Twinkle, twinkle little star
How I wonder what you are
Up above the world so high
Like a diamond in the sky
Seorang guru muda nan cantik sedang menyanyikan lagu anak-anak yang sangat terkenal itu dengan begitu ceria. Kedua tangannya digerak-gerakkan bagaikan bintang yang berkerlap-kerlip dengan indahnya. Tubuh rampingnya bergoyang-goyang ke kiri dan kanan untuk menarik perhatian murid-murid di kelas tersebut.
Usaha Amanda, wali kelas TK B, itu tidak sia-sia. Bocah-bocah lugu berusia antara lima hingga enam tahun itu meniru gerakan-gerakan yang diperagakannya dengan penuh sukacita. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu memang sangat menikmati pekerjaannya selama tiga tahun terakhir sebagai guru taman kanak-kanak swasta di kota Surabaya.
Latar-belakang pendidikannya di bidang pendidikan bahasa Inggris sangat menunjang kemampuannya untuk berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut di sekolah. Ditambah dengan kreativitasnya membuat kerajinan-kerajinan tangan dan kecintaannya pada anak-anak membuatnya menjadi salah satu guru favorit di sekolah tersebut.
Saat pulang sekolah, gadis itu didekati oleh seorang perempuan setengah baya berambut cepak dan bertubuh agak gemuk. Dia adalah Oma Merry, nenek salah seorang murid TK B yang bernama Celine.
“Miss Amanda, Celine akan berulang tahun yang ke-6 bulan depan. Tepatnya pada tanggal 14 Februari. Bisakah kami merayakannya di sekolah?”
“Oh, tentu saja, Oma. Mau dirayakan dengan teman-teman sekelas saja, seangkatan, atau seluruh kelas?”
“Satu angkatan saja, Miss.”
“Baik, Oma. Oya, temanya seperti apa? Biar nanti saya bantu buatkan dekorasinya.”
“Wah, terima kasih banyak. Miss Amanda baik sekali.”
“Oh, itu sudah menjadi kewajiban saya, Oma.”
“Sebentar ya, Miss. Saya mau nanya ke anaknya dulu.”
Oma Merry celingak-celinguk mencari-cari cucunya yang menghilang entah ke mana.
“Omaa..aa!” seru seorang anak perempuan manis yang berambut pendek sebahu. Gadis kecil itu tiba-tiba muncul dari luar kelas dan menghambur memeluk neneknya.
“Aduh, Celine! Menghilang ke mana kamu? Oma sampai kebingungan mencari-cari.”
“Celine tadi diajak main sama teman di taman. Oma kan sibuk ngobrol sama Miss Amanda, jadi Celine tinggal sebentar.”
“Lha, main di taman kok cepat sekali?”
“Temannya Celine diajak pulang sama susternya, Oma. Sedih, deh.”
Oma Merry tertawa geli melihat cucu kesayangannya merajuk. Dikecupnya kening Celine dengan penuh kasih sayang.
“Jangan sedih, kan masih ada Oma yang bisa menunggui Celine main di taman. Tapi jangan lama-lama, ya. Nanti kamu nggak sempat tidur siang.”
Nenek Celine senang melihat ekspresi cucu perempuannya itu kembali ceria. Lalu diajaknya gadis kecil itu berjalan mendekati wali kelasnya. Amanda tersenyum ramah kepada Celine dan neneknya. Serta-merta dia membungkukkan badannnya hingga tingginya menjadi setara dengan anak didiknya itu.
“Celine mau kelasnya dihias seperti apa nanti waktu ulang tahun?”tanyanya ceria. Senyumnya begitu menawan, memperlihatkan sederetan gigi yang putih bersih tak bercela.
“Seperti apa, ya? Hmm…Miss Amanda bisa menghias seperti apa aja?”
“Hush, Celine. Yang sopan kalau ngomong sama Miss. Kamu ditanya kok malah balik nanya,” tegur neneknya memperingatkan.
Amanda dengan sabar berusaha memberikan penjelasan kepada anak didiknya itu, “Minggu lalu kan ada yang ulang tahun pakai hiasan Frozen. Terus dua hari lalu ada yang pakai karakter Paw Patrol. Celine mau pakai karakter apa?”
Gadis berwajah imut itu terdiam, seperti sedang serius berpikir. Gurunya dengan telaten berusaha menggali kesukaan muridnya itu dengan bertanya, “Gini, deh. Celine suka karakter apa?”
“Hmm…apa, ya?”
“Princess Sofia, Elena, Anna, Elsa, Cinderella, Snow White....”
Si gadis kecil menggeleng pelan. Amanda tidak putus asa. Dicobanya terus menyebutkan karakter-karakter animasi yang disukai anak-anak, mulai dari segala nama princess hingga tokoh-tokoh kartun lainnya. Namun Celine selalu menggelengkan kepalanya. Gurunya sampai merasa heran. Tumben ada siswa TK yang sama sekali tidak menyukai tokoh animasi, gumamnya dalam hati kebingungan.
“Celine cuma mau Papa datang ke pesta ulang tahun Celine.”
Amanda tersentak mendengar pengakuan gadis mungil itu. Pandangannya beralih pada Oma Merry yang tampak diam seribu bahasa. Nenek Celine itu balas menatapnya dengan sorot mata prihatin. Sang guru cantik tiba-tiba menyadari bahwa selama tiga tahun mengajar di sekolah ini, tak pernah sekalipun dirinya bertemu dengan ayah Celine. Setiap hari selalu Oma Merry yang dilihatnya mendampingi cucunya pergi dan pulang sekolah. Mereka diantar oleh sopir yang mengendarai sebuah mobil mewah berwarna hitam. Dengar-dengar ibunya Celine sudah lama meninggal dunia dan ayahnya belum menikah lagi, batin Amanda penuh rasa iba.
“Ehm…, nanti Oma yang akan bilang sama Papa supaya datang ke ulang tahun Celine, ya,” ucap Oma Merry mencairkan ketegangan yang sempat terjadi.
“Asyik! Benar ya, Oma? Pokoknya Papa harus datang! Kalau nggak, Celine nggak mau belajar di sekolah lagi.”
“Lho, lho, lho….Cucu Oma yang cantik sudah berani mengancam. Kalau Celine nggak belajar di sekolah, terus mau belajar di mana?”
“Di rumah saja. Nanti biar Miss Amanda yang mengajari Celine di rumah. Mau kan, Miss? Celine suka sekali sama Miss Amanda! Muach…muach….Hehehe….”
Amanda kaget sekali ketika murid kecilnya itu tiba-tiba memeluk dan mencium kedua pipinya yang putih mulus. Dia spontan membalasnya dengan pelukan dan ciuman yang sama.
Oma Merry memandang adegan itu dengan perasaan terharu. Celine sudah tiga tahun bersekolah di sini dan belum pernah sekalipun aku melihatnya memperlakukan guru-guru lain seperti ini, gumam perempuan itu dalam hati. Guru yang bernama Amanda ini memang kelihatannya baik, sabar, dan menyayangi anak-anak didiknya setulus hati. Apakah dia wanita yang selalu kudoakan sepanjang waktu agar dihadirkan Tuhan untuk menjadi ibu buat Celine dan pendamping hidup bagi Joshua, anakku?
“Oma….”
Oma Merry terkejut. Lamunannya buyar seketika.
“I...iya, Miss ?”
“Celine akhirnya bilang bahwa dia mau pakai gaun Belle yang warna kuning saja. Itu princess dalam film kartun Beauty and the Beast, Oma. Jadi nanti dekorasi kelas akan saya sesuaikan. Bisakah papanya benar-benar hadir di acara ulang tahunnya? Celine pasti senang sekali didampingi Oma dan papanya di perayaan ulang tahunnya.”
Oma Merry mengangguk mengiyakan. Joshua harus datang, putusnya dalam hati. Sudah enam tahun dia menduda dan tak pernah sekalipun dia membawa seorang perempuan ke rumah. Umurku sudah menjelang enam puluh tahun. Entah sampai kapan aku diberi kemampuan untuk mengasuh cucuku ini. Aku harus mulai mencarikan seorang calon pendamping hidup yang cocok bagi putraku. Miss Amanda ini bisa menjadi kandidat yang tepat. Bagaimanapun juga aku harus mencobanya, tekadnya dalam hati.
“Saya pastikan papanya Celine bisa hadir bulan depan, Miss,” ujarnya mantap.
Amanda tersenyum lega mendengarnya tanpa menyadari bahwa wali muridnya ini sedang merencanakan sebuah perjodohan untuknya.
“Kamu harus datang menghadiri perayaan ulang tahun anakmu di sekolah, Josh,” ucap Oma Merry kepada putra tunggalnya, Joshua.Ayah Celine itu hanya menganggukkan kepalanya sekilas tanpa memandang wajah ibunya. Ia sedang duduk mengetik pada laptop di kamar kerjanya. Oma Merry yang duduk persis di hadapannya merasa gemas melihat sikap acuh tak acuh laki-laki itu."Joshua Tanaka, apakah kamu masih menganggap aku ini ibumu?!”Pria itu terkesiap mendengar nada suara ibu kandungnya yang mulai meninggi. Dihentikannya aktivitas mengetiknya dan ditatapnya wanita setengah baya itu dengan penuh tanda tanya. “Ada apa, Ma? Kok tiba-tiba marah?”“Siapa yang nggak marah kalau dicuekkin begini?”“Aku kan sudah menyanggupi untuk hadir di acara ulang tahun Celine.”“Apakah kau akan benar-benar menepati janji?”“Tentu saja, Ma. Celine kan anakku.”“Kalau begitu, kenapa
“Yes, Joshua. Anakmu sebentar lagi berumur enam tahun. Tak terasa tahun depan dia akan masuk SD. Permasalahan yang dihadapinya di sekolah akan lebih kompleks lagi. Lebih baik kita mengatakan yang sebenarnya bahwa…ibunya sudah meninggal dunia.”Ayah Celine tercenung selama beberapa saat. Lalu wajah tampan itu mengangguk setuju. “Ok, Ma. Aku setuju saja kalau memang itu jalan yang terbaik menurut Mama. Lalu kapan kita akan mengatakannya pada Celine?”“Besok pagi sewaktu sarapan. Siangnya kamu harus ikut Mama menjemputnya pulang sekolah. Lalu kita pergi bersama-sama ke makam Sonya. Bagaimana?”Joshua menganggukkan kepalanya menurut saja. Oma Merry tersenyum senang. Akhirnya…aku bisa mengajak anakku pergi ke sekolah besok, soraknya penuh sukacita dalam hati. Akan kukenalkan padanya gadis istimewa yang berhasil merebut hatiku dan Celine. Aku berharap Joshua juga akan merasakan betapa spesialnya Miss Amanda.
Oma Merry segera mencairkan suasana, “Nggak apa-apa, Miss. Kami jemput saja di kos, kalau Miss tidak berkeberatan….”“Ehm…kita langsung ketemu di K-Mall saja ya, Oma. Hari Sabtu jam dua siang bisa?”“Oh, tidak merepotkan Miss Amanda-kah kalau kita langsung bertemu di K-Mall?”“Sama sekali tidak, Oma.”“Miss nanti berangkat ke K-Mall naik apa?”Joshua memelototi ibunya gemas. Kok mau tahu aja, sih? gerutunya dalam hati. Yang penting kan langsung ketemu di sana beres.&nbs
Malam harinya Joshua membacakan buku cerita kesukaan Celine hingga anaknya itu tertidur. Oma Merry merasa senang sekali putranya kembali melakukan kembali kebiasaannya yang sempat terhenti selama hampir setahun terakhir itu. Celine terlelap dengan mengulas senyum bahagia di wajahnya yang lucu menggemaskan.“Ayo keluar, Mama mau bicara,” bisik perempuan setengah baya itu kepada putranya. Joshua mengangguk mengiyakan. Setelah mengecup dahi putrinya dan menyelimuti tubuh mungil itu, laki-laki berperawakan kekar itu mematikan lampu kamar dan menutup pintu. Dia lalu menyusul ibunya duduk di sofa ruang keluarga.“Kau dengar sendiri kan, doa Celine tadi siang di depan pusara Sonya?” tanya Oma Merry pada putranya yang duduk tepat di sebelahnya.&nb
Amanda mengangguk membenarkan dan berkata, “Sepertinya begitu.”“Lalu kalian besok Sabtu siang ngapain ketemu di K-Mall?”“Mencarikan gaun ulang tahun untuk Celine. Bulan depan dia akan merayakannya di sekolah.”Sepasang mata Fanny terbelalak lebar. “Buat apa mengajakmu segala? Memangnya mau beli gaun macam apa?”“Gaun kuning Princess Belle itu lho, tokoh utama Beauty and the Beast.” “Tinggal cari di online shop apa susahnya?”
Dan kini ada seorang pria yang usianya jauh diatasnya, tapi menarik perhatian gadis itu. Laki-laki itu sungguh berbeda dengan pemuda-pemuda yang dulu berpacaran dengannya. Joshua kelihatan begitu tampan, sopan, dan…matang. Kelihatannya omanya Celine memang bermaksud menjodohkan anaknya dengan diriku, duganya dalam hati. Tapi…aduh, aku takut menjalin hubungan yang serius. Aku takut menikah. Aku takut punya anak….“Sudahlah, Man,” cetus Fanny membuyarkan lamunan gadis bermata bulat dan berambut ikal panjang itu. “Nggak usah terlalu dipikirin. Lihat saja besok gimana.”Amanda mengangguk setuju. Iya, dilihat besok saja perkembangannya bagaimana, batinnya pasrah. Barangkali aku yang kege-eran sendiri. Siapa tahu Omanya Celine tidak benar-benar bermaksud menjodohkanku dengan anaknya.
“Bagus sekali, Celine. Cuma sepertinya agak kepanjangan, ya?” komentar Amanda seraya membungkukkan badannya dan memeriksa bagian bawah gaun tersebut.“Bisa kami pendekkan kalau mau, Bu. Cuma mesti menunggu sekitar tiga jam karena harus antri dengan pesanan-pesanan sebelumnya. Bagaimana, Bu?” tanya pelayan toko itu kepada Amanda.Yang ditanya mengalihkan pandangannya kepada Oma Merry untuk meminta pendapat. Oma Merry mengangguk dan menjawab lugas, “Baiklah, Mbak. Tolong dipendekkan yang rapi, ya. Tapi jangan dipotong kainnya. Supaya nanti masih bisa dipakai cucu saya waktu lebih tinggi lagi badannya.”“Baiklah, Bu. Saya ukur dulu ya, mau dipendekkan seberapa.”&
Berarti kamu sekarang berusia dua puluh lima tahun. Dua belas tahun lebih muda dariku. Aduh, mana mau dia sama laki-laki setua aku ini? pikir Joshua minder.Selanjutnya percakapan mereka terjeda oleh kedatangan seorang pelayan yang membawakan pesanan Joshua. Sepiring gado-gado, sepiring rujak manis, dan segelas besar teh tawar hangat. Laki-laki itu mengucapkan terima kasih dan pelayan itu pun pergi meninggalkan mereka berdua.“Saya makan dulu gado-gadonya ya, Miss. Rujak manisnya saya pesan buat Miss Amanda, lho. Silakan dinikmati.”Amanda yang merasa sungkan terpaksa menikmati serpiring buah-buahan yang diberi bumbu gula merah itu.
Malam harinya Amanda membacakan cerita untuk Celine sebelum tidur. Ditemaninya anak itu sampai terlelap. Lalu dikecupnya pipi mungil yang menggemaskan itu dan keluarlah ia meninggalkan kamar tersebut. Perempuan yang sudah resmi menjadi seorang istri itu lalu melangkah masuk ke dalam kamar yang selama ini ditempati Joshua sendirian. Dengan jantung berdegup kencang dibukanya pintu kamar. “Mas Josh,” sapanya sembari mencari-cari sosok suaminya di dalam ruangan yang terang benderang. Tak ada jawaban. Orang yang dicarinya tak kelihatan batang hidungnya. Diperiksanya kamar mandi, tak tampak secuil pun bayangan Joshua. Di mana ya, suamiku? tanya Amanda dalam hati. Dia lalu keluar dari kamar mandi. Pandangannya mulai berkelana ke sepanjang
Selanjutnya Tante Beatrice dan Tante Bianca bersatu-padu menggugat Arnold atas pasal tindakan penganiayaan. Mereka sepakat mengeluarkan sejumlah besar uang agar kasus tersebut tidak diberitakan oleh media. Bukti-bukti banyak yang memberatkan tersangka hingga menyebabkan statusnya berubah menjadi terdakwa. Kesaksian Joshua turut meyakinkan hakim bahwa terdakwa mempunyai kecenderungan melakukan penyiksaan terhadap kaum wanita.Setelah menjalani persidangan selama beberapa bulan, akhirnya hakim menjatuhkan hukuman tiga belas tahun penjara. Arnold yang kondisinya tak lagi terawat seperti dulu akibat lama meringkuk di sel rumah tahanan, tidak terima terhadap keputusan hakim.“Keputusan hakim tidak adil. Saya mau naik banding! Naik banding!” teriaknya histeris. Kuasa hukum yang diperolehnya secara cuma-cuma dari negara hanya memandang tak berdaya ketika kliennya itu diringkus
Keesokkan harinya Amanda dijemput mobil travel pukul enam pagi. Setelah mengikuti rute sang sopir menjemput penumpang-penumpang di Malang dan menurunkan mereka di alamat-alamat yang dituju, akhirnya tibalah saatnya gadis itu diantarkan ke rumah Joshua.Kedatangannya langsung disambut hangat oleh sang kekasih. Oma Merry sedang menunggui Celine di sekolah. Joshua segera mengajak gadis itu memasuki kamar kerjanya. Sesampainya di ruangan yang cukup besar itu, laki-laki yang dilanda kerinduan teramat sangat itu segera menutup pintu. Direngkuhnya gadis yang selalu menghiasi mimpi-mimpinya tiap malam itu dalam pelukan hangatnya.“Aku kangen banget, Manda,” ucapnya lembut seraya membelai-belai rambut ikal harum sang pujaan hati. Ditengadahkannya wajah cantik itu dan diciuminya dengan penuh hasrat. Bibir mereka saling be
“Bagaimana, Nona Amanda? Barangkali ada hal-hal yang kurang dipahami? Saya akan menjelaskannya lagi jika tidak keberatan….”Yang ditanya menggeleng pelan. Sambil tersenyum simpul, gadis cantik itu menyahut, “Saya sudah memahami semuanya, Bapak Petrus. Saya pribadi bersedia membantu Tante Beatrice. Mengenai Mas Joshua bersedia atau tidak memberikan kesaksian, mohon beri saya waktu untuk membujuknya. Karena ini berkaitan dengan aib rumah tangganya yang dulu menimbulkan kepedihan teramat besar bagi dirinya. Saya harus sangat berhati-hati agar luka hatinya yang sudah sembuh tidak menganga lebar kembali.”Petrus mengangguk tanda mengerti. Memang tak mudah bagi seorang suami untuk membuka aib keretakkan rumah tangganya di depan orang lain. Sambil tersenyum bijaksana, kuasa hukum Beatrice itu berkata bijak, “Terima kasih banyak atas kesediaan Nona Amanda membantu kami. Saya percaya orang baik seperti Nona
Pagi itu Amanda sedang berada di rumah. Ia baru saja selesai sarapan bersama ayahnya dan hendak berangkat ke rumah sakit untuk menggantikan Valerie menjaga ibu mereka. Tiba-tiba ponselnya berbunyi karena telepon dari nomor tak dikenal.“Halo?” sapa gadis itu ramah. Lalu terdengar sebuah suara berat seorang laki-laki dewasa, “Maaf, apakah saya sedang berbicara dengan Nona Amanda?”“Betul, saya sendiri. Ada keperluan apa, ya?” tanya Amanda heran. Caranya bicara bukan seperti orang yang mau menawarkan kartu kredit atau pinjaman tunai, komentarnya dalam hati. Gadis itu sudah terbiasa menerima telepon dari tenaga-tenaga pemasaran produk-produk semacam itu.“Oh, Nona Amanda sendiri? Kenalkan. Saya Petrus, pen
Tante Beatrice melongo. Tak diduganya suaminya bermaksud menjodohkannya dengan sahabat baiknya sendiri. Dan yang paling mengejutkan adalah…ternyata orang itu sudah lama menaruh hati pada dirinya! Pikiran wanita yang sedang yang kacau balau tak sanggup menerima kenyataan ini. Ditatapnya laki-laki berbadan tinggi besar dan berwajah kasar itu dengan garang.“Keluar kau sekarang! Keluar! Kalian para lelaki memang tak bisa dipercaya. Aku kecewa dengan kalian semua! Pergi kau, pergi!” teriaknya mengusir Petrus.Suaranya yang histeris ternyata terdengar sampai ke luar kamar. Seketika seorang dokter dan dua perawat datang menengoknya. “Ada apa, Bu Beatrice. Apakah Ibu merasa kesakitan?” tanya sang dokter cemas. Seharusnya obat yang diberikannya tadi sudah mampu meredakan rasa sakit pada wajah si pasien.“Saya sakit hati melihat orang ini, Dokter!” seru pasiennya seraya menunjuk-nunjuk k
“Arnold kok dilawan,” seringainya jahat. Dengan santai dia naik lift menuju basement tempat mobilnya diparkir.Sementara itu Tante Beatrice yang terbaring di lantai dengan wajah penuh luka perlahan bangkit.Dilihatnya keadaan Tante Bianca. Alangkah terkejutnya dia melihat mata wanita itu terpejam.“Ya Tuhan, apakah dia sudah mati?” cetusnya cemas. Didekatkannya telinganya pada dada perempuan itu. Ia menghembuskan napas lega mendengar Tante Bianca masih bernapas. Dipandanginya wajah dan tubuh yang babak belur itu prihatin. Kami berdua adalah wanita-wanita paruh baya yang tak tahu diri, tangisnya dalam hati. Inilah balasan yang harus kami terima sekarang.Lalu perlahan ia bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kama
Keesokkan sorenya, pesawat yang dinaiki Tante Beatrice dari Singapore mendarat di bandara Juanda, Surabaya. Ia dijemput oleh sopirnya yang langsung mengantarnya pulang ke rumah.“Ini oleh-oleh buatmu dan keluarga,” ujar wanita itu sesampainya di rumah. Ia menyerahkan sebuah kantung kertas berisi aneka makanan ringan khas negeri Singa kepada sopirnya. Pegawai kepercayaan Tante Beatrice itu menerimanya sambil mengucapkan terima kasih.“Apakah Ibu masih mau pergi lagi malam ini?” tanya pria itu sopan. Dilihatnya bosnya itu menggeleng. “Kamu boleh pulang sekarang. Saya sudah tidak ada rencana pergi kemana-mana,” jawab Tante Beatrice lugas.Sang sopir mengangguk. Disodorkannya kunci mobil kepada majikannya dan ia
Tante “Bagaimana gagasan Val tadi menurut Mama?” tanya gadis itu menanti reaksi sang ibu. Rita mengangguk dan berkata, “Mama suka dengan ide-idemu itu, Nak. Tapi coba bicarakan dengan Papa dulu, ya. Siapa tahu beliau bisa memberikan masukan yang bisa mendukung pemikiranmu tadi.”Valerie menatap ibunya takjub. Mama sudah berubah, pikirnya senang. Rupanya serangan stroke yang dialaminya membuat dirinya introspeksi diri. Dulu dia jarang sekali mau mendengarkan pendapat orang lain karena merasa dirinya sendiri yang benar. Tuhan memang luar biasa, batin gadis itu penuh rasa syukur. Selalu punya cara untuk membuat umatNya bertobat.“Lalu bagaimana dengan impianmu untuk belajar bahasa Mandarin di Beijing, Val?” tanya ibunya penasaran. Ia tak percaya anaknya yang biasanya keras kepala in