Jangan bersikap seolah-olah anda menjadi tritagonis, jika pada ujungnya anda sepenuhnya menjadi antagonis.
----------:---------Alice membuka matanya, ia mengambil handphone di nakas yang sudah menunjukkan pukul 07.00.
Ia membuang handphonenya ke samping, ia menatap langit-langit kamar. Alice memejamkam matanya sejenak.
"Ma El kangen ma" lirih Alice.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu membuat Alice harus bangun. Ia berjalan mendekati pintu dengan malasnya, jarak antara kasur dan pintu sangatlah jauh, karena kamarnya juga sangat luas.
Cekelk!
"Apa?" tanya Alice ketika melihat seorang wanita berdiri di depannya.
"Kamu belum mandi? Mandi dulu habis tu sarapan di bawah bareng-bareng" ucap wanita itu.
Alice sedikit keluar kamar, ia melihat ke bawah yang sangat ramai sekali membuat dirinya malas.
"Gak minat"
Brak!
Alice membanting pintu, ia berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan badannya. Untuk wanita yang tadi adalah Dewi—adik dari Papa Alice.
***
Markas Diamond nampak ramai, karena hampir seluruh anggota berada di sana. Untung markas sangat luas, jadi tidak mumpek jika 150 orang datang secara berjamaah.
Anggota inti berada di suatu ruangan, yang tidak boleh ada yang masuk terkecuali anggota inti.
"Main TOD yok" ajak Satria sambil mendudukan bokongnya di atas kasur.
Abi yang semula bermain handphone kini menatap ke arah Satria. "Gaskan! Dir lo ikut yok! Biar seru" ajak Abi.
Dirga menatap mereka sekilas, kemudian menaikkan bajunya acuh.
"Gw ikut deh" ucap Devan sambil berjalan mendekati mereka.
Mata abi berbinar. "Nah gitu dong, Dir lo yakin gak ikut?" tanya Abi sekali lagi.
Dirga menghembuskan nafasnya kasar, ia memasukkan handphonenya ke saku celananya dan mendekati mereka.
"Vino, sama Vano mana?" tanya Satria.
"Belum datang"
"udah ni kan? Gw puter" ucap Abi dan di balas anggukan oleh anak-anak. Abi mulai memutar botolnya dan botol pertama beralih kepada Devan.
"Nah lo Van, lu mau apa?" tanya Satria.
"Truth" jawab Devan santai.
Abi mengangkat tangannya. "Biar gw yang kasih pertanyaan" ucap Abi dengan semangat.
"Lo jujur, lo suka sama siapa? Dan kalau lo bohong, lo kasih kita uang" ucap Abi sambil menarik turunkan alisnya sebelah.
Devan melotot tajam menatap Abi. "Apa-apaan dah!" sarkas Devan tak terima.
"Wah biasanya kayak gini tuh dia ada yang dia sukai" sambung Satria dan di balas Anggukan oleh Abi Dan Dirga.
Devan menghembuskan nafasnya. "Oke fine, ada" jawab Devan membuat mereka melotot.
"Siapa?" tanya mereka serempak.
"Kepo! Dah lanjut, kan tadi lo gak suruh nyebutim nama" JAWAB Devan.
"Nyesel gw gak suruh sebutin nama" ucap Abi pasrah.
Kini giliran Devan yang memutar botol ya, dan beralih kepada Dirga.
"Nah pak ketu, lo mau apa?" tanya Satria sambil menatap ke arah Dirga.
Dirga diam sejenak nampak berfikir. "Dare" jawab Dirga membuat mereka tersenyum miring.
"Lo jarang - jarang kan ikut main TOD trus sekalinya main langsung milih Dare. Gimana gw bakal taruhan" ucap Devan.
Abi tersenyum menatap Devan. "10 jt" ucap Abi.
"Oke deal!" jawab Dirga santai dan membuat mereka bertiga tertawa di dalam hati.
"Jadi Dare nya, lo deketin Alice gw kasih waktu 7 bulan" ucap Satria membuat Dirga melotot tajam.
Dirga menggeleng. "Ogah! Gak minat gw" jawabnya ketus.
Abi merubah raut wajahnya menjadi datar. "Lo tadi udah deal! Ya harus mau" ucap Abi.
"Betul tu! Lo kan ganteng, pasti gampang deketin Alice" sambung Satria tajam.
Dirga menatap Satria. "Berarti lo mengakui kalau gw ganteng?" tanya Dirga.
Satria memutar bola matanya malas, di balik Dirga yang dingin terdapat Dirga yang sangat ambruk.
"Iya lo ganteng puas!"
"Udah lah Dir, lo mau aja kali" ucap Devan sambil menaikkan kakinya satu.
Dirga menghembuskan nafasnya kasar. "Trus? Kalau dia baper gimana? Ya kali gw tinggalin pas baper-bapernya" jawab Dirga.
"Nah justru itu! Lo deketin dia, trus lkalau lo ngerasa dia udah baper sama lo, lo bisa tembak dia. Dan bila perlu, lo tinggalin" ucap Abi.
"O—"
"Gak nerima penolakan!" ucap Mereka serempak dengan tatapan tajamnya.
"Ya! Gw mulai besok"
***
Sementara di markas Angle Wing sangat ramai juga 50 anggota lengkap berada disana. Mereka menjalankan kegiatan mereka masing - masing, ada yang rebahan, makan dll.
Anggota inti duduk di meja yang khusus untuk mereka, Gatha, Auri, Nia dan Lia tengah nonton drakor, beda halnya dengan Alice yang lebih memilih menelusuri sosial media.
"Eh, kita kapan bagiin sembako?" tanya Auri tanpa menatap ke arah Alice, ia tetap menonton drakor.
"Besok pulang sekolah, jangan malem" jawab Alice.
Gatha menoleh. "Kok gak malem?" tanya nya heran.
"Kasian malem terus, gw juga ada urusan"
Mereka hanya menganguk, Alice berdiri dan menatap ke area sekitar. "Ada yang mau ikut gw gak?" tanya Alice dan mendapat tatapan tajam dari temannya.
"Mau kemana? Ikut" ucap Gatha dan langsung berdiri. Gatha memang tidak pernah lepas dari Alice, ia akan mengikuti kemana pun perginya Alice.
"Kesuatu tempat" jawab Alice dan langsung berjalan pergi meninggalkan mereka.
Gatha menoleh ke arah Teman-temannya. "Kalian ikut gak? Gw mau ikut bay" Gatha langsung berlari menyusul Alice yang sudah berada di luar markas.
Mereka hanya acuh tak acuh, dan kembali melanjutkan menonton drakor.
Sementara Alice dan Gatha kini sudah berada di dalam mobil, Alice mengendarai mobil sangat cepat dan santai. Gatha pun sudah terbiasa dengan kecepatan mobil Alice yang diatas rata-rata.
"Lo mau kemana, El?" tanya Gatha sambil melirik sekilas ke arah Alice.
Alice menaikkan bahunya. "Enggak tau, gw bosen aja di markas" ucap Alice membuat Gatha memutar bola matanya malas.
Gatha menatap ke arah luar jendela. "Geng Diamond mantan geng Bang Rey kan?" tanya Gatha membuat Alice menatapnya.
"Diamond? Hmm kayaknya si iya" jawab Alice.
Gatha kembali menatap Alice. "Lo gak ada niatan nyari abang lo kesana? Siapa tau dia disitu" saran Gatha namun di balas gelengan oleh Alice.
Alice tersenyum kecut. "Gw gak bakal kesana, gw aja udah enek lihat muka-muka mereka"
Gatha tertawa kecil. "Lo jangan benci amat lah sama mereka, nanti lo kepicut salah satu dari mereka gimana?"
Alice menepuk-nepuk stir mobilnya. "Amit-amit gw suka sama mereka, mending gw jomblo seumur hidup ketimbang jadian sama mereka" ucap Alice dengan ketusnya.
Gatha hanya menggeleng kan kepala melihat kelakuan Alice, kelakuannya tidak pernah berubah dari smp. Gatha dan Alice sudah bersahabat sejak kecil, dan sebelum mendirikan Angel Wing.
"Besok ada yang mau masuk geng kita" ucap Gatha kembali.
"Siapa?" tanya nya.
Gatha mendekatkan wajahnya ke Alice. "Katanya si cewek yang ngejar-ngejar Dirga."
Alice mengerutkan keningnya. "Dirga siapa lagi?"
Tak!
Gatha menyentil jidat Alice pelan. "Lo gak tau apa mendadak amnesia? Yang lo lawan basket, itu Dirga bege" ucap Gatha dengan raut wajah malasnya.
"Ya gw mana tau" jawab Alice santai.
"Kalau gak salah namanya ada ying gitu lah" Gatha kembali membawa ke topik yang tadi.
Alice melirik sekilas. "Ying - ying pemain boboboi?" ejek Alice.
Gatha tak sengaja menoleh ke arah luar jendela dan langsung membolakkan mata sempurna. "Lo ajak gw keluar kota ini?" tanya Gatha dan di balas kedipan sebelah mata oleh Alice.
Gatha merebahkan tubuhnya di sandaran kursi. "Punya temen hoby banget bikin sengsara"
Jika anda suka memainkan hati perempuan, maka sama dengan anda memainkan hati ibumu sendiri. --------------:-------------- Alice dkk baru saja memasuki area sekolah, banyak tatapan kagum dan iri kepada mereka, ketika mereka keluar dari mobil. Alice menggunakan earphone nya, Rambut di gerai jaket angle wong melekat di tubuh mereka. Membuat mereka makin cool. Disisi lain, Diamond melihat mereka dari kejauhan. Terutama Dirga yang sangat memperhatikan gerak-gerik seorang Alice. Satria menyenggol Abi, sambil matanya mengode untuk melihat Dirga. Abi menatap Dirga, ia tersenyum kecut. "Lo berani dekatin dia?" tanya Abi dengan senyum smriknya. "Kalau lo gak bisa, lo cemen jadi ketua" balas Devan sontak membuat Dirga menatap dirinya tajam - tajam. Dirga berdiri dari motornya. "Gw bisa, pega
Jangan merasa diri paling hebat, ingat petarung handal memakai kekuatan dan kemampuan bukan menggunakan pisau tajam untuk melimpahkan lawan ----------------:-------------- Alice kini berada di sebuah ruangan, bukan sendirian melainkan dengan seorang laki-laki di depannya. Mereka saling tatap dengan tatapan saling benci, Alice membuka buku dan menyerahkan ke depan laki itu. "Baca dan pahami, kalau lo gak tau baru nanya" ucap Alice ketus. Dirga tak mengumbris, ia membaca buku dengan malasnya. Angka-angka yang membuat matanya rusak membuat dirinya sangat tak suka.
Tidak ada di dunia ini sepenuhnya bahagia, namun tak juga sepenuhnya luka. Hanya saja tuhan lagi memberikan ujian dan menyuruh kita untk bersabar. ----------------------:---------------------- Bugh! Alice menendang perut laki itu yang memegang tangannya, ketika Alice menoleh alangkah terkejutnya melihat laki itu. "Eh V-vino?" Tanya Alice dengan nada gelagapannya. Vino memegang perutnya kesakitan, ia berusaha tersenyum dan menatap Alice. "Kenal gw lo?" Alice menganguk. "Lo kenapa bisa di sini?" tanya Alice dengan nada kembali sinis.
"Jangan terlalu gengsi, walau itu memperjuangkan hati,” *** ALICE yang sudah mengenakan pakaian sekolahnya, baru saja turun tangga. Objek yang pertama ia lihat adalah seorang ayahnya duduk bersama seorang gadis, yang tak ia kenal. Alice tak menghiraukan keberadaan mereka, ia hanya menganggap mereka adalah angin lalu. "Alice kamu sarapan dulu" ucap Sang ayah namun dibalas gelengan oleh Alice. Alice terus melangkah menuju keluar rumah, ia tak m
“Lawan Ego dan Gengsi jika ingin memperbaiki diri dan juga harmonis kekeluargaan” --—--------:--------—---- Alice kini berada di uks, akibat kecerobohannya tadi membuat lututnya menjadi luka. Alice meringis ketika Dirga mengobatinya bahkan luka nya sengaja di tekan. "Makannya kalau jalan pakai kaki dan juga mata," ucap Dirga ketika dia sudah selesai mengobati luka Alice. Alice tersenyum kecut. "Terimakasih saran nya tuan Dirga yang terhormat, tapi saya tidak butuh saran dari lo!" ucap Alice sembari turun dari bankar.
Sehebat-hebat nya manusia terlihat mandiri, tapi di belakang dia akan rindu sosok yang dia kagumi. -------:----- Dirga Setan! |Babi lo kan yang bocorin ban motor gue?***Dirga kini masih berada di sekolah, bukan sendirian melainkan para temannya yang setia ikut di sana menunggu kedatangan montir untuk mengganti ban motor Dirga.Dirga menatap ponselnya geram, Alice hanya membaca pesan nya tanpa menjawab. Dia memasukkan ponselnya ke saku dengan kasar."Besok gue bakal bikin perhitungan sama tuh bocah," ucap Dirga ketus membuat teman nya menatap dirinya."Emang yakin, Alice yang kempesin? Bukan orang usil gitu?" tanya Abi meyakinkan."Orang usil itu dah Alice," jawab Dirga ketus.
“minta bantuan bukan berarti gak bisa, hanya saja biar cepat selesai,” -Alice. *** "Aduhh pak, kok bisa bocor si? Jangan-jangan bapak sengaja lagi biar bisa modus sama saya!" Bentak seorang gadis kepada supir taxi karna ban mobil taxi bocor. "Yah mana saya tau neng," ujar Sopir santai. Gadis itu mendengus kesal, ia melihat kearah jalanan. Ia melihat seorang yang tak asing baginya. Ya itu adalah Devan wakil geng Diamond. "WOY ANGGOTA DIAMOND!! BERHENTI LO!" Teriak gadis itu, dia adalah Gatha. Ya Gatha
“Mungkin besok kamu akan menjadi tokoh favorite di sebuah cerita ini” ***" "Lo sekarang harus gerak cepat deh," ucap Satria sambil menyeruput minuman nya. Dirga memberhentikan makannya dan menatap Satria penuh tanda tanya. "Maksud lo?" "Ck! Lo ketua tapi pikiran nya lemot banget," sinis Satria. "Aidan bakal jadi guru IPA nya Alice, ya siapa tau Aidan naksir sama Alice," sambung nya membuat Dirga memutar bola matanya malas. "Trus, gue harus gimana?" tanya Dirga.