Jangan merendahkan, jika anda tidak ingin di rendahkan
--------:--------
ALICE dkk kini tengah berada di toilet sekolah, karena kejadian tadi di kantin membuat mood Alice menjadi kacau abruk. Hingga Teman-temannya untuk bertanya saja rasanya tidak berani, jangankan bertanya, ngomong aja sudah salah.
"Gw bakal bales lo, cowok alay!" Bentak Alice setelah selesai menguyur wajahnya dengan air.
Auri yang bersedekap dada dan bersender di dinding toilet, menatap Alice lekat. "Mereka ga—"
"Ri gw lagi ngomong, jangan potong - potong!" bentak Alice sambil menatap Auri lewat pantulan cerminnya.
Auri dkk diam tak ingin banyak bicara, Alice mengambil lap di tangan Gatha, ia mengelap seluruh wajahnya dan langsung mengembalikan lagi kepada Gatha.
Alice membalikkan badannya, kini ia menatap para teman-temannya. "Kalian ada rencana buat balas dendam ke cowok itu?" tanya Alice sambil menatap mereka satu persatu.
Hening!
Tidak ada yang Menjawab membuat Alice geram sendiri. "Kalau ada yang tanya jawab!" bentak Alice.
Nia mengusap wajahnya kasar. "El, tadi ngomong salah, gak ngomong juga salah, kayak gak pernah bener aja kita di mata lo" ucap Nia dengan nada ketusnya.
"Ya emang kalian gak bener" jawab Alice santai membuat mereka memutar bola matanya malas.
Flasback On!
Byurrr
Dirga menumpahkan minumannya ke kepala Alice, membuat Alice kesal dan teman-temannya melongo tak percaya.
Begitu juga hal siswa-siswi yang berada di kantin, mereka kaget melihat kelakuan dari Dirga.
Alice menatap Dirga dengan tatapan sinis. "Maksud lo apa ha?" tanya Alice dengan nada ketusnya.
Dirga dengan santainya menaruh gelas di meja Angle Wing. "Maksud gw ya gini, nyirem lo" jawab Dirga santai.
Alice hendak melayangkan pukulan, namun Devan dengan cepat menangisnya. "Lo jadi cewek kasar amat" ucap Devan sambil mengempaskan tangan Alice, ia juga mati-matian menahan tawa saat ini.
"Lo harus bikin perhitungan sama gw!" bentak Alice sebelum teman-temannya menarik dirinya pergi dari kantin sekolah.
Flasback off!
***
"Haha Kasian gw liat cewek tadi lo sirem" ucap Satria di sela-selat tawanya, mengingat wajah Alice yang lucu baginya.
"Bodo!" jawab Dirga ketus.
Abi menepuk pundak Dirga. "Dir, tu cewek jalan noh kesini" ucap Abi membuat Dirga menatap ke depan.
Benar saja, ia melihat Alice dkk berjalan mendekati mereka. Dirga dkk menatap mereka dengan pandangan bingung.
Devan menatap pakaian Alice. "Lo beli baju dimana? Perasaan disekolah gak ada mal deh" ucap Devan.
Alice berkacak pinggang. "Heh, lo wakil dia kan. Mending lo diem! Gw gak ada urusan sama lo!" bentak Alice membuat mereka diam.
Alice kini kembali beralih kepada Dirga yang diam dari tadi. "Gw mau bikin perhitungan sama lo!" bentak Alice sambil menunjuk Dirga dengan jari telunjuknya.
"Eh, cewek galak! Si Dirga gak bisa matematika, dia bisa nya biologi" ucap Satria dan langsung mendapat tatapan tajam dari Alice.
"Eh kuda lumping, mending lo diem deh, bacotan lo gak bermutu" jawab Auri dengan nada sinisnya.
"Yahh emang bacotan lo bermutu?" Abi balik bertanya.
"Ya bermutu lah! Emang kayak kalian, berani di ucapan doang aslinya kayak cewek!" ucap Alice santai dan langsung mendapat tatapan tajam oleh Dirga.
"Maksud lo apa bilang kita kayak cewek?" tanya Dirga sinis.
Alice menatap tajam ke arah Dirga. "Kalau lo, cowok One by one basket! Gw tunggu di lapangan indor" ucap Alice kemudian pergi meninggalkan mereka.
Mereka menatap kepergian Alice, sementara Dirga ia menatap dengan senyum smirk di bibirnya yang terlihat sangatlah tipis.
"Sok ae emang bisa basket?" celutuk Abi dan di balas anggukan oleh Satria.
"Betul! Emang bisa?" Satria ikut menimpali.
Dirga berdiri dan memasukkan tangannya ke saku celana "Lihat saja nanti"
***
Alice dan Dirga kini sudah berada di lapangan basket, mereka sudah sama memakai pakaian anak basket.
Alice mendrible bola sambil menatap kearah Dirga, Alice kemudian memantulkan bola dan ditangkap oleh Dirga hal itu di lakukan sebanyak tiga kali hingga akhirnya mereka berperang merebutkan bola.
"Dirggaaa! Keep strong! Kalahin tu cewek bar-bar!"
"Ayo Alice! Buktikan kamu bisa!"
"STREAMING SEKARANG! MOMEN SEJARAH NIH!"
"Ayo Alice malahan!"
Terdengar sorakan-sorakan meriah dari siswa-siswa, 80% memihak ke Alice dan 85% memihak ke Dirga.
Alice berhasil merebut bola dan langsung memasukkan kedalam ring, namun hal hasil meleset.
Dirga menjulurkan lidahnya ke arah Alice, ia kemudian kembali merebut bola dari Alice.
Plung!
Bola masuk ke ring lawan membuat seluruh siswa berteriak histeris.
"Nah kalah lo! Uwwwuwu sok-sokan nantang!" teriak Satria sambil menunjuk-numpuk Alice.
"Eh! Jangan asal jelekin ketua gw! Lo gak tau kemampuan dia? Siapa tau dia lagi pemanasan" ucap Auri dengan nada ketusnya.
"Ya kali pemanasan kayak gitu" celutuk Devan.
"Tembok berjalan mendibg lo diem!" bentak Gatha dan langsung mereka diam.
Kini mereka langsung menatap ke arah Alice dan Dirga yang masih melakukan pertandingan, nampak Alice sudah hafal celah Dirga.
Plung!
Alice berhasil memasukkan bola ke keranjang lawan dan di balas sorakan oleh Teman-temannya, begitu juga siswa lain yang mendukung.
"satu-satu, wle!" ucap Alice sambil menunjukkan jari telunjuk kanan dan jari telunjuk kiri, ia juga sempat menjulurkan lidahkan ke Dirga sebelum kembali hendak mengambil bola.
"uuuu!gw bilang apa! Ketua gw lagi olahraga, ketua lo tuh cupu!" cibir Auri sambil berkacak pinggang menatap Satria dkk.
"Kalau ketua gw cupu, ngapain dia jadi ketua?" tanya Vino yang dari awal tidak pernah membuka suara.
"Lo bisa ngomong? Gw kira bisu" ucap Gatha kaget sambil menatap ke arah Vino.
"Tolol" lirih Vano pelan.
"Ta, dia juga gak bisu" ucap Lia dengan polosnya sambil menunjuk Vano.
"Lo y—"
Plung!
Brak!
"DIRGA!"
"ALICE!"
Mereka kini menjadi bahan tontonan, yang dimana ketika Alice memasukkan bola ke keranjang lawan ia tidak sengaja tersandung kaki Dirga.
Hingga ia terjatuh dan Dirga pun sama akibat tarikan Alice, posisi mereka Alice di bawah Dirga di atas banyak sekali yang mengabadikan momen tersebut.
"Cieee!" sorak siswa-siswi membuat mereka yang tadinya saling pandang kini mengalihkan pandangannya.
Alice mendorong Dirga agar menjauh dari tubuhnya,ia berdiri dan menatap Dirga tajam.
"Modus banget si lo!" bentak Alice.
Dirga menatap Alice dengan raut wajah malasnya. "Siapa juga modus, gw juga ogah kali modusin cewek kayak lo!" jawab Dirga ketus.
Alice menentang kaki Dirga. "1-2, lo kalah!" ejek Alice kemudian pergi dari area lapangan basket.
"GUYSS ANTERIN GW GANTI BAJU YOKK!" teriak Alice kepada para Teman-temannya yang setia menunggu.
Angle Wing sudah tidak berada di lapangan, hanya saja terdapat Anggota para Diamond.
"Cieee. Gimana enak gak?" tanya Satria ketika ia sudah mendekat ke Dirga.
Abi merangkul Devan. "Kayaknya lo harus latihan lagi deh" ucap Abi.
Dirga memutar bola matanya malas. "Kalau gak jatuh, gw bisa menang!" sarkas Dirga tajam.
Vino memutar bola matanya malas. "Ya kalau gak beruntung gimana?" tanya Vino.
Dirga tak menjawab, ia berdiri dan pergi meninggalkan lapangan basket. Teman-temannya memandang kepergian Dirga.
"Asal pergi aja lo!" teriak Abi dan langsung menyusul Dirga, di ikuti oleh Teman-temannya
Jangan bersikap seolah-olah anda menjadi tritagonis, jika pada ujungnya anda sepenuhnya menjadi antagonis.----------:--------- Alice membuka matanya, ia mengambil handphone di nakas yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia membuang handphonenya ke samping, ia menatap langit-langit kamar. Alice memejamkam matanya sejenak. "Ma El kangen ma" lirih Alice. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat Alice harus bangun. Ia berjalan mendekati pintu dengan malasnya, jarak antara kasur dan pintu sangatlah jauh, karena kamarnya juga sangat luas
Jika anda suka memainkan hati perempuan, maka sama dengan anda memainkan hati ibumu sendiri. --------------:-------------- Alice dkk baru saja memasuki area sekolah, banyak tatapan kagum dan iri kepada mereka, ketika mereka keluar dari mobil. Alice menggunakan earphone nya, Rambut di gerai jaket angle wong melekat di tubuh mereka. Membuat mereka makin cool. Disisi lain, Diamond melihat mereka dari kejauhan. Terutama Dirga yang sangat memperhatikan gerak-gerik seorang Alice. Satria menyenggol Abi, sambil matanya mengode untuk melihat Dirga. Abi menatap Dirga, ia tersenyum kecut. "Lo berani dekatin dia?" tanya Abi dengan senyum smriknya. "Kalau lo gak bisa, lo cemen jadi ketua" balas Devan sontak membuat Dirga menatap dirinya tajam - tajam. Dirga berdiri dari motornya. "Gw bisa, pega
Jangan merasa diri paling hebat, ingat petarung handal memakai kekuatan dan kemampuan bukan menggunakan pisau tajam untuk melimpahkan lawan ----------------:-------------- Alice kini berada di sebuah ruangan, bukan sendirian melainkan dengan seorang laki-laki di depannya. Mereka saling tatap dengan tatapan saling benci, Alice membuka buku dan menyerahkan ke depan laki itu. "Baca dan pahami, kalau lo gak tau baru nanya" ucap Alice ketus. Dirga tak mengumbris, ia membaca buku dengan malasnya. Angka-angka yang membuat matanya rusak membuat dirinya sangat tak suka.
Tidak ada di dunia ini sepenuhnya bahagia, namun tak juga sepenuhnya luka. Hanya saja tuhan lagi memberikan ujian dan menyuruh kita untk bersabar. ----------------------:---------------------- Bugh! Alice menendang perut laki itu yang memegang tangannya, ketika Alice menoleh alangkah terkejutnya melihat laki itu. "Eh V-vino?" Tanya Alice dengan nada gelagapannya. Vino memegang perutnya kesakitan, ia berusaha tersenyum dan menatap Alice. "Kenal gw lo?" Alice menganguk. "Lo kenapa bisa di sini?" tanya Alice dengan nada kembali sinis.
"Jangan terlalu gengsi, walau itu memperjuangkan hati,” *** ALICE yang sudah mengenakan pakaian sekolahnya, baru saja turun tangga. Objek yang pertama ia lihat adalah seorang ayahnya duduk bersama seorang gadis, yang tak ia kenal. Alice tak menghiraukan keberadaan mereka, ia hanya menganggap mereka adalah angin lalu. "Alice kamu sarapan dulu" ucap Sang ayah namun dibalas gelengan oleh Alice. Alice terus melangkah menuju keluar rumah, ia tak m
“Lawan Ego dan Gengsi jika ingin memperbaiki diri dan juga harmonis kekeluargaan” --—--------:--------—---- Alice kini berada di uks, akibat kecerobohannya tadi membuat lututnya menjadi luka. Alice meringis ketika Dirga mengobatinya bahkan luka nya sengaja di tekan. "Makannya kalau jalan pakai kaki dan juga mata," ucap Dirga ketika dia sudah selesai mengobati luka Alice. Alice tersenyum kecut. "Terimakasih saran nya tuan Dirga yang terhormat, tapi saya tidak butuh saran dari lo!" ucap Alice sembari turun dari bankar.
Sehebat-hebat nya manusia terlihat mandiri, tapi di belakang dia akan rindu sosok yang dia kagumi. -------:----- Dirga Setan! |Babi lo kan yang bocorin ban motor gue?***Dirga kini masih berada di sekolah, bukan sendirian melainkan para temannya yang setia ikut di sana menunggu kedatangan montir untuk mengganti ban motor Dirga.Dirga menatap ponselnya geram, Alice hanya membaca pesan nya tanpa menjawab. Dia memasukkan ponselnya ke saku dengan kasar."Besok gue bakal bikin perhitungan sama tuh bocah," ucap Dirga ketus membuat teman nya menatap dirinya."Emang yakin, Alice yang kempesin? Bukan orang usil gitu?" tanya Abi meyakinkan."Orang usil itu dah Alice," jawab Dirga ketus.
“minta bantuan bukan berarti gak bisa, hanya saja biar cepat selesai,” -Alice. *** "Aduhh pak, kok bisa bocor si? Jangan-jangan bapak sengaja lagi biar bisa modus sama saya!" Bentak seorang gadis kepada supir taxi karna ban mobil taxi bocor. "Yah mana saya tau neng," ujar Sopir santai. Gadis itu mendengus kesal, ia melihat kearah jalanan. Ia melihat seorang yang tak asing baginya. Ya itu adalah Devan wakil geng Diamond. "WOY ANGGOTA DIAMOND!! BERHENTI LO!" Teriak gadis itu, dia adalah Gatha. Ya Gatha