Malam harinya Amanda membacakan cerita untuk Celine sebelum tidur. Ditemaninya anak itu sampai terlelap. Lalu dikecupnya pipi mungil yang menggemaskan itu dan keluarlah ia meninggalkan kamar tersebut.
Perempuan yang sudah resmi menjadi seorang istri itu lalu melangkah masuk ke dalam kamar yang selama ini ditempati Joshua sendirian. Dengan jantung berdegup kencang dibukanya pintu kamar.
“Mas Josh,” sapanya sembari mencari-cari sosok suaminya di dalam ruangan yang terang benderang. Tak ada jawaban. Orang yang dicarinya tak kelihatan batang hidungnya. Diperiksanya kamar mandi, tak tampak secuil pun bayangan Joshua. Di mana ya, suamiku? tanya Amanda dalam hati.
Dia lalu keluar dari kamar mandi. Pandangannya mulai berkelana ke sepanjang
Terima kasih Kakak-kakak sekalian, sudah membaca kisah Amanda hingga tamat ;D Baca karya-karya Sofia Grace lainnya ya di Goodnovel .... Hehehe.... Ada : Jessica, Luka yang Terpendam Cinta yang Terenggut Feli Sayang Miss D Terima kasih ;D
Twinkle, twinkle little star How I wonder what you are Up above the world so high Like a diamond in the sky Seorang guru muda nan cantik sedang menyanyikan lagu anak-anak yang sangat terkenal itu dengan begitu ceria. Kedua tangannya digerak-gerakkan bagaikan bintang yang berkerlap-kerlip dengan indahnya. Tubuh rampingnya bergoyang-goyang ke kiri dan kanan untuk menarik perhatian murid-murid di kelas tersebut. Usaha Amanda, wali kelas TK B, itu tidak sia-sia. Bocah-bocah lugu berusia antara lima hingga enam tahun itu meniru gerakan-gerakan yang diperagakannya dengan penuh sukacita. Gadis berusia dua puluh lima tahun itu memang sangat menikmati pekerjaannya selama tiga tahun terakhir sebagai guru taman kanak-kanak swasta di kota Surabaya. Latar-belakang pendidikannya di bidang pendidikan bahasa Inggris sangat menunjang kemampuannya untuk berkomunikasi
“Kamu harus datang menghadiri perayaan ulang tahun anakmu di sekolah, Josh,” ucap Oma Merry kepada putra tunggalnya, Joshua.Ayah Celine itu hanya menganggukkan kepalanya sekilas tanpa memandang wajah ibunya. Ia sedang duduk mengetik pada laptop di kamar kerjanya. Oma Merry yang duduk persis di hadapannya merasa gemas melihat sikap acuh tak acuh laki-laki itu."Joshua Tanaka, apakah kamu masih menganggap aku ini ibumu?!”Pria itu terkesiap mendengar nada suara ibu kandungnya yang mulai meninggi. Dihentikannya aktivitas mengetiknya dan ditatapnya wanita setengah baya itu dengan penuh tanda tanya. “Ada apa, Ma? Kok tiba-tiba marah?”“Siapa yang nggak marah kalau dicuekkin begini?”“Aku kan sudah menyanggupi untuk hadir di acara ulang tahun Celine.”“Apakah kau akan benar-benar menepati janji?”“Tentu saja, Ma. Celine kan anakku.”“Kalau begitu, kenapa
“Yes, Joshua. Anakmu sebentar lagi berumur enam tahun. Tak terasa tahun depan dia akan masuk SD. Permasalahan yang dihadapinya di sekolah akan lebih kompleks lagi. Lebih baik kita mengatakan yang sebenarnya bahwa…ibunya sudah meninggal dunia.”Ayah Celine tercenung selama beberapa saat. Lalu wajah tampan itu mengangguk setuju. “Ok, Ma. Aku setuju saja kalau memang itu jalan yang terbaik menurut Mama. Lalu kapan kita akan mengatakannya pada Celine?”“Besok pagi sewaktu sarapan. Siangnya kamu harus ikut Mama menjemputnya pulang sekolah. Lalu kita pergi bersama-sama ke makam Sonya. Bagaimana?”Joshua menganggukkan kepalanya menurut saja. Oma Merry tersenyum senang. Akhirnya…aku bisa mengajak anakku pergi ke sekolah besok, soraknya penuh sukacita dalam hati. Akan kukenalkan padanya gadis istimewa yang berhasil merebut hatiku dan Celine. Aku berharap Joshua juga akan merasakan betapa spesialnya Miss Amanda.
Oma Merry segera mencairkan suasana, “Nggak apa-apa, Miss. Kami jemput saja di kos, kalau Miss tidak berkeberatan….”“Ehm…kita langsung ketemu di K-Mall saja ya, Oma. Hari Sabtu jam dua siang bisa?”“Oh, tidak merepotkan Miss Amanda-kah kalau kita langsung bertemu di K-Mall?”“Sama sekali tidak, Oma.”“Miss nanti berangkat ke K-Mall naik apa?”Joshua memelototi ibunya gemas. Kok mau tahu aja, sih? gerutunya dalam hati. Yang penting kan langsung ketemu di sana beres.&nbs
Malam harinya Joshua membacakan buku cerita kesukaan Celine hingga anaknya itu tertidur. Oma Merry merasa senang sekali putranya kembali melakukan kembali kebiasaannya yang sempat terhenti selama hampir setahun terakhir itu. Celine terlelap dengan mengulas senyum bahagia di wajahnya yang lucu menggemaskan.“Ayo keluar, Mama mau bicara,” bisik perempuan setengah baya itu kepada putranya. Joshua mengangguk mengiyakan. Setelah mengecup dahi putrinya dan menyelimuti tubuh mungil itu, laki-laki berperawakan kekar itu mematikan lampu kamar dan menutup pintu. Dia lalu menyusul ibunya duduk di sofa ruang keluarga.“Kau dengar sendiri kan, doa Celine tadi siang di depan pusara Sonya?” tanya Oma Merry pada putranya yang duduk tepat di sebelahnya.&nb
Amanda mengangguk membenarkan dan berkata, “Sepertinya begitu.”“Lalu kalian besok Sabtu siang ngapain ketemu di K-Mall?”“Mencarikan gaun ulang tahun untuk Celine. Bulan depan dia akan merayakannya di sekolah.”Sepasang mata Fanny terbelalak lebar. “Buat apa mengajakmu segala? Memangnya mau beli gaun macam apa?”“Gaun kuning Princess Belle itu lho, tokoh utama Beauty and the Beast.” “Tinggal cari di online shop apa susahnya?”
Dan kini ada seorang pria yang usianya jauh diatasnya, tapi menarik perhatian gadis itu. Laki-laki itu sungguh berbeda dengan pemuda-pemuda yang dulu berpacaran dengannya. Joshua kelihatan begitu tampan, sopan, dan…matang. Kelihatannya omanya Celine memang bermaksud menjodohkan anaknya dengan diriku, duganya dalam hati. Tapi…aduh, aku takut menjalin hubungan yang serius. Aku takut menikah. Aku takut punya anak….“Sudahlah, Man,” cetus Fanny membuyarkan lamunan gadis bermata bulat dan berambut ikal panjang itu. “Nggak usah terlalu dipikirin. Lihat saja besok gimana.”Amanda mengangguk setuju. Iya, dilihat besok saja perkembangannya bagaimana, batinnya pasrah. Barangkali aku yang kege-eran sendiri. Siapa tahu Omanya Celine tidak benar-benar bermaksud menjodohkanku dengan anaknya.
“Bagus sekali, Celine. Cuma sepertinya agak kepanjangan, ya?” komentar Amanda seraya membungkukkan badannya dan memeriksa bagian bawah gaun tersebut.“Bisa kami pendekkan kalau mau, Bu. Cuma mesti menunggu sekitar tiga jam karena harus antri dengan pesanan-pesanan sebelumnya. Bagaimana, Bu?” tanya pelayan toko itu kepada Amanda.Yang ditanya mengalihkan pandangannya kepada Oma Merry untuk meminta pendapat. Oma Merry mengangguk dan menjawab lugas, “Baiklah, Mbak. Tolong dipendekkan yang rapi, ya. Tapi jangan dipotong kainnya. Supaya nanti masih bisa dipakai cucu saya waktu lebih tinggi lagi badannya.”“Baiklah, Bu. Saya ukur dulu ya, mau dipendekkan seberapa.”&