“Lo jadiin gue bahan taruhan?” tanya seorang gadis dengan nada bergetar. Laki di depan nya hanya diam tak bisa berkutik. "Jawab! Dir" bentak Gadis itu yang sudah terlanjur emosi "Kalau iya gue jadiin lo bahan taruhan kenapa? Gak terima?" tanya laki di depan nya dengan nada sinisnya. Laki itu menunjuk gadis di depannya dengan jari telunjukknya. "Gue ogah banget deketin cewek yang sok kayak lo! Kalau bukan karena taruhan, gue gak bakal mau nge deketin lo!" ucap nya kembali membuat gadis itu menggeleng tak percaya. Ketika dia sudah percaya dengan ucapan laki di depannya namun justru dia di jadikan bahan mainan "Laki bajingan lo!” WELCOME MY STORY!
Semua orang memiliki trauma tersendiriJangan sampai trauma tersebut menjadikan cara untuk menjatuhkannya ---------::---------- Sebuah mobil memasuki area sekolah . Mereka sangat tau itu pemilik mobil siapa, ya tidak lain Angle Wing. Semua memberi nama mereka Angle Wing. Angle wing hanya berangotakan 50 orang, 6 orang inti. Mereka semua memandang kagum ketika Angle Wing keluar dari mobilnya. Semua sangat terpaku melihat Kecantikan Anggota inti Angle Wing. Dan mereka lebih terpaku melihat Ketua Angle Wing yang keluar dari mobil. Ya tidak lain adalah Alice Charllote. Kalian mengira Geng Angle Wing geng bikin rusuh? Bikin masalah? Bikin onar? Shttt k
Jangan memandang seseorang dengan sebelah matamuTapi pandanglah seseorang dengan kedua matamu ---------:--------- Angle wing memarkirkan mobil mereka di depan gerbang sekolah, nampak gerbang sudah terkunci rapi dan lapangan sudah sangat sepi. Mereka keluar dari mobil, memikirkan cara agar mereka bisa masuk kesekolah. "Bolos aja yok" ucap Auri sambil melihat kearah lapangan yang sangat sepi. "Ogah! Yang ada papi gw ngomel 24 jam, trus gw gak dikasi uang jajan gimana?" jawab Gatha dengan ketus. &n
Jika anda yang membuat saya kecewa, maka jangan harap saya kembali seperti dulu! ---------:------- ALICE turun dari kamarnya, ia melihat Papinya duduk di sofa dengan koran ditangannya. Alice hanya acuh tak acuh melihat Papinya yang duduk disana. Hingga langkah Alice terhenti ketika Dion memanggil namanya. "Alice, nanti kamu ikut papi ketemu klien na—" "Saya tidak ada waktu untuk klien tidak penting anda, Tuan Dion" potong Alice tanpa menatap sedikitpun ke arah Dion. Duk! Duk! Duk
Jangan merendahkan, jika anda tidak ingin di rendahkan --------:-------- ALICE dkk kini tengah berada di toilet sekolah, karena kejadian tadi di kantin membuat mood Alice menjadi kacau abruk. Hingga Teman-temannya untuk bertanya saja rasanya tidak berani, jangankan bertanya, ngomong aja sudah salah. "Gw bakal bales lo, cowok alay!" Bentak Alice setelah selesai menguyur wajahnya dengan air. Auri yang bersedekap dada dan bersender di dinding toilet, menatap Alice lekat. "Mereka ga—" "Ri gw lagi ngomong, jangan potong - potong!" bentak Alice sambil menatap Auri le
Jangan bersikap seolah-olah anda menjadi tritagonis, jika pada ujungnya anda sepenuhnya menjadi antagonis.----------:--------- Alice membuka matanya, ia mengambil handphone di nakas yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia membuang handphonenya ke samping, ia menatap langit-langit kamar. Alice memejamkam matanya sejenak. "Ma El kangen ma" lirih Alice. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat Alice harus bangun. Ia berjalan mendekati pintu dengan malasnya, jarak antara kasur dan pintu sangatlah jauh, karena kamarnya juga sangat luas
Jika anda suka memainkan hati perempuan, maka sama dengan anda memainkan hati ibumu sendiri. --------------:-------------- Alice dkk baru saja memasuki area sekolah, banyak tatapan kagum dan iri kepada mereka, ketika mereka keluar dari mobil. Alice menggunakan earphone nya, Rambut di gerai jaket angle wong melekat di tubuh mereka. Membuat mereka makin cool. Disisi lain, Diamond melihat mereka dari kejauhan. Terutama Dirga yang sangat memperhatikan gerak-gerik seorang Alice. Satria menyenggol Abi, sambil matanya mengode untuk melihat Dirga. Abi menatap Dirga, ia tersenyum kecut. "Lo berani dekatin dia?" tanya Abi dengan senyum smriknya. "Kalau lo gak bisa, lo cemen jadi ketua" balas Devan sontak membuat Dirga menatap dirinya tajam - tajam. Dirga berdiri dari motornya. "Gw bisa, pega
Jangan merasa diri paling hebat, ingat petarung handal memakai kekuatan dan kemampuan bukan menggunakan pisau tajam untuk melimpahkan lawan ----------------:-------------- Alice kini berada di sebuah ruangan, bukan sendirian melainkan dengan seorang laki-laki di depannya. Mereka saling tatap dengan tatapan saling benci, Alice membuka buku dan menyerahkan ke depan laki itu. "Baca dan pahami, kalau lo gak tau baru nanya" ucap Alice ketus. Dirga tak mengumbris, ia membaca buku dengan malasnya. Angka-angka yang membuat matanya rusak membuat dirinya sangat tak suka.