnya aku di Butikku ada Siska yang sangat aku percaya, ia mau tak mau juga membantuku menyembunyikan kehamilanku untuk sementara waktu. Jika Mas Faiz mengetahuinya pasti ia akan melarang ku untuk melakukan apapun. Sejujurnya aku sangat beruntung memiliki suami seperti Mas Faiz. Ia sangat peduli dan perhatian penuh denganku. Apalagi jika tahu aku hamil lagi, ia memang menginginkan punya banyak anak. Untung saja kehamilanku kali ini tak membuatku harus sekalu ada didalam kamar sepanjang hari. Kehamilanku kali ini masih bisa membuatku beraktifitas seperti biasanya. "Bu Sant

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 36

    Tak terasa hari perayaan anniversary butik Santi diadakan. Santi dan keluarganya menggunakan baju dengan warna yang senada. Baju itu telah Santi rancang dan buat sendiri spesial untuk malam ini. Putranya juga terlihat gagah dan semakin tampan mempesona. "MasyaAllah anak Mama makin ganteng aja." "Iya dong Ma, siapa dulu ayahnya. Ayah Faiz." Gurau Riko sambil tersenyum dan terus menempel dengan Faiz. Sikap Riko terhadap Faiz memang berbeda, sedari kecil ia sangat manja dengan Faiz. Andai sejak dahulu aku bertemu dengan Faiz, mungkin kebahagiaan ini jauh lebih sempurna. Tak ada kesakitan atau kepahitan hidup ini yang begitu membekas di hati. Apakah Riko telah melupakan Papa kandungnya? Entahlah aku hanya berharap Riko tetap mengingat siapa Papa kandungnya dan berharap suatu saat nanti ia akan berbakti kepadanya juga. Aku tak ingin dianggap Ibu yang mencoba menghilangkan ingatan Riko tentang Papa kandungnya. Walau sejujurnya Mas Adam tak pernah sedikit

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 35

    "Pa... Papa baru sadar akan kehilangan sosok Mama dan aku. Papa baru menyesalinya sekarang saat Mama sudah bahagia. Papa Adam memang Papaku, tapi rasa sakit hati ini masih membekas dan selalu kuingat. Bagaiman perlakuan Papa terhadapku dan Mama. Papa lebih sering menyakiti Mama, membuatnya menangis dan bersedih. Papa berharap bertemu denganku dan Mama sekarang. Berharap ingin bertanggungjawab atas diri ini... Aku gak akan biarkan Papa bertemu Mama lagi. Aku memilih dimarahin Mama daripada membiarkan Papa bertemu Mama dan merusak kebahagiaan Mama. Cukup Ayah Faiz yang menjadi ayahku. Hanya dia ayahku." Geram Riko yang kebetulan ia habis bertemu kliennya dan menikmati es durian di kedai milik Adam. Riko segera bangkit dari duduknya tak lupa ia mengenakan kembali kaca mata hitamnya. Segera ia melangkahkan kakinya keluar dari Kedai Durian milik Adam. Ia hanya meminta sekretarisnya yang membayar ke kasir dan ia memilih menunggu di mobil. "Seandainya aku tahu

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 34

    Pukul 2 dinihari Santi dan Faiz sudah bangun dari istirahatnya. Santi dan Faiz selalu menjalankan sholat tahajud bersama didalam kamarnya. Selalu ada perlengkapan sholat didal.kamar mereka. Ada riwayat yang menganjurkan suami atau istri untuk membangunkan pasangannya dan melakukan shalat malam bersama. “Barang siapa yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian mereka berdua melaksanakan shalat dua rakaat secara bersama, maka mereka berdua akan digolongkan ke dalam lelaki-lelaki dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah.” (HR Ibnu Majah, al-Nasa`i, al-Baihaqi, dan al-Hakim). Usai menjalankan sholat bersama dan memohon kepada Sang Pencipta. Santi maupun Faiz mengaji bersama. Sudah menjadi kebiasaan keduanya usai menunaikan sholat tahajud. "Kenapa berhenti, Dek." Tanya Faiz yang tengah menyimak bacaan Al-Qur'an istrinya. "Astagfirullah, Mas. Aku lupa kalau pagi ini aku akan menyiapkan sarapan untuk Santri- Santri

  • Ambilah Gaji Suamiku!   part 33

    Waktu terus berputar, hari, bulan dan tahun terus bergulir. 15 tahun sudah Santi mengarungi bahtera rumah tangga bersama Faiz suami keduanya. Segala rintangan dan ujian telah ia lewati bersama. Santi dan Faiz telah dikarunia 2 orang anak perempuan yang kini keduanya juga mengemban ilmu di pondok pesantren milik kakeknya. Santi sendiri juga memilih tinggal di Jogja. Bahkan Santi juga telah membuka cabang butiknya di Jogja. Sedangkan butik utama ia percayakan sepenuhnya pada Rere. Walau Faiz adalah seorang anak Kiyai tetapi kedua orangtuanya tak mempermasalahkan pekerjaan Faiz diluar sana. Usaha Faiz yang berkembang pesat berdampak pula dengan perkembangan Pondok Pesantren milik Ayahnya. Faiz dan Santi sama- sama membangun dan memperluas Pondok Pesantren milik Kiyai Ahmad. Faiz juga kerap mengajar Santri- Santri yang berada di Pondok tentang usaha dan bisnis sebagai selingan para Santri belajar. Shakila Adiba Atmarini adalah perempuan pertama Santi dan Faiz sedangkan ya

DMCA.com Protection Status