Bab 17Ternyata memang betul ada baju yang sangat pas dengan tubuhku serta juga baju-baju yang sepertinya pas untuk Aina."Aneh apa dia selama ini betul-betul mengawasi aku bagaimana dia bisa mengetahui ukuran tubuhku," monolog ku seorang diri, mungkin mengira size bajuku dia mengerti karena dulu kami cukup lama berpacaran dan dia juga sering belikan baju untukku walaupun baju itu dibeli dari pasar tetapi mengenai ukuran baju Aina dan dia tahu persis bagiku ini agak janggalMenepis semua pikiran itu dan segera aku bangunkan Aina, anak itu sangat gembira karena selama ini memang mas Dirga tidak pernah membawa kami jalan-jalan mungkin ini kali pertama Aina bisa jalan-jalan sore naik mobil pribadi karena walaupun Ayahnya punya mobil nyatanya dia lebih suka membawa keponakannya dibandingkan membawa kami._______"Kalian ingin jalan ke mana?" tanya Dave suaranya terdengar lembut. Sekilas tidak ada yang berubah senyumnya masih seperti yang dulu dia juga masih menatapku dengan tatapannya pen
Bab 18Kedua preman itu menjawab," Ya wanita yang bos inginkan."Dave menarik nafas lalu berjalan mendekat ke arah dua orang preman suruhannya itu."Sekarang aku tanya memangnya kamu kenal sama wanita itu, kamu tahu wajahnya?"Kedua preman itu saling bertatapan lalu sama-sama menggeleng membuat Dave terlihat geram. Wajah pria itu terlihat tegang dengan tangan yang mengepal. "Makanya kalau disuruh orang itu dijelaskan dulu kamu aja nggak tahu bagaimana bentuk tubuhnya bagaimana wajahnya kok bisa kamu bilang nggak ada," marah Dave yang hampir saja memukul kedua anak buahnya itu."Maaf bos soalnya kami terlalu panik.""Terlalu panik gundulmu itu itu namanya kamu nggak pakai otak," geram Dave.Meraih ponsel lalu menunjukkan layarnya kepada kedua anak buahnya."Nih perhatikan wajahnya baik-baik jangan sampai salah orang lagi!" seru Dave membuat dua preman itu langsung menatap ke arah layar ponsel tersebut."Bagaimana sudah jelas?"Kedua preman itu mengangguk."Sekarang kalian telusuri tem
Tapi kan selama ini belum ada bukti yang pasti Bu foto-foto itu juga belum ada buktinya termasuk pesan kemarin nyatanya setelah aku telepon nggak diangkat kok," Dirga menarik nafas dalam,"aku kok jadi takut Bu aku takut kalau terjadi apa-apa dengan Murni.""Berapa kali ibu bilang sama kamu kamu tuh nggak usah pikirkan mereka biarkan saja, masih juga mau memikirkan perempuan sundal itu, lagi pula si Aida itu kan bukan anak kamu ngapain kamu itu susah mikirkan dia,"sengit Mira. Dia kesal karena sudah bertahun-tahun ingin memisahkan Dirga dengan Murni tetapi tidak bisa padahal segala macam cara telah dilakukan dengan Melly termasuk mengarang cerita bahwa Murni telah berselingkuh. Impian mereka hanya satu Dirga Cerai.Saat Murni hamil Melly dan Mira sengaja membayar orang dan menjebak Murni. Mereka merekayasa seolah mereka berdua sedang berselingkuh, mereka menjebak Murni agar datang ke suatu tempat lalu si lelaki membuat Murni pingsan dan membawa Murni ke hotel, orang itu kemudian meng
Sudah beberapa hari ini Dirga merasa kesepian, dia yang biasanya setiap pulang ke rumah ada istri dan anak yang menyambutnya sekarang tidak ada entah ke mana mereka perginya, semenjak dia mendapatkan pesan itu, dia tidak bisa lagi menghubungi ponsel Murni. Entah bagaimana lagi caranya dia mencari Murni tetap saja tak tahu dimana jejaknya, di saat seperti ini Dirga merasa menyesal, seharusnya dia bisa bersikap lembut dengan Murni serta lebih terbuka padanya bukan malah seperti ini. Dirga sungguh menyesal, dia berandai-andai jika saja waktu bisa diputar."Ayah." Dirga yang sedang melamun terkejut mendengar suara itu. "Aida," kata Dirga. Sekarang dia tahu artinya rindu ditinggalkan oleh anak, sepi bahkan semua terasa hampa."Aida," mata Dirga dipenuhi kaca."Kamu kenapa di sini Mas, kamu gak kerja?" Ya Tuhan hati Dirga dipenuhi salju yang menyejukkan, pria itu berdiri dan dengan penuh suka cita menyambut istrinya. Namun, saat dia akan memeluk istrinya. "Loh," Murni menghilang begitu ju
Di lain tempat."Kenapa kamu takut padaku, dulu aku lebih menakutkan dari ini kamu gak takut," kata pria tampan itu pada Murni.Murni memeluk Aina, entah kenapa dia merasa Dave bukan lagi pria yang dia kenal dulu."Jangan mendekat Dave, pliss. Biarkan kami hidup," kata Murni mamohon.Dave berdecak," heh wanita ini, memang dia pikir aku mau ngapain," gumam Dave."Heh kamu pikir aku mau ngapain, memang ada untungnya aku membunuh kalian," kata Dave kesal. Sementara Murni terus ketakutan membuat Dave semakin kesal.Sementara dua orang preman itu terus berlari mencari keberadaan Murni. "Aduh kemana wanita itu?" ujar salah seorang dari mereka."Aku juga bingung kenapa dia lari seperti hantu," jawab pria itu sambil meletakkan tangan di pinggang."Ah sudahlah ayo kita cari lagi." Kedua orang itu terus berlari mencari dan mencari keberadaan Murni."Eh, eh." Pria yang berlari di belakangnya hampir jatuh saat pria itu tiba-tiba berhenti."ada apa sih?"tanya teman di belakangnya."Itu,"pria itu
Bab 22"Ini kamu jual nanti uangnya bisa beli tiket,"ujarku sambil menyerahkan perhiasan itu kepada Dave."Maaf ya Murni tapi aku janji nanti di sana aku akan kerja keras temanku bilang akan beri aku pekerjaan aku bekerja di bengkel sekaligus aku ya akan mengembangkannya karena temanku itu akan pulang ke Jawa."Aku mengangguk aku percaya pada Dave.Dave pulang setelah berbicara denganku dan aku pun segera merapikan semua pakaianku tekadku sudah bulat apapun yang terjadi aku akan lari dengan lelaki pilihanku aku tidak peduli apa yang akan aku jalani nanti di luar sana se menderita apapun aku tidak peduli yang terpenting aku bersama dengan laki-laki yang aku cintai. Tepat pada waktu yang dijanjikan aku pergi ke tempat di mana Dave menungguku. Aku sengaja datang lebih awal karena aku tidak mau terlambat tetapi yang terjadi di luar dugaan, entah bagaimana ceritanya papaku sudah ada di situ dia menangis dan memohon padaku untuk kembali ke rumah, dia juga bilang bahwa dia tidak bisa hidup
"Dirga," gumamkuTidak ini tidak boleh terjadi.Aku segera berjalan dengan cepat lalu menarik tangan murni."Enggak Dave, aku nggak mau!" Tolaknya yang membuat hatiku kesal kalau tidak ingat dia itu istri orang sudah pasti aku masukkan ke dalam mobil lalu aku beri pelajaran eh enggak maksud aku akan aku beri anak."Kalau kamu tidak mau ikut dengan aku terserah dari sana itu ada suami kamu yang akan mengejar kamu terus di sebelah sana juga ada preman ya akan menangkap kamu jadi silakan kamu pilih yang mana."Aku lihat Murni menelan ludahnya tentu saja dia tidak akan berani mengambil resiko apabila diri yang ditangkap dengan preman itu apa saja bisa terjadi Dan apabila dia kembali kepada Dirga mungkin juga dia enggan mengulangi kesedihan yang sama.Persis seperti dugaanku Murni segera berjalan dengan cepat menuju mobilku membuat aku tersenyum senang karena pada akhirnya aku menang.Mobil ku lajukan membelah jalan raya sengaja aku laju pelan-pelan supaya aku bisa berbicara dengan mereka.
Dirga melihat Murni dan Aida sedang berjalan di depannya, hati Lelaki itu terlonjak gembira. Dirga melihat mereka tampak selalu bergandengan tangan dengan baju yang sama seperti saat mereka pergi dari rumah membuat Dirga tersenyum. Lelaki itu bersyukur dalam hati karena pada akhirnya dia bertemu dengan anak dan istrinya, pria bertubuh kurus itu segera berlari lalu tangannya menarik tangan Murni. Namun, wajahnya seketika berubah saat melihat wanita itu, yang tadi ceria gini berubah macam karena ternyata wanita tersebut bukanlah Murni."Iya?" tanya wanita tadi."Eh nggak mbak maaf, tadi saya pikir mbak ini anak dan istri saya." Dirga menangkupkan kedua telapak tangan di dada lalu kemudian menggangguk."Oh ya sudah , aku pikir tadi mas mu ngapain."Wanita dan anak kecil itu pergi sementara Dirga terdiam, dia sebetulnya ingin menangis, hatinya terasa sedih dan pilu sudah dari kemarin dia mencari keberadaan anak dan istrinya tapi tidak bertemu bahkan kalau dihitung sudah satu minggu murn
Dirga menatap anaknya," apa setelah keluar dari rumah Papa, ibu kamu selalu mengajarkan kamu untuk masak sendiri atau ibu kamu terlalu sibuk bekerja sampai kamu harus masak sendiri?" Bocah itu menggeleng," pas keluar dari rumah Papa Aida ketemu sama Om Dave, tiap hari diajak main. Bahkan Aida pernah mau diajak main ke Singapura mau lihat patung singa. Tapi, sayang waktu itu Ibu nggak mau, padahal Aida kepingin banget ke sana." Mata anak kecil itu terlihat terus minar bahagia ketika bercerita tentang Dave membuat Dirga hanya mampu menelan salivanya jujur dia merasa cemburu karena melihat anaknya justru memuji orang lain yang bukan apa-apanya."Ya sudah kalau begitu Papa pergi dulu. Nanti papa pulang, Papa bawakan kamu makanan tapi kamu jangan masak makanan sendiri ya nanti tangan kamu kena minyak," pesan Dirga yang kemudian berjalan meninggalkan rumah. ________"Dirga, besok kamu mau mangkal nggak?" Dirga menoleh ke arah temannya. "Ya kan biasa kita mangkal di sini, memangnya ada ap
Aida," panggil Dirga," kenapa diam saja Nak?" tanya Dirga lembut sambil mengelus pucuk kepala putrinya."Ayo makan, ini rasanya pasti wangi," ucap Dirga mengambilkan sepotong martabak lalu hendak menyuapi Aida. Sungguh sampai umur anaknya hampir delapan tahun, inilah kali pertama dia hendak menyuapi anaknya."Nggak usah, Aida bisa makan sendiri kok," ucap anak kecil itu lalu kemudian mengambil sepotong martabak dan memakannya. Tak ada senyum di wajah anak itu seperti harapan Dirga."Ini, sate yang dulu selalu kamu minta. Ini juga enak loh, yang jualan masih sama kok nggak ada yang berubah," ucap.Dirga berharap mendapatkan senyuman Aida. Namun, tetap sama anak kecil itu tetap dingin. "Apa kamu rindu Ibu kamu, besok kita cari ibumu. Papa akan keliling kota untuk mencari keberadaan ibu kamu kalau perlu papa akan lapor polisi. Supaya kamu bisa bertemu dengan ibumu."Aida menggelengkan kepalanya," Aida mau pulang ke rumah Papa Dave," jawabnya membuat Dirga terdiam. Dia ingin protes bahwa
Dave: baik, kali ini aku ikuti permainan kamu. Tapi kamu harus ingat aku bukan orang yang mudah dipermainkan Jika kamu kembali mengancamku lagi maka Aku pastikan anak buahku akan mencarimu dan aku pasti kan kamu tidak akan bisa bernafas lagi!Pengacau: Baik. Kamu bisa pegang janjiku.Dave terpaksa mengikuti permainan si pengacau itu walaupun dia tahu ini sebenarnya adalah hal bodoh yang sepatutnya tidak dia lakukan. Tapi dia tidak memiliki pilihan lain. Pria itu segera turun lalu meletakkan amplop di tempat yang telah ditentukan oleh si pengacau dan setelahnya dia pun melajukan mobilnya meninggalkan tempat itu. Di tempat yang agak gelap Dave sengaja turun dari mobilnya lalu berusaha mengintai siapa gerangan si pengacau itu. Namun, sudah beberapa saat menunggu tidak ada satu orang pun yang datang. "Sial, kemana dia?" gumam Dave.Beberapa saat kemudian ponsel laki-laki itu berbunyi. Pengacau: Kamu pikir aku bodoh. Cepat pergi dari sini atau aku akan berubah pikiran. Jika bukti ini aku
Dave meletakkan jemari tengah ke bibir Murni," Tuhan tahu mana yang terbaik bagi kita walaupun terkadang itu rasanya sakit tetapi setiap apa yang diputuskan Tuhan untuk kita itulah yang terbaik."Cukup lama Murni termenung dihadapan makam itu bersama dengan Dave. Dia mengirimkan doa yang panjang kepada anaknya tanpa dia tahu sebenarnya Aida masih hidup dan sedang bersama dengan Dirga. Selesai berdoa dan memohon kepada Tuhan agar Aida diterima di sisinya Murni pun berdiri dibantu dengan Dev lalu mereka berdua melangkah bergandengan menuju mobil dan selanjutnya pergi meninggalkan pemakaman umum tersebut. "Kita berhenti dulu ya, makan di Cafe kebetulan ada menu favorit kamu di sana. Cah kangkung, sambal terasi, udang dan cumi crispy."Murni seketika menoleh ke arah lelaki tampan yang sedang asyik memandangi jalanan itu."Kamu masih ingat makanan kesukaan aku Dave?"tanya wanita itu sambil mengulas senyum. Dia tidak menyangka setelah bertahun-tahun berpisah lelaki itu masih mengingat mak
"Orang tua gak tau malu! Harusnya kamu itu tahu diri Mas sebentar lagi kamu itu akan punya cucu masih mikir mau nikah lagi." Wanita itu kelihatan geram apalagi ketika melihat wanita yang kemungkinan akan menjadi calon madunya.Dave menarik tangan Murni menjauh dari tempat itu. Mereka melanjutkan acara fitting baju mereka. "Jadi bagaimana, kamu mau pakai baju yang ada ini atau kamu mau pesan?"tanya Dave kepada Murni dengan suara lembut."Aku nggak masalah sih soalnya di pernikahan aku terdahulu..." Murni tidak melanjutkan ucapannya karena Dave meletakkan jarinya tepat di bibir Murni. Lelaki itu menggelengkan kepalanya," jangan samakan pernikahan kita dengan pernikahan kamu terdahulu, ini beda. Jika dulu kamu menikah secara koboi bersama dengan Dirga dan akhirnya tidak bahagia tapi di pernikahan ini kita menikah secara terang-terangan. Kita akan pamerkan kepada semua orang tentang kebahagiaan kita biar mereka mendoakan kita supaya kita bisa menjalani rumah tangga kita sampai akhir hay
Beberapa saat kemudian makanan yang dipesan oleh Dirga pun datang dan Aida pun makan dengan lahap. "Habiskan, Nak! Kamu pasti lapar," ucap Dirga. Untuk pertama kalinya tangan kekar laki-laki itu mengelus rambut anaknya. Aida bahkan sampai berhenti mengunyah, dia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Dirga."Maafkan papa ya nak. Papa sadar Papa telah salah, sekarang setelah kamu dan ibumu pergi Papa merasa kesepian dan papa sadar ternyata kalian sangat berarti bagi Papa." Mata Dirga berkaca-kaca bahkan kemudian air matanya menetes sehingga membuat laki-laki itu buru-buru untuk menghapusnya. "Nak, boleh Papa tanya sama kamu?" tanya Dirga pelan setelah Aida selesai makan. "Mau tanya apa?" tanya gadis kecil itu. Walaupun berusaha bersikap baik padanya akhirnya tampak masih canggung dengan Dirga. "Kenapa kamu sendirian, ibu kamu ke mana?" Dirga menatap Aida dengan pertanyaan penuh di kepala. Sementara Aida menarik nafas dalam lalu dengan terbata-bata anak itu menceritakan semua yang
Semua mata tertuju pada insiden kecelakaan itu. Sesosok tubuh anak perempuan tertabrak mobil yang melaju dengan sangat kencang di jalan raya. Tubuhnya terlempar jauh ke sisi jalan dengan luka yang terlihat parah. Terlihat baju anak itu basah dan berwarna merah. Orang-orang yang ada disekitar situ heboh dan mulai bergerombol mendekat ke arah korban."Apa dia meninggal?"tanya salah seorang lelaki berpakaian sederhana memakai kaos oblong berwarna putih dan bercelana hitam. Dia berdiri sambil memperhatikan tubuh yang meringkuk di tepi jalan itu. "Biar aku periksa," jawab seorang pemuda yang berdiri di sampingnya. Namun, buru-buru tangannya dicekal oleh orang lain. "Jangan sentuh dulu! Kita tunggu polisi datang,"ucap lelaki berkulit sawo matang dan memiliki tahi lalat di bibirnya. "Tapi kasihan, bagaimana kalau dia masih hidup," bantah pemuda itu. Dia berpikir mungkin saja korban masih hidup dan harus secepatnya mendapatkan pertolongan. Tapi, para warga memiliki pikiran lain Mereka taku
Kamu nggak papa?"tanya Abdullah ketika melihat wajah Aida yang pucat."Nggak apa-apa kok kek hanya sedikit pusing." Abdullah tampak cemas melihat Aida," apa kamu kurang sehat? Kalau kamu kurang sehat kita pergi lain kali saja sampai kamu merasa tidak pusing lagi." Tangan keriput Abdullah menyentuh kening Aida. "Aku nggak papa kok, kek. Kita lanjutkan saja rasanya Aida sudah enggak sabar ingin membeli boneka," ucap anak kecil itu meyakinkan sang kakek bagaimanapun dia tidak mau rencananya batal. Abdullah tersenyum dia senang melihat semangat Aida, Mereka pun melanjutkan perjalanan. Dari kampung tempat Abdullah menuju ke kota memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan angkot. Pusing dan sedikit mual Aida dengan sebisa mungkin menahan diri hingga sampailah mereka ke sebuah pasar yang cukup besar. Sampai di sana Aida sempat bingung, bagaimana caranya dia kabur agar bisa bertemu dengan ibunya. "Ayo kamu ingin beli apa?" tanya kakek Abdullah ketika sampai di sebuah deretan tok
Abdullah segera berjalan menuju ke kamar miliknya lalu lelaki itu segera mengintip ke bawah dipan yang digunakannya untuk tidur. Dengan tersenyum dia meraih celengan berbentuk ayam jago yang sudah lama disimpan di bawah dipan itu. Dulu dia memiliki beberapa ayam lalu setiap ayamnya bertelur dia selalu menjualnya ke pasar dan hasilnya dia tabung di dalam celengan itu ditambah beberapa hasil panen yang dia dapatkan. Sudah lama Abdullah menyimpan uang itu dia berpikir Mungkin suatu hari dia memerlukan uang-uang itu. "Ini lihat, uang kakek banyak. Dengan uang ini kamu bisa beli boneka dan juga membeli baju baru." Pria yang giginya telah ompong itu tersenyum, wajahnya tampak sumringah saat menunjukkan celengan itu kepada Aida. "Asyik," Aida berteriak girang. Tapi sebenarnya bukan karena dia akan mendapatkan boneka akan tetapi karena rencana yang telah disusun berjalan dengan mulus."Ayo sekarang kita pecahkan celengan ini lalu kita ambil uangnya."Aida mengangguk," iya kek."Aida segera