Bab 9 GNIbu Sebenarnya ada apa sih Kenapa kita lari-lari seperti ini!" tanya Aida yang sepertinya bingung karena dari diajak lari oleh Murni."Ada orang jahat nak dia mau menangkap kita dan juga mencel4k4i kita jadi kita harus lari dari sini nanti setelah keadaan aman baru kita beli barang-barang keperluan kamu lagi," jawab Murni yang masih merasa takut. Dia merasakan waktu berjalan begitu lambat sehingga untuk sampai ke lantai dasar yang sejatinya hanya dua tingkat itu sangat lama. "Ada orang jahat, emangnya kita salah apa Bu Kenapa mereka mau mengejar kita?" tanya Aida yang memang pada dasarnya selalu ingin tahu."Nanti kapan-kapan Ibu jelaskan sekarang ayo kita keluar sebelum preman-preman itu menangkap kita," ujar Murni dengan gelisah lalu segera kutarik tangan Aida keluar dari lift. Murni menatap ke kanan dan ke kiri takut jika tiba-tiba preman-preman itu memergoki aku dan Aida.Tubuh Murni gemetar, jantungnya seketika berhenti berdetak ketika melihat salah satu preman tadi
Bab 10 GN "Kamu ngapain beli baju banyak sekali?"tanya Ibuku ketika aku membeli pakaian bayi yang sengaja aku siapkan untuk kelahiran anakku saat itu usia kandungan Murni baru sekitar 8 bulan. Aku bahagia sekali murni mengandung dan aku bangga sekali karena sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah segala keperluan Murni aku penuhi bahkan aku tidak mengizinkan dia untuk memasak, cuci pakaian apalagi mengepel lantai semua pekerjaan yang berat aku lakukan dan semua itu aku lakukan demi calon anakku, pokoknya aku tidak mau terjadi apa-apa dengan Murni dan juga calon anakku. Apa saja yang Murni inginkan selalu aku belikan dan itu membuat kakakku Melly merasa iri. "Mana ada orang hamil usia segitu nyidam kamu tuh dibodohin sama istrimu aja nggak ada istilahnya orang hamil 8 bulan kok masih ngidam," kesal Mbak Melly. Saat itu aku baru saja pulang membeli durian yang aku beli seharga 500.000 karena memang saat itu durian sedang langka. Sedangkan Murni yang saat ini sedang hamil sangat m
Bab 11 GNMeletakkan setrika lalu melangkah dengan cepat menuju ke pintu Aku sungguh kesal dengan orang itu, emosiku bahkan sudah memuncak Aku akan segera mengumpatnya supaya dia tahu rasa.Begitu pintu terbuka aku terkejut ketika melihat sebuah truk yang bermuatan sebuah motor matic warna hitam. "Maaf Pak Apa ini rumahnya Ibu Murni?"tanya sama sopir yang baru saja turun dari mobil itu sementara aku mengkerutkan keningku. "Iya ini memang rumah Murni, Bapak ini siapa dan ada keperluan apa, memang bapak itu nggak diajarkan akhlak ya pagi-pagi bunyikan klakson keras banget sampai sakit telinga saya," kesalku sambil meletakkan tangan di pinggang. "Maaf Pak kami mengantarkan motor yang dibeli oleh Bu Murni.""Hah?" Aku melongo tidak percaya, apa-apaan ini tadi membeli barang branded dan sekarang dia membeli motor matic yang harganya pasti puluhan juta. "Bapak ini suaminya kan, Pak Dirga?"Aku mengangguk saja."Silakan tanda tangan Pak tadi ibu Murni pesan kalau sampai di sini bapak sa
Bab 12 GNMendengar ucapan sinis Mbak Melly itu membuat emosiku seketika naik kepalaku terasa berat pandanganku kabur dan dadaku terasa sesak aku juga merasakan aliran darahku bergejolak seperti air yang mendidih lalu ku kepalkan telapak tanganku. "Kamu bandel sih dari dulu kan mbak sama ibu udah bilang ceraikan saja wanita itu, kamu menikah dengan wanita pilihan kita tapi kamu itu nggak mau coba kamu itu menikah dengan Airin. Dia itu jauh lebih kaya pasti hidup kita itu akan lebih enak, itu lebih baik Dirga daripada kamu pertahankan pernikahan kamu dengan Murni.Aku menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar entah sudah berapa kalinya Mbak Melly minta aku menikah dengan Airin sahabatnya yang dulu naksir berat padaku tapi aku tolak karena aku mencintai Murni."Mbak nggak usah menyuruh aku menceraikan Murni karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Murni aku mencintainya Mbak," jawabku dengan gigi yang gameretak sementara Mbak Melly justru tertawa mengejekku."Dirga, D
Bab 13Aku menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar entah sudah berapa kalinya Mbak Melly minta aku menikah dengan Airin sahabatnya yang dulu naksir berat padaku tapi aku tolak karena aku mencintai Murni."Mbak nggak usah menyuruh aku menceraikan Murni karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan Murni aku mencintainya Mbak," jawabku dengan gigi yang gameretak sementara Mbak Melly justru tertawa mengejekku."Dirga, Dirga kamu itu kok bodohnya kebangetan ngapain coba mempertahankan Murni, kamu tuh cuma di jadikan patung, dia itu pura-pura baik saja pura-pura lemah dan tidak berdaya serta menurut sama kamu tapi sebenarnya dia itu ular sekarang terbukti kan nyatanya dia bisa memiliki uang yang banyak, dari mana lagi dia dapat uang itu kalau bukan menjual diri." "Sudahlah Mbak, lagian kan belum terbukti kalau murni itu menjual diri!" Teriak aku dengan penuh amarah."Terserah kamulah dasar bandel, udah enak-enak dibilangin ceraikan saja istri kamu yang tidak berguna itu yan
Bab 14 GNNan itu kan apa ibu bilang dia itu punya lelaki lain di luar sana, ini pasti yang membelikan semua barang-barang anak haram itu adalah bapaknya, mendingan kamu ceraikan istri kamu itu pasti di luar sana dia itu ketemu sama laki-laki yang dulu menghamili dia, kamu jangan mau kalau hanya dimanfaatkan , hanya dijadikan sebagai kambing hitam untuk menutupi malu, dia senang-senang dengan laki-laki lain membuat anak eh malah kamu yang harus bertanggung jawab." Dirga yang kesal hanya menarik nafas lalu membuangnya dengan kasar, hati lelaki itu sungguh sakit."Sudahlah Bu, Dirga lagi pusing,"jawab lelaki itu yang bahkan langsung masuk kamar dia tidak lagi berniat untuk pergi bekerja pikirannya kusut memikirkan WhatsApp dari Murni tadi, bisa-bisanya istrinya itu menghianati dirinya dan pergi dengan laki-laki lain dan yang lebih menyebalkan lagi Murni mengancam akan menceraikan Dirga. "Gak ini gak bisa dibiarkan, enak aja dia mau pergi dengan lelaki pilihannya itu." Dirga meraih po
Bab 15 GNKamu dan ibumu aman di sini, tidak akan ada lagi orang yang jahat sama kamu apalagi memperlakukan kamu seperti bukan manusia, jika kamu sakit aku akan bawa kamu ke rumah sakit dan segala keperluan kamu akan aku penuhi dan satu lagi aku tidak akan pelit seperti papa kamu." Aku menatap sebentar ke arah Dave sepertinya dia tahu banyak tentang hidupku. Bagaimana bisa? "Ibu dia siapa?" Aina semakin ketakutan sehingga aku memutuskan untuk memeluknya dan memberinya ketenangan."Tenang saja sayang dia bukan orang jahat kok Om itu orangnya baik,"jawabku yang membuat Dave tersenyum."Aku sudah menyediakan makanan untuk kalian kalau kalian lapar silahkan makan," pria itu menatap jam di pergelangan tangannya dari penampakannya sepertinya itu jam yang sangat mahal, sungguh dia sangat berbeda kali ini padahal sebelumnya dia tidak lah sekaya ini."Aku ada urusan tidak lama sebentar lagi aku juga akan pulang kalian makan saja dulu nanti jika aku pulang aku akan bawakan apa saja yang kalia
Bab 16 "Mana Bu airnya?" Aku menoleh ke suara mungil itu lalu mendekat dan memeluk anakku. Bagaimana ini? Aku terus memutar otak memikirkan cara untuk kabur dari sini, aku gak mau terjadi apa-apa dengan anakku."Bu." Lagi terdengar suara anakku memanggil membuat aku menoleh ke arahnya."Airnya mana aku haus?" Lanjutnya.Aku terkejut dan seketika aku tersadar tentang tujuanku keluar kamar tadi. "Iya sayang maaf ibu lupa sebentar ibu ambilkan ke dapur ya."Aina menggangguk dan aku pun segera keluar menuju ke dapur, di dapur sudah tidak ada siapapun mereka sudah pergi. Aku segera menyapukan pandanganku ke ruangan dapur yang berukuran cukup mewah itu mencari keberadaan air putih yang diminta Aina. "Di mana airnya ya?" Gumam ku. Mungkin sebenarnya di dalam kulkas itu ada air putih tetapi aku tahu Aina tidak suka minum air putih anak itu akan selalu demam apabila minum air dingin. "Ibu sedang mencari apa?"Aku terkejut bahkan hampir saja aku melompat ketika tiba-tiba sebuah suara men