Jangan memandang seseorang dengan sebelah matamu
Tapi pandanglah seseorang dengan kedua matamu---------:---------
Angle wing memarkirkan mobil mereka di depan gerbang sekolah, nampak gerbang sudah terkunci rapi dan lapangan sudah sangat sepi.
Mereka keluar dari mobil, memikirkan cara agar mereka bisa masuk kesekolah.
"Bolos aja yok" ucap Auri sambil melihat kearah lapangan yang sangat sepi.
"Ogah! Yang ada papi gw ngomel 24 jam, trus gw gak dikasi uang jajan gimana?" jawab Gatha dengan ketus.
"Udah-udah mending manjat aja!" ajak Nia membuat mereka menatapnya.
"Ayo!"
"Ogah!"
Alice menatap mereka dengan raut wajah malas. "Trus lo mau masuk gimana dongo? Lo mau bolos? Yaudah sana!" ucap Alice.
Alice kemudian melemparkan tasnya, ia mulai memanjat gerbang sekolah. Teman-temannya hanya menyaksikan.
Alice sudah berada di dalam sekolah, beda halnya dengan para teman-temannya yang masih melonggo di luar.
" Gak mau masuk? Kalau gak mau gw pergi nih" ucap Alice dan ingin melangkah pergi.
"Eh tunggu!" ucap Anggota Angle Wing bersamaan membuat Alice menghentikan langkahnya.
Anggota Angle Wing satu persatu memanjat gerbang, dan sekarang yang tersisa hanya Lia. Ia tidak kunjung meloncat juga.
"Buruan Lia!" bentak Auri.
"Gw ta-kut!" ucap Lia dengan nada gemeteran.
Alice memutar bola matanya malas. "Lo loncat gak bakal mati!"
Lia memejamkan matanya, kemudian ia pun meloncat.
"Ayok buruan kekelas!" ajak Alice.
Mereka pun memungut tas mereka, dan segera berlari kekelas namun, belum sampai keluar lapangan mereka dihadang oleh guru BK.
"Kenapa telat kalian?" tanya Guru Bk—Bu Sandi. Ia sudah hafal dengan kelima gadis nakal ini.
"Ya karena gak datang awal" ucap Alice dengan nada santainya.
Bu Sandi hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka. "Kalian sudah telat lebih dari 50 kali," ucap Bu Sandi.
Auri menaikkan alisnya satu. "Hubungannya sama kita apa buk??" tanya Auri.
Alice mengancungkan jempol. "Betul, hubungannya apa buk?" Alice ikut bertanya.
Bu Sandi menghembuskan nafasnya kasar, ia sangat susah meladeni anak didik ya ini. "Tolong jangan telat lagi ya, berubah lah kalian kakak kelas harus jadi contoh yang baik" ucap BU sandi dengan nada tertekan.
Alice mendekatkan wajahnya ke bu Sandi. "Ibu Capek?" tanya Alice.
Bu Sandi menganguk.
"Kalau capek harus ngapain geng?" Tanya Alice sambil menoleh teman-temannya.
"Harus istirahat!"
"Kalau lelah?"
"TIDUR!"
"Kalau gak suka?"
"jauhkan!"
"Kalau suka?"
"Laksanakan!"
Alice dkk pun tertawa Sementara Bu Sandi berkacak pinggang dengan raut wajah datarnya.
"Bersihin kolam renang! Sekarang!"
©®
Angle wing tengah clingak-clunguk di pinggir kolam renang, mereka memperhatikan setiap sudut kolam renang tersebut.
"Lihat! Kolam renang yang sudah bersih, gak ada debu disuruh bersihin? Mau bersihin apa emang? Plankton?" Ucap Alice dengan nada ketusnya sambil merentangkan tangannya kedepan menunjuk daerah kolam renang.

#Visual kolam renang nya.
Auri menganguk. "Iya yak, jangan-jangan kita disuruh bersihin air lagi"
Gatha menatap Auri dengan wajah malasnya. "Boleh kah aku terbebas dari hukuman sehari aja tuhan?" lirih Gatha sambil berjongkok.
Nia menatap Gatha tajam. "Heh kalau lo gak mau kena hukuman, ya gak usah cari masalah di sekolah" ucap Nia tajam.
"Ya gimana gak cari masalah kalau ketuanya aja gini" lirih Gatha namun masih bisa didengar oleh Alice.
Alice menatap Gatha tajam-tajam. "Trus? Lo salahin gw? Yaudah keluar aja!" ucap Alice dengan nada dinginnya membuat Gatha ngeri sendiri.
"Betul tuh! Kalau gak suka keluar aja!" ompor Auri.
Gatha hanya senyum cengegesan. "Peace El"
Alice memutar bola matanya malas, ia segera membalikkan badannya dan pergi dari kolam renang.
"Asal pergi aja si buk ketu!!" Teriak Auri kemudian berlari menyusul Alice dan di ikuti oleh teman-temannya.
Mereka memasuki ruang kelas mereka, tidak dapat jam pelajaran membuat mereka semakin tenang.
Alice berjalan menuju mejanya dan segera duduk. Ia merasa ada yang menatapnya, Alice menoleh ke samping ia melihat jelas Dirga menapnya tajam.
"Apa liat-liat?" tanya Alice dengan nada ketusnya.
Dirga tak menjawab, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Alice yang merasa terkacangi pun mendengus kesal.
"Positif thingking, mungkin dia bisu"
©®
Bel pulang sekolah berbunyi, semua siswa sudah pergi dari area sekolah. Sama halnya dengan Alice dkk, mereka kini masih berada di dalam mobil.
"Udah kalian umumin kan?" tanya Alice tanpa menatap kearah mereka.
"Udah dong, sembako sudah lengkap di bascame" ucap Gatha sambil menatap layar ponselnya.
Alice menganguk, memang hari ini mereka memiliki jadwal untuk membagikan sembako ke fakir miskin. Nakal-nakal begini, Alice dkk punya hati nurani loh!
Alice mengantarkan teman-temannya satu persatu kerumah nya. Sudah semua teman-teman nya ia hantarkan kini dirinya yang masih tersisa di mobil.
Alice menambah kecepatan mobilnya ia ingin istirahat sampai dirumah. Tak kunjung lama, Alice sudah sampai ia segera memarkirkan mobilnya di garasi.

#Visual Rumah Alice.
Ia masuk kedalam rumah megahnya, baru membuka pintu ia melihat jelas keluarga besarnya sudah berkumpul di ruang tamu. Dengan rasa malasnya Alice berjalan menghampiri mereka, ia menyalimu seorang nenek yang umurnya sudah sangat tua.
"Eyang apa kabar?" tanya Alice dengan nada lembutnya.
"Eyang baik, Alice bagaimana keadaannya?" tanya Eyang sambil mengelus kepala Alice.
Alice tersenyum. "Sangat baik!" ucap Alice.
Eyang dan Alice pun berpelukan, sudah lama berpelukan Alice melepaskan pelukannnya.
"Bagaimana sekolahmu El?" Tanya Seorang pria yang duduk di samping Eyang.
Alice meliriknya dengan lirikan malas. "Apa anda peduli? Tuan Dion?" tanya Alice dengan nada tertekan.
"El k—"
"Sudahlah tuan Dion, saya tidak memiliki waktu berbicara dengan anda!" ucap Alice tegas dan beranjak menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.
Dion menatap kepergian anaknya.
"Sudahlah, mending kamu cari saja kedua putramu dan juga istrimu Dion" ucap pria yang berada di depan Dion.
"Saya tidak sudi mencari mereka!"

#anggap saja ada orangnya.
***
A"Sudah lengkap semua?" tanya Gadis itu dengan nada tegasnya.
"SUDAH!" jawab mereka serempak.
Alice bangun dari kursinya. "Kita gak bakal bawa semua orang disini jadi orang yang gw pilih buat ikut bagiin sembako hari ini, kalian bisa keluar lebih dulu!" perintah Alice dan dilaksanakan dengan baik oleh anggotanya.
Ingat! Walau Alice disekolah gadis nakal dan bar-bar tapi tidak diluar sekolah, ia menjadi gadis yang dingin dan tegas.
"Anggota inti kita keluar sekarang!"
Alice dan anggota inti segera berjalan keluar dari bascame, mereka menaiki mobil milik Alice.
20 menit di perjalanan mereka telah sampai di tempat tujuan, mereka semua turun dan Alice langsung menghampiri mobil milik anggota lainnya.
" Bagikan semua! Jangan sampai gak ada kebagian!" ucap Alice kepada para anggotanya.
Auri turun dari mobil dengan malasnya, ia berjalan mendekati Alice. "Malas banget gw El" ucap Auri.
"ckk.. Ngapain ikut kalau malas? Gw nyuruh?" tanya Alice.
"Ya enggak, lagian masak gw yang sebagai wakil kedua gak ikut!" jawab Auri.
"Yaudah salah sendiri!" ucap Alice dan langsung pergi meninggalkan Auri disana.
Auri mendengus kesal, ia pun berlari menyusul Alice.
"El, lo liat gak disana ramai banget" ucap Gatha sambil menunjuk ke jalan yang sangat ramai.
Alice menatap tajam-tajam ke arah yang ditunjuk Gatha. "Gw tau mereka siapa" ucap Alice tajam.
"Siapa?" tanya mereka serempak.
Alice menoleh kebalakang. "Kalau sudah selesai kalian boleh pulang! Anggota inti saja biarkan disini!" ucap Alice.
"Lah kita mu—" Ucapan Auri terpotong ketika Alice berjalan melintasinya
"Terkacangi mulu perasaan!" ucap Auri kasar sambil mengikuti Alice.
Alice dkk kini berjalan menuju perkumpulan anak laki-laki, yang setiap anggota memakai jaket hitam. Namun disebelah kiri mereka terdapat geng lain yang memakai jaket berwarna coklat gelap.
" Ekem! " Alice berdekatan membuat mereka semua yang berada di sana menatap Aice dkk tajam.
"Wihh ada cecan-cecan nih, mau Aa Abi jadiin pacar tidak?" tanya laki yang berjaket hitam dan di lenganya bertuliskan Diamond.
Alice memutar bola matanya malas. Ia berjalan mendekati geng di samping kiri mereka. "Mulai lagi?" tanya Alice dengan nada tegasnya.
Laki didepannya Mendengus kesal. "Lo ja—"
"Ok, Eyang bakal marah sama lo" bisik Alice membuat laki di depannya diam.
Alice berbalik badan dan segera pergi meninggalkan mereka. Sementara Auri menatap penat laki itu.
"Kasian gak jadi balapan, Wlee!" enek Auri tiba-tiba dan berlari menyusul Alice.
Benar saja, Laki itu langsung membatalkan balapannya dan pergi meninggalkan mereka. Sementara Diamond, mereka mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia tak terima jika kegiatannya di ganggu gugat.
"Siapa sih mereka! Sok Banget!" bentak Devan sambil memukul sang motornya.
"Besok gw bakal bikin perhitungan sama tu gadis!" sambung Devan.
"Bubar! Jangan di bawa emosi!" final Dirga dan langsung memancapkan gas motornya dan disusul oleh anggota lainnya.
Jika anda yang membuat saya kecewa, maka jangan harap saya kembali seperti dulu! ---------:------- ALICE turun dari kamarnya, ia melihat Papinya duduk di sofa dengan koran ditangannya. Alice hanya acuh tak acuh melihat Papinya yang duduk disana. Hingga langkah Alice terhenti ketika Dion memanggil namanya. "Alice, nanti kamu ikut papi ketemu klien na—" "Saya tidak ada waktu untuk klien tidak penting anda, Tuan Dion" potong Alice tanpa menatap sedikitpun ke arah Dion. Duk! Duk! Duk
Jangan merendahkan, jika anda tidak ingin di rendahkan --------:-------- ALICE dkk kini tengah berada di toilet sekolah, karena kejadian tadi di kantin membuat mood Alice menjadi kacau abruk. Hingga Teman-temannya untuk bertanya saja rasanya tidak berani, jangankan bertanya, ngomong aja sudah salah. "Gw bakal bales lo, cowok alay!" Bentak Alice setelah selesai menguyur wajahnya dengan air. Auri yang bersedekap dada dan bersender di dinding toilet, menatap Alice lekat. "Mereka ga—" "Ri gw lagi ngomong, jangan potong - potong!" bentak Alice sambil menatap Auri le
Jangan bersikap seolah-olah anda menjadi tritagonis, jika pada ujungnya anda sepenuhnya menjadi antagonis.----------:--------- Alice membuka matanya, ia mengambil handphone di nakas yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia membuang handphonenya ke samping, ia menatap langit-langit kamar. Alice memejamkam matanya sejenak. "Ma El kangen ma" lirih Alice. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat Alice harus bangun. Ia berjalan mendekati pintu dengan malasnya, jarak antara kasur dan pintu sangatlah jauh, karena kamarnya juga sangat luas
Jika anda suka memainkan hati perempuan, maka sama dengan anda memainkan hati ibumu sendiri. --------------:-------------- Alice dkk baru saja memasuki area sekolah, banyak tatapan kagum dan iri kepada mereka, ketika mereka keluar dari mobil. Alice menggunakan earphone nya, Rambut di gerai jaket angle wong melekat di tubuh mereka. Membuat mereka makin cool. Disisi lain, Diamond melihat mereka dari kejauhan. Terutama Dirga yang sangat memperhatikan gerak-gerik seorang Alice. Satria menyenggol Abi, sambil matanya mengode untuk melihat Dirga. Abi menatap Dirga, ia tersenyum kecut. "Lo berani dekatin dia?" tanya Abi dengan senyum smriknya. "Kalau lo gak bisa, lo cemen jadi ketua" balas Devan sontak membuat Dirga menatap dirinya tajam - tajam. Dirga berdiri dari motornya. "Gw bisa, pega
Jangan merasa diri paling hebat, ingat petarung handal memakai kekuatan dan kemampuan bukan menggunakan pisau tajam untuk melimpahkan lawan ----------------:-------------- Alice kini berada di sebuah ruangan, bukan sendirian melainkan dengan seorang laki-laki di depannya. Mereka saling tatap dengan tatapan saling benci, Alice membuka buku dan menyerahkan ke depan laki itu. "Baca dan pahami, kalau lo gak tau baru nanya" ucap Alice ketus. Dirga tak mengumbris, ia membaca buku dengan malasnya. Angka-angka yang membuat matanya rusak membuat dirinya sangat tak suka.
Tidak ada di dunia ini sepenuhnya bahagia, namun tak juga sepenuhnya luka. Hanya saja tuhan lagi memberikan ujian dan menyuruh kita untk bersabar. ----------------------:---------------------- Bugh! Alice menendang perut laki itu yang memegang tangannya, ketika Alice menoleh alangkah terkejutnya melihat laki itu. "Eh V-vino?" Tanya Alice dengan nada gelagapannya. Vino memegang perutnya kesakitan, ia berusaha tersenyum dan menatap Alice. "Kenal gw lo?" Alice menganguk. "Lo kenapa bisa di sini?" tanya Alice dengan nada kembali sinis.
"Jangan terlalu gengsi, walau itu memperjuangkan hati,” *** ALICE yang sudah mengenakan pakaian sekolahnya, baru saja turun tangga. Objek yang pertama ia lihat adalah seorang ayahnya duduk bersama seorang gadis, yang tak ia kenal. Alice tak menghiraukan keberadaan mereka, ia hanya menganggap mereka adalah angin lalu. "Alice kamu sarapan dulu" ucap Sang ayah namun dibalas gelengan oleh Alice. Alice terus melangkah menuju keluar rumah, ia tak m
“Lawan Ego dan Gengsi jika ingin memperbaiki diri dan juga harmonis kekeluargaan” --—--------:--------—---- Alice kini berada di uks, akibat kecerobohannya tadi membuat lututnya menjadi luka. Alice meringis ketika Dirga mengobatinya bahkan luka nya sengaja di tekan. "Makannya kalau jalan pakai kaki dan juga mata," ucap Dirga ketika dia sudah selesai mengobati luka Alice. Alice tersenyum kecut. "Terimakasih saran nya tuan Dirga yang terhormat, tapi saya tidak butuh saran dari lo!" ucap Alice sembari turun dari bankar.