Share

Bab 3

Penulis: Puspita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jika anda yang membuat saya kecewa, maka jangan harap saya kembali seperti dulu!

---------:-------

ALICE turun dari kamarnya, ia melihat Papinya duduk di sofa dengan koran ditangannya.

Alice hanya acuh tak acuh melihat Papinya yang duduk disana. Hingga langkah Alice terhenti ketika Dion memanggil namanya.

"Alice, nanti kamu ikut papi ketemu klien na—"

"Saya tidak ada waktu untuk klien tidak penting anda, Tuan Dion" potong Alice tanpa menatap sedikitpun ke arah Dion.

Duk! Duk! Duk

Alice mendengar suara langkah sepatu, yang sudah mendekat ke arah dirinya.

"Jangan membantah perkataan papi Alice!" bentak Dion sambil menepuk pundak Alice kasar.

Alice menghembaskan tangan Dion dari pundaknya, dan kini ia menatap ke arah Dion. "Saya tidak boleh membantah perkataan anda, tapi anda sendiri yang sering membantah perkataan saya tuan Dion yang terhormat!" ucap Alice dengan nada tertekan.

Dion nampak mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia merasa tak suka jika Alice memanggilnya dengan sebutan tuan berkali-kali.

" Ka—"

" Sudahlah tuan Dion, saya hampir telat untuk kesekolah. Good bye and have fun! "

Alice langsung pergi meninggalkan Dion yang masih diam disana, ia masuk ke mobilnya dan segera mengendarai menuju sekolah.

Di perjalanan Alice nampak santai, sambil memutar lagi favoritnya. Sesekali ia mengikuti irama lagu, dan tak berapa lama ia sudah sampai di sekolah.

Ia langsung memarkirkan mobilnya, Siswa sudah sangat ramai di sekolah. Alice memasang earphone sebelum keluar, karena ia tau banyak siswa yang akan membicarakan ya.

Alice keluar dari mobil, namun baru saja ia keluar ia dikagetkan dengan sosok yang berdiri di samping mobilnya.

"Astagfirullah!" ucap Alice sambil memegang dadanya kaget.

Yang berdiri disamping mobilnya hanya memutar bola matanya malas. "Lo fikir gw setan?" tanya laki itu dengan ucapan ketusnya.

Alice menatap laki itu dari atas hingga ujung. "Hmmm, lo anak baru itu kan?" tanya Alice sambil menutup pintu mobilnya.

"Gak usah basa-basi, gw mau bikin perhitungan sama lo" ucap Laki itu tajam membuat Alice mengerutkan keningnya.

Alice melepaskan earponenya. "Perhitungan? Perasaan gw gak ada hutang sama lo" ucap Alice santai membuat teman laki itu sontak menahan tawa.

Laki itu mengeram kesal, ia menatap Alice tajam-tajam. "Lo ngapain bubarin Alaska kemarin? Lo tau gw mau buktiin bahwa geng kita pa—"

"Oh gara-gara itu, suka-suka gw lah" jawab Alice santai dan hendak mendahului Laki itu namun, laki itu dengan cepat mencekal tangan Alice.

Alice merasa tangannya di pegang, ia memelintir tangan laki itu membuat empunya merintis kesakitan.

Teman-temannya yang tadi duduk santai melihat perdebatan mereka berdua, kini mendekati mereka.

"Lo apa-apaan sih!" bentak Dirga sambil menarik temannya.

Alice menghembuskan nafasnya kasar, ia mengusap tangan yang dipegang Devan. Ya laki itu adalah Devan.

"Gak usah pegang sembarangan" ucap Alice kemudian pergi meninggalkan mereka.

Namun, ia berhenti dan membalikkan badannya. "Wakil kok lemah, wlee" ucapnya sebelum pergi dari hadapan mereka.

***

"El, lo serius tadi berantem sama murid baru itu?" tanya Auri dengan nada pelannya.

Alice yang awalnya bermain handphone, kini menatap mereka tajam - tajam. "Murid baru songong itu?" tanya Alice dengan nada yang dibuat keras membuat Diamond menatap kearah mereka.

"Iya, lo sih asal bubarin geng Alaska aja!" bentak Gatha sambil memasang wajah kusutnya.

"Trus? Gw peduli?" jawab Alice acuh tak acuh.

"Selamat pagi anak-anak!"

Semua siswa yang tadi berkeliaran kini mencari posisi tempat duduknya, namun Alice ia masih memainkan ponselnya.

"Alice taruh ponsel kamu, ibu mau kasih informasi ke kalian semua" ucap guru itu sambil menatap ke arah Alice.

Alice yang merasa disebut pun mendongakkan kepalanya. "Kan yang bermain handphone tangan buk, kalau ibu mau kasih info yaudah kasih aja, kuping saja alhamdulilah masih sehat" jawab Alice asal.

Guru itu nampak menghembuskan nafasnya. "Baiklah, ibu mau kasih informasi kalau nilai ulangan kalian dalam Sastra Indonesia itu remedi semua!" ucap guru itu membuat semua siswa melongo tak percaya.

"Buk! Termasuk Alice?" tanya Adit sambil melirik sedikit ke arah Alice dengan lirikan mengejek.

"Kecuali dia"

HAHAHA

Alice tertawa keras membuat mereka semua menatap dirinya, Alice berdiri dan menatap kearah Adit.

"Lo mau ejek gw kan? Tapi lo gak akan pernah bisa ejek gw, cubby" ucap Alice sambil menggembungkan pipinya dan kembali tertawa.

"Lo ya, suka banget ngejek orang, el" ucap seorang siswa membuat Alice menghentikan tawanya.

"Gw ejek orang? Gak pernah tuh!" jawab Alice dengan santainya

"Sudah-sudah, hari ini k—"

Tringgg!

"Pas banget!"

"buk udah bel!"

"Jangan belajar dah buk!"

Guru menghembuskan nafasnya kasar, tanpa mengucapkan salam guru itu langsung pergi meninggalkan mereka.

"Asal keluar aja tu guru!" ucap Gatha ketus sambil merapikan buku-bukunya.

"AYO GUYS! KITA KEKANTIN GW DAH LAPER!" Teriak Alice sambil berjalan keluar kelas.

"Sumpah ya! Temen lo gak punya sopan santun dikit apa!" celutuk Satria ketika melewati meja Angle Wing

"Emang lo punya sopan santun?" tanya Nia dengan nada ketusnya.

"y-ya gw si punya lah! Masak enggak!" jawab Satria sambil memalingkan wajahnya.

Abi datang dari belakang sambil merangkul pundak Satria. "Eh ada cecan nih! Minta nomornya dong" ucap Abi sambil mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya kepada Gatha.

Gatha tersenyum gentir. "OGAH!" bentaknya dan pergi meninggalkan mereka disusul oleh teman - temannya.

"Gila, mereka semua suaranya udah kayak toa aja" ucap Abi sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.

Satria melepaskan rangkulan Abi. "Udah ah, Dir yo—" ucapan Satria terhenti ketika ia menoleh ke belakang dan udah tidak ada siapa-siapa.

"Loh, mereka kemana?" tanya Satria.

"Udah ah cabut!"

***

Teman-teman Alice yang baru memasuki kantin, langsung mendekati Alice ketika ia beradu mulut dengan Dirga dan juga Devan.

"Pergi gak lo!" bentak Alice dengan nada kasarnya.

"Emang ini kantin punya lo? Sok banget jadi orang!" kini Devan ikut membentak Alice.

Alice berkacak pinggang. "Sekolah ini emang punya gw, mau apa lo?" tanya Alice dengan nada angkuhnya.

"El udah, kita c—"

"Oh gak Auri! Lo lupa kita pakai meja ini udah 3 tahun! Gak boleh gitu, Noo" ucap Alice dengan ketus.

Dirga mendengus kesal. "Trus mau lo apa?" tanya Dirga membuat Alice membolakkan matanya.

"Lo gak ngerti? Astagfirullah! Ini nih kurang update, gak peka!" Jawab Alice sambil mengalihkan pandangannya.

Dirga acuh tak acuh, ia kembali memakan makanannya membuat Alice mendengus kesal. "Pergi lo!" bentak Alice sambil mengeprak meja, hal itu juga tak luput dari pandangan siswa siswa dikantin.

"Murid baru sok-sokan"

"Baru cowok belagu!"

"Sok keren!"

"Tapi emang keren kali!"

Satria dan Abi yang baru memasuki kantin, menatap mereka dengan tatapan bingung.

"Kenapa nih?" tanya Satria sambil duduk di depan Dirga.

Alice menghentakkan kakinya keras. "LO NGAPAIN DUDUK DISINI? PERGI KALIAN INI MEJA GW! KALIAN BUTA, ITU UDAH ADA TULISAN LAMBANG ANGLE WING!" Teriak Alice membuat mereka semua menutup telinganya.

Dirga mengelus telinganya dan menatap tajam Alice. "Oke!" bentak Dirga dan mengangkat makanannya kemudian pindah ke meja lain.

"Nah gitu kan—"

Byurr

Bab terkait

  • Alice   Bab 4

    Jangan merendahkan, jika anda tidak ingin di rendahkan --------:-------- ALICE dkk kini tengah berada di toilet sekolah, karena kejadian tadi di kantin membuat mood Alice menjadi kacau abruk. Hingga Teman-temannya untuk bertanya saja rasanya tidak berani, jangankan bertanya, ngomong aja sudah salah. "Gw bakal bales lo, cowok alay!" Bentak Alice setelah selesai menguyur wajahnya dengan air. Auri yang bersedekap dada dan bersender di dinding toilet, menatap Alice lekat. "Mereka ga—" "Ri gw lagi ngomong, jangan potong - potong!" bentak Alice sambil menatap Auri le

  • Alice   Bab 5

    Jangan bersikap seolah-olah anda menjadi tritagonis, jika pada ujungnya anda sepenuhnya menjadi antagonis.----------:--------- Alice membuka matanya, ia mengambil handphone di nakas yang sudah menunjukkan pukul 07.00. Ia membuang handphonenya ke samping, ia menatap langit-langit kamar. Alice memejamkam matanya sejenak. "Ma El kangen ma" lirih Alice. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu membuat Alice harus bangun. Ia berjalan mendekati pintu dengan malasnya, jarak antara kasur dan pintu sangatlah jauh, karena kamarnya juga sangat luas

  • Alice   Bab 6

    Jika anda suka memainkan hati perempuan, maka sama dengan anda memainkan hati ibumu sendiri. --------------:-------------- Alice dkk baru saja memasuki area sekolah, banyak tatapan kagum dan iri kepada mereka, ketika mereka keluar dari mobil. Alice menggunakan earphone nya, Rambut di gerai jaket angle wong melekat di tubuh mereka. Membuat mereka makin cool. Disisi lain, Diamond melihat mereka dari kejauhan. Terutama Dirga yang sangat memperhatikan gerak-gerik seorang Alice. Satria menyenggol Abi, sambil matanya mengode untuk melihat Dirga. Abi menatap Dirga, ia tersenyum kecut. "Lo berani dekatin dia?" tanya Abi dengan senyum smriknya. "Kalau lo gak bisa, lo cemen jadi ketua" balas Devan sontak membuat Dirga menatap dirinya tajam - tajam. Dirga berdiri dari motornya. "Gw bisa, pega

  • Alice   Bab 7

    Jangan merasa diri paling hebat, ingat petarung handal memakai kekuatan dan kemampuan bukan menggunakan pisau tajam untuk melimpahkan lawan ----------------:-------------- Alice kini berada di sebuah ruangan, bukan sendirian melainkan dengan seorang laki-laki di depannya. Mereka saling tatap dengan tatapan saling benci, Alice membuka buku dan menyerahkan ke depan laki itu. "Baca dan pahami, kalau lo gak tau baru nanya" ucap Alice ketus. Dirga tak mengumbris, ia membaca buku dengan malasnya. Angka-angka yang membuat matanya rusak membuat dirinya sangat tak suka.

  • Alice   Bab 8

    Tidak ada di dunia ini sepenuhnya bahagia, namun tak juga sepenuhnya luka. Hanya saja tuhan lagi memberikan ujian dan menyuruh kita untk bersabar. ----------------------:---------------------- Bugh! Alice menendang perut laki itu yang memegang tangannya, ketika Alice menoleh alangkah terkejutnya melihat laki itu. "Eh V-vino?" Tanya Alice dengan nada gelagapannya. Vino memegang perutnya kesakitan, ia berusaha tersenyum dan menatap Alice. "Kenal gw lo?" Alice menganguk. "Lo kenapa bisa di sini?" tanya Alice dengan nada kembali sinis.

  • Alice   Bab 9

    "Jangan terlalu gengsi, walau itu memperjuangkan hati,” *** ALICE yang sudah mengenakan pakaian sekolahnya, baru saja turun tangga. Objek yang pertama ia lihat adalah seorang ayahnya duduk bersama seorang gadis, yang tak ia kenal. Alice tak menghiraukan keberadaan mereka, ia hanya menganggap mereka adalah angin lalu. "Alice kamu sarapan dulu" ucap Sang ayah namun dibalas gelengan oleh Alice. Alice terus melangkah menuju keluar rumah, ia tak m

  • Alice   Bab 10

    “Lawan Ego dan Gengsi jika ingin memperbaiki diri dan juga harmonis kekeluargaan” --—--------:--------—---- Alice kini berada di uks, akibat kecerobohannya tadi membuat lututnya menjadi luka. Alice meringis ketika Dirga mengobatinya bahkan luka nya sengaja di tekan. "Makannya kalau jalan pakai kaki dan juga mata," ucap Dirga ketika dia sudah selesai mengobati luka Alice. Alice tersenyum kecut. "Terimakasih saran nya tuan Dirga yang terhormat, tapi saya tidak butuh saran dari lo!" ucap Alice sembari turun dari bankar.

  • Alice   Bab 11

    Sehebat-hebat nya manusia terlihat mandiri, tapi di belakang dia akan rindu sosok yang dia kagumi. -------:----- Dirga Setan! |Babi lo kan yang bocorin ban motor gue?***Dirga kini masih berada di sekolah, bukan sendirian melainkan para temannya yang setia ikut di sana menunggu kedatangan montir untuk mengganti ban motor Dirga.Dirga menatap ponselnya geram, Alice hanya membaca pesan nya tanpa menjawab. Dia memasukkan ponselnya ke saku dengan kasar."Besok gue bakal bikin perhitungan sama tuh bocah," ucap Dirga ketus membuat teman nya menatap dirinya."Emang yakin, Alice yang kempesin? Bukan orang usil gitu?" tanya Abi meyakinkan."Orang usil itu dah Alice," jawab Dirga ketus.

Bab terbaru

  • Alice   Bab 33

    "Udah, kenyang." Alice menutup mulutnya, dan menggelengkan kepalanya. Makanan yang ada dihadapannya itu , sangatlah tidak enak. Hambar.Dion menganguk, dia menaruh nampan berisi makanan dan menyondorkan segelas air putih."Temen-temen kamu, nanti malem datang ke sini," ujar Dion, agar Alice tidak bertanya lagi dimana Teman-temannya berada.Karena semenjak dia bangun, tidak ada Teman-temannya disamping dirinya. Hanya Dion seorang diri berada disampingnya."Anda ngapain disini? Saya bisa sendirian," ujar Alice.Dion menghembuskan nafasnya. "Papa Minta maaf."Sedetik...Dua detik...Tiga detik...Alice masih diam, dia tak menatap dan menghiraukan ucapan Dion."Papa minta maaf, papa terlalu tegas buat kamu bahkan papa cuman ngur—""Kenapa baru nyadar sekarang?" Potong Alice cepat, yang kini sudah menatap Dion dengan mata berkaca-kaca. Sebisa mungkin dia menahan air matanya agar tidak jatuh."Kemana papa yang dulu? Kemana papa yang selalu ada buat aku?" Alice menggelengkan kepalanya. "bahk

  • Alice   Bab. 32

    Jangan pernah harap, saya akan menyatukan kamu dengan kakak kamu-—---:-—---Di ruangan serba putih, Alice berbaring dengan lemah di bankar rumah sakit. Setelah 3 jam di larikan ke rumah sakit, tak ada tanda-tanda Alice sadar.Teman-teman Alice, sudah berada di kamar vip Alice. Terkecuali keluarga Alice, mereka masih merahasiakannya terkecuali Sendy."Serius Dir, Devan yang nyelakain Alice?" tanya Abi setelah mendengarkan cerita Dirga.Dirga Mendesah. "Gue gak tau, tapi pas gue datang Devan bawa tongkat Base Ball, trus berdiri di hadapan Alice yang udah kayak gini," jawab Dirga.Mereka semua bimbang, harus percaya yang mana dan siapa."Kalau bener Devan, apa maksud dia? Piala diamond udah dia yang ambil, ya kali dia nyelakain Alice juga," imbuh Satria."Jadi, Dirga jauhin Devan karena dia ngambil piala diamond?" tanya Gatha cepat, membuat mereka menatap dirinya."Lo kenapa kayak, sok perhatian gitu baru bahas Devan?" tanya Sendy dengan nada, yang mungkin tak pernah Gatha dengar."Gue

  • Alice   Bab 31

    Gue udah percaya sama lo, tapi kenapa lo bertindak lebih? -Dirgantara putra Alvaska Drt... Dirga membuka matanya, mendengar handponenya berbunyi. Dia menatap jam dinding yang baru menunjukkan pukul 12 malam.Dirga mengambil handpone dengan mata tertutup sebelah, dia mengucek matanya dan membaca nama yang tertera.Alice memanggil.. Dirga tersenyum simpul, ketika membaca nama yang tertera dilayar ponselnya."Jam segini udah kangen," monolognya dan menekan tombol hijau."Ha—""JANGAN TELFON DIA!" "Bisa diem gak sih lo?" Deg! Nyawa Dirga dengan otomatis begitu saja langsung terkumpul, hati nya w

  • Alice   30

    Halo semua, maaf ya baru bisa update! Ini adalah hasil cerita revisi nya ya, buat kalian yang belum baca versi revisi bisa baca ulangAku udh lama gak update karena lagi revisi dari awal sampai bab ini heheSemoga suka dengan versi revisinya Thnks you HAPPY READING Entah apa salah diriku, hingga aku dilibatkan dalam masalah mereka

  • Alice   Bab 29

    "DIR KALI LO, BERDARAH!" *** "Ciee, lo khawatir ya sama gue," Ledek Dirga ketika Alice yang sudah selesai mengobati luka dikaki Dirga. Luka di kaki Dirga tidak terlalu parah, hanya terdapat luka di bagian tumit dan telapak kakinya saja. Alice menutup p3k dengan ketus, dia berdiri dan hendak pergi tanpa mengucapkan satu kata apapun namun Dirga menariknya dengan keras, membuat Alice menunbruk dada bidang milik Dirga. Dirga tersenyum, dia mendekatkan bibirnya di telinga Alice. "Makasih," bisiknya membuat Alice berngidik ngeri..

  • Alice   Bab 28

    Cari dimana piala Diamond berada, kalau lo bisa nemuin kita bakal maafin lo. Salah gak salah, lo harus temui itu, paham?"*** Terkadang teman baik bisa saja berubah menjadi teman bangsat----:----- Pritt! Suara peluit memberhentikan seluruh siswa yang tengah berlari di pinggir lapangan, mereka mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal. Beda hal nya dengan seorang gadis yang bukannya berlari, tapi malah berjalan dengan santainya di tengah lapangan. "ALICE CHARLOTTE!" teriak pak Sanjaya, selain sebagai penjaga perpustakaan, kini dia dijabat sebagai guru olehara, te

  • Alice   Bab 27

    Terkadang apa yang kita lakukan, hanya untuk membela dirikita sendiri adalah hal yang salah dimata orang lain -Alice Charlotte. Bugh! Tubuh Ying terlempar keras tanah lapangan, dia menerima tantangan by one bersama Alice dilapangan. Walau temannya juga sudah mewanti-wanti agar tidak menerima tantangan tersebut. "Segini doang mampu lo?" tanya Alice dengan senyum smrik di wajahnya. Seorang gadis cantik, rambut nya tergerai panjang berlari mendekat

  • Alice   Bab 26

    Kantin sudah di penuhi oleh siswa-siswi di sma Habang. Mereka saling berdesak-desak ingin membeli makanan terlebih dahulu.Berbeda halnya dengan Angle Wing yang dengan gampangnya mendapat makanan, tanpa mengantri dan baru minta langsung dapat. Siapa lagi bukan kerjaan Alice Charlotte?.Alice yang baru saja menyelesaikan nya memakan bakso dengan garangnya, walau bukan dia yang melakukannya jutsstru dia disini yang salah.Prank!"Uhuk!""Sial! Kesedat!""Uhuk-uhuk! Air!!"Alice memukul mangkuknya dengan sendok dengan keras, membuat siswa sedikit tertuju kepadanya sementara Angle Wing sudah kaget akibat suara tersebut."Gue mau bales dendam, mau ikut gak?" tanya Alice sambil menatap temannya satu persatu dengan ekspresi tajamnya.Mau tak

  • Alice    Bab 25

    "Terkadang ketika kita yang sering melakukan kejahatan, akan terus-terusan di cap sebagai penjahat, walau bukan kita yang melakukannya" ------------:---— Tringg!!! Bel masuk kelas baru saja berbunyi seluruh siswa yang datang sekolah mepet dengan bel, segera berbondong-bondong menuju kelas mereka. Berbeda dengan Alice dkk, yang baru saja memasuki gerbang sekolah dengan mobil Alice. Satpam hanya menggelengkan kepala ketika mobil Alice melintasi di hadapan dirinya. "Suka banget telat," gumam Satpam tersebut. Sebelum turun dari mobil, Alice membenarkan jempolan dirambutnya. Memang hari ini dia nampak tampil berbeda, rambut yang di jempol asal, rambut-rambut kecil yang sedikit di keluarkan membuat aura kecantikannya bertambah. "Udah cantik, gak usah ngaca," ujar Auri membuat Alice menghentikan Aksinya dalam membenarkan rambutnya. Alice berdecak d

DMCA.com Protection Status