Share

Bab 7

Bab 7 Anak Setan (GN)

Aku puas setelah membalas w******p suamiku itu, marah-marah deh tu orang, biar aja meledak itu kepala, batas kesabaran aku sebagai seorang istri telah habis kini. Selama ini aku sabar aku di injak-injak kini saatnya aku bangkit dan tak mau dibodohi oleh cinta lagi. Cukup sudah, kini saatnya aku melawan bahkan seandainya bisa dan gak mikir bahaya yang papaku katakan, lebih baik aku gak pulang dan menyewa apartemen di luar atau pulang ke rumah.

"Ma, habis ini kita pulang ya?"tanya Aida yang entah kapan dia bangun.

"Belum tahu sayang, memangnya kamu sudah mau pulang?" tanyaku pada Aida.

"Belum sih, Bu. Kalau bisa malah maunya Aida gak pulang," jawab Aida yang membuat aku mengkerutkan kening.

"Loh kenapa gitu sayang emangnya kamu nggak kangen sama ayah kamu?"tanyaku yang hanya sekedar menguji hati Aida saja apakah dia merindukan Papanya atau tidak.

Aida menggelengkan kepalanya tegas,"enggak!"

Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Aida.

"Ayah itu jahat Bu, ayah gak sayang sama Aida, ayah lebih sayang Galang sama Aida, ayah juga pernah kok mengumpat Aida katanya Aida ini anak setan."

Aku terkejut dengan apa yang diucapkan oleh anakku aku tahu selama ini Mas Dirga memang tidak menyukai Aida tapi, aku baru tahu kalau dia suka mengumpat Aida. Selama ini kalaupun Mas Dirga mengumpat Aida itu hanya di depanku saja tetapi jika di depan Aida aku lihat dia tetap menjadi seorang ayah yang baik walaupun pelit.

"Memangnya kapan ayah kamu mengumpat kamu seperti itu nak?" tanyaku penasaran.

"Sudah lama waktu itu Aida cuman pengen meluk aja karena Aida kangen. Ayah waktu itu kerja dan dia baru pulang setelah beberapa hari, terus Aida pengen meluk karena kangen tapi..." Tiba-tiba bidadari kecilku itu menunduk sedih membuat aku penasaran.

"Tapi kenapa, Nak? Memang apa yang dikatakan oleh Ayah kamu?" tanyaku penasaran dengan wajah Aida yang terlihat sedih.

"Ayah bilang Aida ini bukan anak kandungnya, Aida anak setan makanya Ayah gak sayang."

Aku spontan menutup mulutku Aku tidak pernah menyangka kalau suamiku akan sekejam itu pada anakku aku juga tidak mengerti kenapa mas Dirga berkata seperti itu.

"Ayah kamu bilang begitu nak dia bilang kalau kamu bukan anak kandungnya?"tanyaku memastikan mungkin saja apa yang aku dengar salah. Sumpah rasanya aku ingin mengumpat Mas Dirga.

"Iya, katanya Aida ini bukan anak Ayah tapi anak orang lain makanya Ayah nggak sayang sama Aida terus Ayah lebih sayang sama Galang. Nenek juga bilang begitu kok, katanya Aida ini anak orang di pinggir jalan bukan anak ayah."

Aku diam sejenak otakku mulai berpikir apa mungkin selama ini itu yang membuat Mas Dirga berubah Apa mungkin keluarganya menghasut Mas Dirga dengan mengatakan bahwa Aida bukanlah anaknya, tapi atas dasar apa mereka menuduh aku seperti itu pada selama ini aku sebagai istri selalu setia sama suamiku aku tidak pernah pergi kemana-mana, aku juga selalu setia di rumah menunggu kedatangan Mas Dirga tetapi kenapa tiba-tiba ada berita seperti ini.

"Nak kamu nggak mengarang cerita kan, benar Ayah kamu bilang begitu, benar Ayah kamu bilang kalau kamu ini bukan anak kandungnya?" Aku menatap Aida dan sekali lagi anakku itu mengangguk dengan tegas.

"Emangnya benar ya Bu Kalau Aida ini bukan anak kandung ayah?"

Aku segera menggelengkan kepalaku,"nggak benar sayang Aida itu anaknya Ayah," jawabku.

"Tapi ayah bilang begitu, ayah bilang Aida ini bukan anak kandungnya dan itu kenapa ayah nggak sayang sama Aida."

Aku hanya menarik nafas dalam, ternyata Seperti ini pikiran Mas Dirga selama ini, dia selama ini menuduh aku selingkuh dan menganggap bahwa Aida bukanlah anak kandungnya dan itu kenapa sikapnya selalu tidak baik kepada Aida, tapi, atas dasar apa dia menuduhku seperti itu pada selama ini aku tidak pernah keluar sekalipun dengan seorang laki-laki.

"Ya sudah Sayang mungkin Ayah kamu cuma sekedar bicara, sekarang kamu pingin ke mana lagi ibu akan siap mengajak kamu kemanapun yang kamu mau."

Aida yang tadi berwajah murung kini seketika tersenyum mendung di wajahnya kini telah hilang berubah dengan kebahagiaan membuat aku merasa senang melihatnya.

"Aida masih mau jalan-jalan Bu nggak mau pulang pokoknya, soalnya kalau di rumah suntuk nggak ada apa-apa."

Aku ingat kalau Aida tidak memiliki tv ataupun benda lainnya yang bisa membuat dirinya terhibur paling pulang sekolah dia hanya duduk di rumah. Bahkan, sepeda pun tidak pernah dibelikan oleh suamiku, dia lebih pelan belikan keponakannya dibandingkan belikan untuk anaknya sendiri.

"Aida mau apa, mau TV atau mau apa atau mungkin Aida mau sepeda Ibu bisa belikan kok," ujarku, Aku sudah masa bodoh dengan mereka kalaupun mereka curiga karena tiba-tiba aku memiliki uang yang banyak.

"Boleh ya Bu?" tanya Aida dengan penuh semangat.

"Boleh dong sayang, kamu sebut aja mau apa, ibu akan belikan apa yang kamu mau?"

Aida tersenyum girang bahkan ini pertama kalinya aku melihat Aida segembira itu.

"Ibu, memang ibu dapat uang dari mana sih kok habis-habis, soalnya gak mungkin kalau itu ayah yang ngasih kan, ayah kan pelit."

Aku meneguk ludahku seketika,' aduh mati aku.'

Apa yang harus aku katakan kalau begini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status