Share

bab 2

Penulis: Author Rina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-20 14:04:05

Bab 2 Aku Bukan Gembel

Tak lama kemudian notifikasi m Bankingku berbunyi dan sejumlah uang yang aku minta telah masuk ke rekeningku. Sebenarnya aku selalu mendapat transferan tiap bulan dari papaku. Tapi, aku sengaja pura-pura miskin di depan suamiku untuk menguji tanggung jawab Mas Dirga, aku mencoba bertahan walaupun hanya dijatah sisa gaji yang tak seberapa olehnya.Semua aku lakukan untuk menguji sejauh mana tanggung jawab suamiku, bisakah dia menjadi lelaki yang bertanggung jawab atau tidak. Namun, kali ini kesabaranku telah habis, mas Dirga sudah keterlaluan dengan melempar uang diwajah ku, padahal aku hanya meminta hakku saja.

"Bu, dapat?" tanya anakku dengan mata yang berbinar. Sepertinya dia berharap akan memakai sepatu baru esok hari agar teman-temannya tak lagi mengejeknya. maklum anak disini reseh dan usil jadi saat melihat anakku memakai sepatu bolong pasti akan menjadi bahan ejekan bagi mereka.

Aku tersenyum dan kuusap lembut kepalanya.

"Dapat, habis ini kita pergi ke mall ya," jawabku dengan tersenyum getir.

Dari kecil Aida memang selalu dibedakan oleh Mas Dirga, dia tak pernah sekalipun perhatian pada Aida bahkan ketika Aida sakit dan memerlukan perhatian darinya Mas Dirga terkesan cuek, bahkan lebih mementingkan acara ulang tahun anak kakaknya. Aku ingat betul hari itu aku meminta diantar ke rumah sakit dan Mas Dirga menolak.

"Aku gak ada waktu untuk mengurus anak kamu yang sakit-sakitan itu, dari bayi sampai gede sakit melulu gak ada sehatnya," ucap Mas Dirga yang membuat aku langsung megurut dada. Entah dimana hati nuraninya, apa dia pikir Aida juga mau sakit terus.

"Mas, sakit itu ujian, gak ada orang di dunia ini yang mau sakit termasuk Aida, lagipula dia itu anak kita mas, seperti apapun dia, kita harus terima karena memang itulah anak yang dititipkan Allah pada kita," jawabku dengan nada sebak.

"Kalau boleh aku memilih aku gak mau punya anak sakit-sakitan seperti dia, nyusahin orang aja. Bisa-bisa uang aku habis demi anak kamu yang tak berguna itu."

Aku melongo mendengar ucapan suamiku, tak percaya ada orang tua yang mampu berkata seperti itu pada anaknya.

"Ya Allah mas, sama anak sendiri kamu perhitungan mas sedang dengan Galang yang notabenenya hanya keponakan kamu, kamu jadikan dia anak mas, bukan aku gak tau ya mas, hari ini kamu bahkan membelikan hadiah mainan seharga jutaan kan buat Galang?" Aku menatap suamiku dan memang itulah kenyataannya. Mas Dirga membelikan mobil-mobilan remote seharga dua juta.

"heh, berapa kali aku peringatkan sama kamu, itu urusanku, aku yang nyari duit jadi mau aku kasih ke siapa uang itu. kamu dan anak kamu itu nggak punya hak apa-apa, berapa kali juga aku tegaskan sama kamu. Kamu jangan berharap lebih karena kamu hanya orang asing yang kebetulan numpang hidup denganku beda dengan Galang, dia keponakanku, ada darahku yang mengalir dalam darahnya. ngerti kamu!" ucap mas Dirga yang membuatku menggeelengkan kepala, Bagaimana bisa Suamiku bicara seperti itu. Apa dia lupa kalau Aida adalah benihnya.

"Kamu bilang aku dan Aida itu orang asing Mas kalau aku mungkin orang asing tapi kalau Aida, nggak pantas kamu bicara seperti itu, karena Aida itu tumbuh dari hasil benih kamu!" geramku. Dadaku terasa sesak bahkan hendak meledak rasanya.

"Terserah apa yang kamu katakan. Pokoknya aku nggak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya pengobatan anakmu, bodo amat sama anak kamu itu , aku capek. Lagi pula aku sayang sama uangku, lama-lama uang yang aku kumpulkan tiap hari itu bisa habis hanya untuk memberi pengobatan sama anak kamu yang sakit-sakitan itu!"

Kuggigit bibirku. Bahkan waktu itu ingin rasanya aku berbuat KDRT kepadanya karena kesal, tetapi aku tahan. Akhirnya saat itu aku terpaksa minta bantuan kepada tetangga untuk mengantarku ke rumah sakit.

____________

"Nanti Aida minta sepatu yang paling mahal ya Bu biar teman-teman Aida nggak mentertawakan Aida lagi," ujar anakku setelah ganti baju. Rencananya kami akan pergi ke mall untuk berbelanja.

"Iya sayang, pokoknya hari ini kamu bebas mau beli apa saja, terserah kamu mau apa, ibu akan belikan,"jawabku sambil mengusap kepalanya.

"Yipi, serius bu?"tanya Aida. dengan mata yang berbinar bahagia. Wajar dia senang, selama ini dia tidak pernah pergi ke mall paling banter hanya pergi ke pasar bersamaku. Itu pun dia hanya mampu menahan diri untuk meminta sesuatu Karena Mas Dirga tidak pernah memberikan uang lebih padaku, paling aku hanya mampu membelikan boneka dengan harga rp10.000-an dan itu sudah cukup membuat anakku bahagia.

"Iya, Ya sudah kalau begitu ibu mandi dulu ya. Nanti setelah itu kita berangkat."

Aida tersenyum sambil mengangguk.Sementara aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama aku sudah selesai mandi. Namun, ketika membuka almari aku bingung harus memakai baju yang mana karena semua baju-bajuku sudah tidak layak pakai. Seelama tujuh tahun menikah aku tidak pernah beli baju baru semua bajuku adalah baju yang aku bawa dulu waktu aku pertama kali masuk ke rumah ini, Mas Dirga betul-betul tidak memberikan baju sama sekali untukku, dia begitu pelit bahkan untuk membeli sepotong dasterpun dia hanya membelikan kalau ada cuci gudang.

"Ternyata selama ini aku bodoh aku dibutakan sama cinta,"gumamku.

Akhirnya aku hanya memakai baju seadanya. Aku berniat beli baju nanti saat di mall. Juga memberli baju untuk Aida , semua keperluannya akan aku penuhi agar anakku merasa senang dan tidak minder lagi.

__________

Di ruang tamu aku melihat Mas Dirga duduk sambil menonton TV bersama dengan ibu mertua.

"Eh mau ke mana kalian, bukannya masak malah kelayapan?"tanya ibu mertuaku. Rumah ibu mertua dan rumahku memang saling berdekatan hingga mertuaku sering datang ke rumah kami hanya untuk sekedar mengecek apa saja kerjaku.

"Kami mau ke mall nek mau beli sepatu,"jawab Aida yang langsung membuat mertuaku menatap penuh intimidasi kepada suamiku. Pasti dia berpikir Mas Dirga lah yang memberikan kami uang sehingga kami bisa pergi ke mall.

"Kalian ke mall mau ngapain, mau maling? Memangnya gembel seperti kalian itu bisa membeli barang di mall. Sudah deh nggak usah menghayal besok papa belikan sepatu di barang loakan sana lebih murah," ucapnya datar membuat hatiku kian terbakar. Jika untuk anaknya dia membelikan barang second yang dibeli di pasar loakan tetapi untuk Galang keponakannya dia sanggup membelikan sepatu harga satu juta. Sungguh suami yang membagongkan. Mungkin otaknya sudah berpindah di dengkul.

Karena malas meladani suami yang semakin lama semakin tak berakhlak itu, aku pergi dengan menggandeng tangan anakku, perkara dosa karena tak berpamitan itu urusan belakangan yang penting aku bisa membuat anakku senang. Namun saat aku baru beberapa langkah berjalan menjauh dari mereka, tiba-tiba..

Bab terkait

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 3

    Bab 3 "Awas ya kalau sampai nanti kalian gak bisa bayar, jangan harap aku mau memberikan uang untuk bayar belanja!" Teriak Mas Dirga yang membuat aku seketika menghentikan langkah. Memutar tubuh dan aku lihat Mas Dirga tersenyum mengejek."Takut kan, kalian pikir barang-barang di mall itu murah hingga PD bener mau beli ke sana! Heh, mall itu sepatu mahal, kalaupun ada yang murah itu juga sejuta, terus kalian dapat daripada uang segitu. Mau minta aku?" Mas Dirga menaikkan sebelah bibirnya," jangan harap!"Aku menarik nafas lalu mencoba tersenyum walaupun rasanya getir dan hati sakit."Jangan kuatir aku gak akan minta uang kok sama Mas Dirga karena aku tahu prioritas mas itu bukan kami tapi keluarga mas dan aku juga mau memberikan peringatan sama mas, nanti malam kamu kalau dingin jangan minta peluk istrimu lagi, kalau sakit dan gak bisa jalan juga jangan minta kami untuk ambil minum, mas suruh saja ibu sama kakak mas, termasuk kalau mas pingin, mas kelonin saja mereka," ucapku sengit

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 4

    Bab 5 Istri Hanya Orang AsingDirga masih kesal dengan Murni istrinya itu, entah kemana perginya dia dari tadi malam sampai sekarang gak pulang. Apa wanita itu tersesat atau kehabisan ongkos, atau mungkin dia mencuri di mall lalu ditangkap polisi dan di penjara lalu hpnya di bawa polisi hingga ketika dia hubungi gak pernah diangkat. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab WhatsAppnya tadi malam. Tadi malam karena kesal, Dirga menghubungi Murni agar cepat pulang untuk memasak karena memang uang Dirga sudah habis tinggal sisa lima ratus ribu di dompet dan itu rencananya memang untuk ongkos bensin sebulan. Tapi, jawaban Murni sungguh membuat Dirga sakit hati.[Uang kamu kan kamu berikan semua untuk keluarga kamu mas, kalau kamu lapar kamu mintalah mereka!] Dirga bekerja di sebuah perusahaan swasta, jabatannya memang manager dan gaji pokoknya saja mencapai 15 juta perbulan, tapi, dia juga memiliki banyak tanggungan.Cicilan rumah 4 juta setiap bulannya, belum cicilan mobil, Cicilan motor N Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 5

    Bab 5 Istri Hanya Orang AsingDirga masih kesal dengan Murni istrinya itu, entah kemana perginya dia dari tadi malam sampai sekarang gak pulang. Apa wanita itu tersesat atau kehabisan ongkos, atau mungkin dia mencuri di mall lalu ditangkap polisi dan di penjara lalu hpnya di bawa polisi hingga ketika dia hubungi gak pernah diangkat. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab WhatsAppnya tadi malam. Tadi malam karena kesal, Dirga menghubungi Murni agar cepat pulang untuk memasak karena memang uang Dirga sudah habis tinggal sisa lima ratus ribu di dompet dan itu rencananya memang untuk ongkos bensin sebulan. Tapi, jawaban Murni sungguh membuat Dirga sakit hati.[Uang kamu kan kamu berikan semua untuk keluarga kamu mas, kalau kamu lapar kamu mintalah mereka!] Dirga bekerja di sebuah perusahaan swasta, jabatannya memang manager dan gaji pokoknya saja mencapai 15 juta perbulan, tapi, dia juga memiliki banyak tanggungan.Cicilan rumah 4 juta setiap bulannya, belum cicilan mobil, Cicilan motor N Ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   Bab 6

    Bab 6 Perang WhatsApp POV Murni Aku bangun di pagi hari dengan tubuh yang segar, inilah untuk pertama kalinya setelah bergelar menjadi istri aku bisa bangun siang karena biasanya aku dituntut bangun pagi. Jam tiga pagi aku harus bangun untuk mencuci baju, kami tidak memakai mesin cuci padahal Mas Dirga mampu beli, dia lebih mementingkan ibunya dari pada istrinya. Terkadang jika aku mencuci baju-baju Mas Dirga rasanya aku ingin menangis, celana Mas Dirga kebanyakan celana jeans dengan bahan yang tebal dan aku harus mencuci dengan tangan, pernah aku protes dan bilang aku capek nyuci terus pakai tangan dan Mas Dirga menjawab."Apa gunanya kamu di rumah ini, apa gunanya kamu sebagai seorang istri kalau bukan untuk mencuci pakaian suamimu!" Itu semua juga dia ucapkan bukan dengan bahasa yang halus tapi dengan bahasa kasar penuh makian. Bodoh? Iya aku bodoh karena rela hidup susah padahal anak orang kaya, tapi, itulah cinta yang kadang antara bodoh dan cinta itu beda tipis saja. Hanya sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-11
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   Bab 7

    Bab 7 Anak Setan (GN)Aku puas setelah membalas whatsapp suamiku itu, marah-marah deh tu orang, biar aja meledak itu kepala, batas kesabaran aku sebagai seorang istri telah habis kini. Selama ini aku sabar aku di injak-injak kini saatnya aku bangkit dan tak mau dibodohi oleh cinta lagi. Cukup sudah, kini saatnya aku melawan bahkan seandainya bisa dan gak mikir bahaya yang papaku katakan, lebih baik aku gak pulang dan menyewa apartemen di luar atau pulang ke rumah."Ma, habis ini kita pulang ya?"tanya Aida yang entah kapan dia bangun."Belum tahu sayang, memangnya kamu sudah mau pulang?" tanyaku pada Aida."Belum sih, Bu. Kalau bisa malah maunya Aida gak pulang," jawab Aida yang membuat aku mengkerutkan kening."Loh kenapa gitu sayang emangnya kamu nggak kangen sama ayah kamu?"tanyaku yang hanya sekedar menguji hati Aida saja apakah dia merindukan Papanya atau tidak. Aida menggelengkan kepalanya tegas,"enggak!" Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Aida. "Ayah itu jahat Bu, ayah g

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   Bab 8

    Bab 8 GN Akhirnya hari ini Murni kembali jalan-jalan dengan anaknya. Dia membelikan apa saja yang Aida mau dan nggak lupa juga mematikan ponsel. Murni malas jika Dirga kembali menelpon lalu berbicara banyak dengan tanpa habisnya, bodo amat juga dia mau makan apa karena Murni yakin di rumah sudah tidak ada bahan makanan. Saat dia pergi tadi beras sudah habis. Murni juga melihat gas sebentar lagi juga akan habis waktu akan ditinggal tadi. Tapi masa bodoh dengan semua itu toh selama ini Dirga lebih banyak memberikan uangnya kepada ibu dan kakaknya jadi biar saja dia meminta kepada mereka. "Ibu aku mau sepedanya warna biru ya," ujar Aida yang langsung dijawab anggukan oleh Murni."Saya bayarnya pakai kartu ATM ya pak,"ujar Murni kepada pemilik toko karena memang dia sudah kehabisan uang cash. "Boleh Mbak banknya apa ya?"Dia segera memberitahukan bank apa yang dipakai selanjutnya dan menyerahkan kartu pintar miliknya untuk membayar sejumlah uang sebagai ganti harga sepeda yang tad

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 9

    Bab 9 GNIbu Sebenarnya ada apa sih Kenapa kita lari-lari seperti ini!" tanya Aida yang sepertinya bingung karena dari diajak lari oleh Murni."Ada orang jahat nak dia mau menangkap kita dan juga mencel4k4i kita jadi kita harus lari dari sini nanti setelah keadaan aman baru kita beli barang-barang keperluan kamu lagi," jawab Murni yang masih merasa takut. Dia merasakan waktu berjalan begitu lambat sehingga untuk sampai ke lantai dasar yang sejatinya hanya dua tingkat itu sangat lama. "Ada orang jahat, emangnya kita salah apa Bu Kenapa mereka mau mengejar kita?" tanya Aida yang memang pada dasarnya selalu ingin tahu."Nanti kapan-kapan Ibu jelaskan sekarang ayo kita keluar sebelum preman-preman itu menangkap kita," ujar Murni dengan gelisah lalu segera kutarik tangan Aida keluar dari lift. Murni menatap ke kanan dan ke kiri takut jika tiba-tiba preman-preman itu memergoki aku dan Aida.Tubuh Murni gemetar, jantungnya seketika berhenti berdetak ketika melihat salah satu preman tadi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-13
  • Ambil Saja Uangmu, Mas   Bab 10

    Bab 10 GN "Kamu ngapain beli baju banyak sekali?"tanya Ibuku ketika aku membeli pakaian bayi yang sengaja aku siapkan untuk kelahiran anakku saat itu usia kandungan Murni baru sekitar 8 bulan. Aku bahagia sekali murni mengandung dan aku bangga sekali karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah segala keperluan Murni aku penuhi bahkan aku tidak mengizinkan dia untuk memasak, cuci pakaian apalagi mengepel lantai semua pekerjaan yang berat aku lakukan dan semua itu aku lakukan demi calon anakku, pokoknya aku tidak mau terjadi apa-apa dengan Murni dan juga calon anakku. Apa saja yang Murni inginkan selalu aku belikan dan itu membuat kakakku Melly merasa iri. "Mana ada orang hamil usia segitu nyidam kamu tuh dibodohin sama istrimu aja nggak ada istilahnya orang hamil 8 bulan kok masih ngidam," kesal Mbak Melly. Saat itu aku baru saja pulang membeli durian yang aku beli seharga 500.000 karena memang saat itu durian sedang langka. Sedangkan Murni yang saat ini sedang hamil sangat m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-14

Bab terbaru

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 57

    Dirga menatap anaknya," apa setelah keluar dari rumah Papa, ibu kamu selalu mengajarkan kamu untuk masak sendiri atau ibu kamu terlalu sibuk bekerja sampai kamu harus masak sendiri?" Bocah itu menggeleng," pas keluar dari rumah Papa Aida ketemu sama Om Dave, tiap hari diajak main. Bahkan Aida pernah mau diajak main ke Singapura mau lihat patung singa. Tapi, sayang waktu itu Ibu nggak mau, padahal Aida kepingin banget ke sana." Mata anak kecil itu terlihat terus minar bahagia ketika bercerita tentang Dave membuat Dirga hanya mampu menelan salivanya jujur dia merasa cemburu karena melihat anaknya justru memuji orang lain yang bukan apa-apanya."Ya sudah kalau begitu Papa pergi dulu. Nanti papa pulang, Papa bawakan kamu makanan tapi kamu jangan masak makanan sendiri ya nanti tangan kamu kena minyak," pesan Dirga yang kemudian berjalan meninggalkan rumah. ________"Dirga, besok kamu mau mangkal nggak?" Dirga menoleh ke arah temannya. "Ya kan biasa kita mangkal di sini, memangnya ada ap

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 56

    Aida," panggil Dirga," kenapa diam saja Nak?" tanya Dirga lembut sambil mengelus pucuk kepala putrinya."Ayo makan, ini rasanya pasti wangi," ucap Dirga mengambilkan sepotong martabak lalu hendak menyuapi Aida. Sungguh sampai umur anaknya hampir delapan tahun, inilah kali pertama dia hendak menyuapi anaknya."Nggak usah, Aida bisa makan sendiri kok," ucap anak kecil itu lalu kemudian mengambil sepotong martabak dan memakannya. Tak ada senyum di wajah anak itu seperti harapan Dirga."Ini, sate yang dulu selalu kamu minta. Ini juga enak loh, yang jualan masih sama kok nggak ada yang berubah," ucap.Dirga berharap mendapatkan senyuman Aida. Namun, tetap sama anak kecil itu tetap dingin. "Apa kamu rindu Ibu kamu, besok kita cari ibumu. Papa akan keliling kota untuk mencari keberadaan ibu kamu kalau perlu papa akan lapor polisi. Supaya kamu bisa bertemu dengan ibumu."Aida menggelengkan kepalanya," Aida mau pulang ke rumah Papa Dave," jawabnya membuat Dirga terdiam. Dia ingin protes bahwa

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 55

    Dave: baik, kali ini aku ikuti permainan kamu. Tapi kamu harus ingat aku bukan orang yang mudah dipermainkan Jika kamu kembali mengancamku lagi maka Aku pastikan anak buahku akan mencarimu dan aku pasti kan kamu tidak akan bisa bernafas lagi!Pengacau: Baik. Kamu bisa pegang janjiku.Dave terpaksa mengikuti permainan si pengacau itu walaupun dia tahu ini sebenarnya adalah hal bodoh yang sepatutnya tidak dia lakukan. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Pria itu segera turun lalu meletakkan amplop di tempat yang telah ditentukan oleh si pengacau dan setelahnya dia pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Di tempat yang agak gelap Dave sengaja turun dari mobilnya lalu berusaha mengintai siapa gerangan si pengacau itu. Namun, sudah beberapa saat menunggu tidak ada satu orang pun yang datang. "Sial, kemana dia?" gumam Dave.Beberapa saat kemudian ponsel laki-laki itu berbunyi. Pengacau: Kamu pikir aku bodoh. Cepat pergi dari sini atau aku akan berubah pikiran. Jika bukti ini aku

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 54

    Dave meletakkan jemari tengah ke bibir Murni," Tuhan tahu mana yang terbaik bagi kita walaupun terkadang itu rasanya sakit tetapi setiap apa yang diputuskan Tuhan untuk kita itulah yang terbaik."Cukup lama Murni termenung dihadapan makam itu bersama dengan Dave. Dia mengirimkan doa yang panjang kepada anaknya tanpa dia tahu sebenarnya Aida masih hidup dan sedang bersama dengan Dirga. Selesai berdoa dan memohon kepada Tuhan agar Aida diterima di sisinya Murni pun berdiri dibantu dengan Dev lalu mereka berdua melangkah bergandengan menuju mobil dan selanjutnya pergi meninggalkan pemakaman umum tersebut. "Kita berhenti dulu ya, makan di Cafe kebetulan ada menu favorit kamu di sana. Cah kangkung, sambal terasi, udang dan cumi crispy."Murni seketika menoleh ke arah lelaki tampan yang sedang asyik memandangi jalanan itu."Kamu masih ingat makanan kesukaan aku Dave?"tanya wanita itu sambil mengulas senyum. Dia tidak menyangka setelah bertahun-tahun berpisah lelaki itu masih mengingat mak

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 53

    "Orang tua gak tau malu! Harusnya kamu itu tahu diri Mas sebentar lagi kamu itu akan punya cucu masih mikir mau nikah lagi." Wanita itu kelihatan geram apalagi ketika melihat wanita yang kemungkinan akan menjadi calon madunya.Dave menarik tangan Murni menjauh dari tempat itu. Mereka melanjutkan acara fitting baju mereka. "Jadi bagaimana, kamu mau pakai baju yang ada ini atau kamu mau pesan?"tanya Dave kepada Murni dengan suara lembut."Aku nggak masalah sih soalnya di pernikahan aku terdahulu..." Murni tidak melanjutkan ucapannya karena Dave meletakkan jarinya tepat di bibir Murni. Lelaki itu menggelengkan kepalanya," jangan samakan pernikahan kita dengan pernikahan kamu terdahulu, ini beda. Jika dulu kamu menikah secara koboi bersama dengan Dirga dan akhirnya tidak bahagia tapi di pernikahan ini kita menikah secara terang-terangan. Kita akan pamerkan kepada semua orang tentang kebahagiaan kita biar mereka mendoakan kita supaya kita bisa menjalani rumah tangga kita sampai akhir hay

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 52

    Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan oleh Dirga pun datang dan Aida pun makan dengan lahap. "Habiskan, Nak! Kamu pasti lapar," ucap Dirga. Untuk pertama kalinya tangan kekar laki-laki itu mengelus rambut anaknya. Aida bahkan sampai berhenti mengunyah, dia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dirga."Maafkan papa ya nak. Papa sadar Papa telah salah, sekarang setelah kamu dan ibumu pergi Papa merasa kesepian dan papa sadar ternyata kalian sangat berarti bagi Papa." Mata Dirga berkaca-kaca bahkan kemudian air matanya menetes sehingga membuat laki-laki itu buru-buru untuk menghapusnya. "Nak, boleh Papa tanya sama kamu?" tanya Dirga pelan setelah Aida selesai makan. "Mau tanya apa?" tanya gadis kecil itu. Walaupun berusaha bersikap baik padanya akhirnya tampak masih canggung dengan Dirga. "Kenapa kamu sendirian, ibu kamu ke mana?" Dirga menatap Aida dengan pertanyaan penuh di kepala. Sementara Aida menarik nafas dalam lalu dengan terbata-bata anak itu menceritakan semua yang

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 51

    Semua mata tertuju pada insiden kecelakaan itu. Sesosok tubuh anak perempuan tertabrak mobil yang melaju dengan sangat kencang di jalan raya. Tubuhnya terlempar jauh ke sisi jalan dengan luka yang terlihat parah. Terlihat baju anak itu basah dan berwarna merah. Orang-orang yang ada disekitar situ heboh dan mulai bergerombol mendekat ke arah korban."Apa dia meninggal?"tanya salah seorang lelaki berpakaian sederhana memakai kaos oblong berwarna putih dan bercelana hitam. Dia berdiri sambil memperhatikan tubuh yang meringkuk di tepi jalan itu. "Biar aku periksa," jawab seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Namun, buru-buru tangannya dicekal oleh orang lain. "Jangan sentuh dulu! Kita tunggu polisi datang,"ucap lelaki berkulit sawo matang dan memiliki tahi lalat di bibirnya. "Tapi kasihan, bagaimana kalau dia masih hidup," bantah pemuda itu. Dia berpikir mungkin saja korban masih hidup dan harus secepatnya mendapatkan pertolongan. Tapi, para warga memiliki pikiran lain Mereka taku

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 50

    Kamu nggak papa?"tanya Abdullah ketika melihat wajah Aida yang pucat."Nggak apa-apa kok kek hanya sedikit pusing." Abdullah tampak cemas melihat Aida," apa kamu kurang sehat? Kalau kamu kurang sehat kita pergi lain kali saja sampai kamu merasa tidak pusing lagi." Tangan keriput Abdullah menyentuh kening Aida. "Aku nggak papa kok, kek. Kita lanjutkan saja rasanya Aida sudah enggak sabar ingin membeli boneka," ucap anak kecil itu meyakinkan sang kakek bagaimanapun dia tidak mau rencananya batal. Abdullah tersenyum dia senang melihat semangat Aida, Mereka pun melanjutkan perjalanan. Dari kampung tempat Abdullah menuju ke kota memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan angkot. Pusing dan sedikit mual Aida dengan sebisa mungkin menahan diri hingga sampailah mereka ke sebuah pasar yang cukup besar. Sampai di sana Aida sempat bingung, bagaimana caranya dia kabur agar bisa bertemu dengan ibunya. "Ayo kamu ingin beli apa?" tanya kakek Abdullah ketika sampai di sebuah deretan tok

  • Ambil Saja Uangmu, Mas   bab 49

    Abdullah segera berjalan menuju ke kamar miliknya lalu lelaki itu segera mengintip ke bawah dipan yang digunakannya untuk tidur. Dengan tersenyum dia meraih celengan berbentuk ayam jago yang sudah lama disimpan di bawah dipan itu. Dulu dia memiliki beberapa ayam lalu setiap ayamnya bertelur dia selalu menjualnya ke pasar dan hasilnya dia tabung di dalam celengan itu ditambah beberapa hasil panen yang dia dapatkan. Sudah lama Abdullah menyimpan uang itu dia berpikir Mungkin suatu hari dia memerlukan uang-uang itu. "Ini lihat, uang kakek banyak. Dengan uang ini kamu bisa beli boneka dan juga membeli baju baru." Pria yang giginya telah ompong itu tersenyum, wajahnya tampak sumringah saat menunjukkan celengan itu kepada Aida. "Asyik," Aida berteriak girang. Tapi sebenarnya bukan karena dia akan mendapatkan boneka akan tetapi karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mulus."Ayo sekarang kita pecahkan celengan ini lalu kita ambil uangnya."Aida mengangguk," iya kek."Aida segera

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status