Pagi hari, Zhen berdiri di depan gerbang besar klan Ling, tempat ujian klan akan diselenggarakan. Matahari mulai terbit, menyinari jalanan yang dipenuhi peserta ujian lainnya. Suasana tegang terasa di mana-mana. Mereka yang mengikuti ujian ini adalah calon penerus klan, dan hanya yang terbaik yang akan berhasil.
Namun, Zhen merasa tekanan yang lebih berat dibandingkan yang lain. Selain harus menghadapi ujian, dia juga harus menyembunyikan rahasia besar tentang dirinya. Di dalam tubuhnya, kekuatan tujuh elemen yang legendaris tidak boleh diketahui oleh siapapun, termasuk anggota klan lainnya. "Kamu siap, Zhen?" suara Ying terdengar dari belakang. Ying dan Xian datang untuk memberikan dukungan pada Zhen, meskipun mereka tahu ujian ini sangat berbahaya. Zhen mengangguk. "Aku harus siap." Namun, sebelum Zhen melangkah lebih jauh, dia merasakan tatapan tajam dari seseorang di ujung jalan. Itu adalah Ling Jun, anggota klan yang sudah lama merasa iri dengan Zhen. Ling Jun adalah salah satu keturunan senior klan dan telah lama mendambakan posisi tinggi dalam klan. Tapi sekarang, dengan bakat luar biasa Zhen, dia merasa terancam. "Zhen," kata Ling Jun dengan nada sarkastik sambil mendekat. "Apakah kamu yakin bisa menghadapi ujian ini? Tidak semua orang seberuntung kamu, terlahir dengan bakat luar biasa." Zhen menatapnya dengan tenang. "Bakat bukan segalanya, Jun. Ujian ini bukan hanya tentang bakat, tapi juga tentang tekad dan usaha." Ling Jun tertawa kecil. "Tekad dan usaha? Jangan terlalu percaya diri. Banyak yang lebih kuat darimu di sini." Dia lalu berjalan pergi dengan tatapan penuh tantangan. Ying dan Xian menatap Zhen dengan cemas. "Jangan pedulikan dia, Zhen," kata Ying. "Dia hanya berusaha menggoyahkanmu." Zhen hanya mengangguk, meski hatinya terasa berat. Persaingan di klan ini lebih keras dari yang dia bayangkan. Selain ujian itu sendiri, dia harus berhadapan dengan orang-orang yang tidak senang melihatnya sukses. --- Ujian Klan Ling dimulai di sebuah arena besar di tengah kota klan. Ratusan peserta berkumpul, siap menguji kekuatan mereka. Zhen berdiri di antara mereka, mengamati gerakan dan aura setiap orang. Ada beberapa peserta yang tampaknya sangat kuat, sementara yang lain lebih tenang, seolah mereka tidak khawatir dengan apapun. Ketua ujian, seorang tetua klan dengan aura yang kuat, melangkah maju. "Ujian kali ini akan menguji kekuatan kalian dalam tiga aspek: fisik, spiritual, dan pengendalian elemen. Hanya mereka yang mampu menguasai ketiganya yang akan lolos ke tahap selanjutnya." Zhen merasa jantungnya berdetak lebih kencang, namun dia berusaha tetap tenang. Meskipun dia menguasai tujuh elemen, dia tahu bahwa ujian ini akan sangat sulit, dan dia harus berhati-hati agar rahasianya tidak terungkap. Para peserta harus bertarung satu lawan satu dalam ujian fisik. Zhen dipasangkan dengan seorang pemuda bernama Ling Dao, seorang calon penerus yang dikenal sangat kuat. Ling Dao adalah petarung hebat yang telah berlatih bertahun-tahun. Saat mereka berdua memasuki arena, Ling Dao tersenyum sinis. "Jangan berharap bisa menang dengan mudah, Zhen," katanya. "Aku sudah lama menunggu kesempatan untuk mengalahkanmu." Zhen tidak membalas. Dia tahu bahwa jika dia menggunakan kekuatannya yang sebenarnya, dia akan dengan mudah mengalahkan Ling Dao. Namun, dia tidak bisa menggunakan elemen-elemen legendaris itu begitu saja. Dia harus bertarung dengan kemampuan fisiknya sendiri. Pertarungan dimulai, dan Ling Dao langsung menyerang dengan kekuatan penuh. Zhen menghindar dengan cepat, mengandalkan kelincahan dan ketenangannya. Setiap serangan Ling Dao diblokir dengan sempurna oleh Zhen, meskipun dia tidak menggunakan energi spiritualnya secara penuh. "Apa? Kamu hanya menghindar?" Ling Dao terlihat kesal. Zhen tetap tenang. "Tidak semua pertarungan harus dimenangkan dengan kekuatan." Akhirnya, Zhen membuat gerakan cepat dan memanfaatkan kekuatan fisiknya untuk menjatuhkan Ling Dao tanpa melukai serius. Ketika pertarungan selesai, Ling Dao terdiam, kecewa dengan kekalahannya. Zhen menghindari sorakan dari penonton dan langsung berjalan pergi, merasa lega namun juga waspada. Ini baru permulaan, dan banyak tantangan yang akan datang. --- Sekarang, peserta diuji dalam kemampuan spiritual mereka. Mereka harus mengendalikan energi spiritual dalam tubuh mereka dan memanipulasi elemen alam untuk membentuk sebuah karya seni. Zhen tahu ini adalah ujian yang paling sulit baginya. Mengendalikan energi spiritual adalah salah satu tantangan terbesar, karena setiap kesalahan dapat mengarah pada kegagalan yang memalukan. Zhen memejamkan mata dan mulai berkonsentrasi. Perlahan, dia mengalirkan energi spiritual ke tubuhnya, merasakannya bergerak dengan lancar. Namun, saat dia mulai menggerakkan elemen-angin di sekitarnya, dia merasakan adanya gangguan. "Tunggu sebentar," bisik Zhen. "Ada yang tidak beres." Dia membuka matanya dan menyadari bahwa Ling Jun berdiri di dekatnya, dengan tatapan penuh kebencian. Ternyata, Ling Jun sengaja mengganggu aliran energi spiritual Zhen. Dia tidak ingin Zhen lolos dengan mudah. Namun, Zhen tidak kehilangan fokus. Dengan tegas, dia mengendalikan energi spiritualnya dan menciptakan angin yang kuat, mengusir gangguan itu. Seketika, elemen-angin yang dia kendalikan membentuk sebuah patung indah yang mengalirkan energi spiritual ke seluruh arena. --- Setelah ujian selesai, Zhen merasa lega, namun perasaan itu tidak bertahan lama. Di ruang pertemuan klan, para tetua sedang berkumpul untuk mendiskusikan hasil ujian. Zhen duduk di tengah ruangan, merasakan tatapan penuh kecurigaan dari beberapa anggota klan. Ling Jun yang duduk di sudut ruangan tidak bisa menyembunyikan kebenciannya. "Zhen, meskipun kamu terlahir dengan bakat besar, ada banyak orang yang lebih layak menjadi penerus klan ini," katanya dengan suara rendah namun penuh nada tajam. "Kamu hanya mendapat kemudahan dari ayahmu, bukan karena kemampuan sejati." Zhen menatapnya dengan tajam. "Bakat itu bukanlah segalanya, Jun. Aku akan membuktikan bahwa aku layak, dengan usaha dan kemampuan, bukan hanya dari status." Ling Jun hanya tersenyum dingin, seolah tahu bahwa dia akan terus berusaha untuk meruntuhkan Zhen, tidak peduli apapun yang terjadi.Zhen duduk di ruangan kecil di kediamannya, pikirannya berputar-putar. Meskipun berhasil melewati ujian fisik dan spiritual dengan baik, dia tahu bahwa ujian sebenarnya baru saja dimulai. Di balik sorakan dan tepuk tangan, ada banyak yang menginginkan kegagalannya. Dan Ling Jun, dengan rasa iri yang jelas, adalah ancaman yang paling nyata. Namun, Zhen juga merasakan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar permusuhan biasa. Sebuah perasaan aneh, seolah ada sesuatu yang tersembunyi di dalam klan ini—sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar persaingan antaranggota. Pagi hari, Zhen melangkah ke halaman depan, tempat para anggota klan berkumpul untuk mendengarkan pengumuman hasil ujian. Para tetua klan, termasuk ayah Zhen, sudah berkumpul di atas panggung yang megah. Zhen menghela napas dan menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di ujian kemarin akan menentukan posisinya dalam klan ini. Ketika para peserta ujian mulai berkumpul, Ling Jun terlihat lebih tenang dari biasanya. Namun
Zhen berjalan menyusuri koridor panjang menuju ruang meditasinya. Hatinya tidak tenang, perasaan ada yang mengawasi dirinya terus-menerus. Sesuatu di dalam dirinya, yang dia sebut sebagai rahasia, semakin membebani pikirannya. Setiap kali dia mengendalikan elemen, dia merasa kekuatan yang lebih besar dan lebih gelap menyusup ke dalam dirinya, seolah-olah menginginkan kontrol penuh atas tubuhnya. Dia berhenti sejenak, merasakan aliran energi di sekitarnya. Angin yang berhembus lembut, tanah yang kokoh di bawah kaki, bahkan api yang membara—semuanya terasa seperti bagian dari dirinya. Namun ada satu elemen yang berbeda, yang dia belum bisa kenali sepenuhnya. Di ruang meditasi, Zhen duduk dengan posisi bersila. Matanya terpejam, dan dia mencoba menenangkan pikiran. "Kendalikan dirimu," katanya pada dirinya sendiri. Namun, suara itu kembali terdengar. "Kamu tidak akan bisa mengendalikannya selamanya. Elemen-elemen ini milik kami." Zhen terkejut, tetapi segera mengusir pikiran itu.
Zhen terdiam, matanya tidak lepas dari Ling Kai yang berdiri di ambang pintu. Suasana di ruang itu terasa berat, seolah-olah setiap detak jantungnya bergema di udara yang penuh ketegangan. Ling Kai memandangnya dengan tatapan yang sulit dibaca, seolah tahu apa yang Zhen temukan, tapi tidak menunjukkan rasa khawatir sedikit pun. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ling Kai dengan suara rendah namun tegas. Zhen tidak bergerak. Di dalam hatinya, berbagai pertanyaan berputar. Mengapa Ling Kai ada di sini? Apakah dia tahu tentang ramalan itu? Atau apakah dia sudah mempersiapkan sesuatu yang lebih buruk? "Apa yang kamu sembunyikan?" Zhen akhirnya bertanya dengan suara berani, meski di dalam dirinya ada rasa cemas yang tak bisa dihindari. Ling Kai hanya tersenyum, senyuman tipis yang penuh arti. "Aku bukan orang yang terburu-buru, Zhen. Aku tahu kamu pintar, tapi ada hal-hal yang lebih besar daripada sekadar kekuatanmu yang luar biasa. Dan kamu tidak tahu siapa yang sebenarnya meng
Malam semakin larut, dan langit yang gelap seakan menjadi teman Zhen dalam perjalanan ini. Setelah berdiskusi dengan Ying dan Xian, dia merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menyelidiki lebih jauh tentang Ling Kai dan Ling Jun. Mereka berdua adalah ancaman yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Klan mereka mungkin tampak utuh di luar, tetapi Zhen tahu bahwa ada sesuatu yang menggerogoti dari dalam. Zhen berjalan cepat menuju ruang bawah tanah klan, tempat yang jarang dikunjungi anggota biasa. Hanya orang-orang tertentu yang tahu tentang keberadaan ruang ini, dan Zhen sudah mendengar beberapa desas-desus bahwa ada sesuatu yang mencurigakan di sana. Ling Kai selalu tampak sangat tertarik dengan tempat itu, dan Zhen merasa bahwa kunci untuk mengungkap misteri klan ini ada di sana. Dengan hati-hati, Zhen mengaktifkan pelindung energi yang tersembunyi di dinding ruangan bawah tanah itu. Sinar biru kemilau menyinari sekitarnya, dan perlahan-lahan pintu rahasia itu terbuka. Sebua
Zhen menatap Ling Kai dengan waspada. Wajah pria itu tampak tenang, tetapi senyuman dingin di bibirnya menunjukkan niat yang jauh lebih gelap. Di belakang Ling Kai, Zhen bisa melihat bayangan bergerak-gerak, tanda bahwa ada lebih banyak orang yang mengawasi mereka."Kau sudah datang jauh-jauh ke sini," kata Ling Kai, suaranya rendah dan penuh perhitungan. "Tapi kau pasti tahu, Zhen. Tidak ada jalan mundur dari sini."Ying dan Xian berdiri di belakang Zhen, siap untuk bertindak jika terjadi sesuatu, tetapi Zhen menahan mereka dengan gerakan tangan. "Apa yang kau inginkan, Kai? Mengapa kau melakukan ini pada klan kita?"Ling Kai tersenyum lebar, seolah-olah menikmati pertanyaan itu. "Aku tidak melakukan apapun pada klan ini. Aku hanya membangunkan kalian dari mimpi panjang. Klan ini sudah lama tidur, terperangkap dalam rutinitas lama. Kekuatan seperti milikmu, Zhen, harus dikendalikan. Klan ini membutuhkan pemimpin yang lebih kuat, bukan hanya mereka yang terlahir dengan bakat."Zhen me
Zhen berdiri tegak, matanya berkilat tajam. Di sekelilingnya, angin berputar semakin kencang, memekakkan telinga, dan menyebabkan benda-benda di sekitarnya bergoyang. Wushhh! Setiap gerakan yang dia lakukan seakan membawa angin yang menari, seolah-olah alam mendengarkan setiap perintahnya.Ling Kai tidak terpengaruh. Wajahnya tetap tenang, meskipun angin yang dihasilkan Zhen cukup kuat untuk membuat sebagian besar orang terhanyut. “Apa yang kau lakukan, Zhen?” kata Ling Kai, nada suaranya mengandung ejekan. “Kau pikir bisa mengalahkanku hanya dengan angin?”Zhen tidak menghiraukan kata-kata itu. Dia fokus pada satu hal—menembus batas kekuatannya. Dia tahu, dengan kekuatan angin ini, dia hanya bisa berjuang untuk saat ini, tapi itu bukan jawabannya. Aku harus lebih kuat.BOOOMM!Tiba-tiba, seluruh tubuh Zhen terasa bergetar hebat. Ada sesuatu yang mengalir melalui dirinya, seolah ada kekuatan baru yang bangkit dari dalam tubuhnya. Dia merasa energinya meledak ke luar, seiring dengan lo
Zhen berdiri di tepi tebing, memandang cakrawala yang diterangi sinar matahari. Dalam dirinya, energi baru terus berputar, mengalir dengan stabil. Aku sudah melangkah sejauh ini, tapi jalan ke depan masih panjang. Dia mengepalkan tangan, matanya menyiratkan tekad yang tidak tergoyahkan.Namun, jauh di dalam bayang-bayang klan, seseorang memperhatikannya dengan mata penuh kebencian. Ling Kai, yang terluka parah setelah pertarungan, kini berbaring di ruang pemulihan, namun pikirannya terus dipenuhi rencana balas dendam.---Di ruang pelatihan klan, Ying sedang melatih teknik alkeminya. Gadis itu selalu menjadi pendukung Zhen, meskipun kadang ia ragu apakah sahabatnya mampu menanggung semua beban ini. Dengan tangan terampil, dia mencampur bahan-bahan alkimia, mengeluarkan uap kehijauan yang perlahan berubah menjadi cairan pekat.Wushhh!Kekuatan Ying meningkat pesat, namun pikirannya terganggu. “Zhen terlalu keras pada dirinya sendiri,” gumamnya. “Kalau dia terus seperti ini, dia bisa sa
Langit pagi di kediaman klan Ling tampak cerah, tapi suasana di dalam dinding-dindingnya semakin suram. Zhen, Ying, dan Xian duduk di halaman belakang, menikmati sarapan sederhana. Namun, keheningan mereka segera dipecahkan oleh suara langkah-langkah cepat yang datang dari arah aula utama.“Zhen!” seorang murid klan yang lebih muda berlari ke arahnya. Wajahnya penuh kepanikan.“Ada apa?” tanya Zhen, meletakkan cangkir tehnya.“Murid senior Ling Kai menantangmu untuk duel di arena klan. Katanya, jika kau menolak, itu artinya kau mengakui kekalahan dan tidak pantas menjadi murid terkuat generasi ini.”Ying mendengus. “Ling Kai lagi? Dia belum puas setelah kalah kemarin?”Xian menggeleng. “Tentu saja tidak. Ini sudah jelas bukan hanya tentang dia. Ada pihak yang mendorongnya untuk terus menekan Zhen.”Zhen berdiri, matanya dingin. “Baiklah. Kalau dia ingin duel, aku akan datang.”---Di arena utama, kerumunan murid sudah berkumpul. Ling Kai berdiri di tengah arena, tubuhnya tampak lebih
Setelah membersihkan kekuatan asing yang mengancam klan Ling, Zhen merasakan perubahan besar dalam dirinya. Energi dalam tubuhnya terasa semakin murni, semakin stabil, dan kekuatan alkimia serta kultivasi yang telah ia raih memberi keyakinan baru dalam langkahnya. Namun, meskipun ia berhasil membersihkan klannya dari ancaman tersembunyi, Zhen tahu bahwa ini hanyalah awal dari perjalanan yang lebih panjang. Zhen berdiri di pintu keluar ruang alkimia, menatap langit senja yang merona di luar. Di balik ketenangan itu, masih ada banyak misteri yang menunggu untuk dipecahkan, banyak tantangan yang harus ia hadapi. Dia tahu, untuk membawa klannya menuju kejayaan, dia harus terus berkembang—baik dalam kultivasi maupun alkimia. Dengan keputusan yang bulat, Zhen memutuskan untuk meninggalkan klan, setidaknya untuk sementara waktu. Ia perlu menjelajahi wilayah di luar klan untuk mencari tahu lebih banyak tentang artefak dan peninggalan yang bisa meningkatkan kemampuan alkimia dan kultivasin
Setelah pertemuan yang intens dengan ayahnya dan pengkhianat klan yang berhasil dibersihkan, Zhen merasa ada satu hal yang belum selesai. Meski klan kembali stabil, ia tahu bahwa di balik kekacauan yang ada, ada kekuatan asing yang telah lama mengakar dalam tubuh klan, menjadi sekutu rahasia para pengkhianat. Keberadaan mereka adalah ancaman besar yang harus segera dihapuskan agar klan Ling dapat berdiri kokoh tanpa bayang-bayang kelam dari kekuatan yang merusak. Zhen memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang kekuatan yang terselip dalam tubuh klan. Berkat teknik alkimia dan kultivasi yang semakin maju, Zhen dapat merasakan adanya sisa-sisa energi gelap yang terperangkap dalam beberapa murid klan. Beberapa dari mereka mungkin tidak sadar akan hal itu, namun bagi Zhen yang telah memurnikan banyak hal, dia bisa merasakan getaran energi yang mengarah pada sesuatu yang jahat. Zhen memasuki ruang alkimia pribadi, tempat yang telah menjadi saksi perjalanan panjangnya dalam memurni
Ling Zhen berdiri di tengah aula klan yang sepi, hanya ditemani oleh gemerisik angin yang menerpa jendela besar. Semua pengkhianat yang telah merusak klannya kini telah terungkap. Dengan kekuatan kultivasi yang telah dia capai, Zhen mengatasi mereka satu per satu, tanpa perlawanan berarti. Setiap musuh yang jatuh meninggalkan bayangan kemarahan yang membara dalam dirinya. Namun, saat menghadapi pemimpin pengkhianat, dia berhenti sejenak. "Kalian telah mengkhianati klan ini," Zhen berkata, suaranya bergema. "Namun, kalian akan diberikan kesempatan untuk bertobat." Zhen mengampuni mereka, memberi mereka kesempatan untuk kembali setia, tetapi peringatan keras diberikan: "Jika kalian kembali berkhianat, aku tidak akan segan-segan menghancurkan kalian." Setelah mengatasi para pengkhianat, perhatian Zhen beralih pada ayahnya, Ling Wei. Zhen melangkah mendekat, melihat wajah ayahnya penuh penyesalan. "Ayah... tidak ada yang sempurna di dunia ini," kata Zhen dengan tegas. "Aku memaafkanm
Ling Zhen berdiri tegak di tengah aula utama, matanya penuh tekad dan kemarahan. Begitu serangan angin dan petirnya mengenai Ling Wei, seluruh ruangan terguncang oleh kekuatan yang luar biasa. Ling Wei, yang biasanya tenang dan penuh perhitungan, kali ini tampak terkejut. Kekuatan yang dia hadapi jauh lebih besar dari yang dia duga. Ling Wei memaksa dirinya untuk tetap berdiri, wajahnya memucat, namun masih berusaha mempertahankan kendali. "Kamu... sudah begitu kuat, Zhen," katanya dengan suara serak, jelas terkejut. "Sejak kapan kamu mencapai tingkat seperti ini?" Zhen hanya tersenyum dingin, tidak memberi jawaban. Dengan langkah mantap, dia melangkah maju, seolah-olah dunia di sekelilingnya tidak bisa menghentikan tekad yang sudah mengakar dalam dirinya. Semua mata di aula terfokus pada Zhen, termasuk para tetua klan yang selama ini memandangnya dengan sebelah mata. Mereka tak bisa menutupi keterkejutan mereka saat melihat perubahan besar dalam diri Zhen. "Zhen, jangan biarkan am
Setelah beberapa waktu berkelana dan merenung, Zhen merasa bahwa ada sesuatu yang masih mengganjal dalam dirinya. Masalah yang belum terselesaikan di dalam klannya terus menghantui pikirannya, terutama tentang pengkhianatan yang masih tersembunyi. Klan Ling, yang seharusnya menjadi tempat yang penuh kehormatan, ternyata menyimpan banyak rahasia kelam di balik tembok-tembok kekuatannya. Dengan tekad yang semakin bulat, Zhen memutuskan untuk kembali ke klan. Kali ini, dia bukan hanya datang untuk memperbaiki hubungan dengan keluarganya atau menyelesaikan masalah pribadi, tetapi untuk membersihkan klan dari penghianat-penghianat yang masih bersembunyi di antara mereka. --- Langit mulai gelap saat Zhen kembali memasuki wilayah klan Ling. Pemandangan yang dilihatnya tidak banyak berubah, tetapi rasanya ada sesuatu yang berbeda. Keheningan yang aneh meliputi area itu, seolah-olah klan ini sedang menunggu sesuatu yang buruk terjadi. Zhen mengabaikan perasaan tersebut dan terus melangkah m
Zhen memandang artefak yang diberikan kepadanya, sebuah benda bercahaya yang sepertinya terbuat dari bahan yang tidak dikenal. Peningkatan kekuatan yang diberikan oleh artefak itu jelas terasa, namun Zhen tahu bahwa potensi sejati artefak ini hanya bisa terungkap jika dia memurnikannya terlebih dahulu. Artefak seperti ini, menurut cerita-cerita yang dia dengar, hanya bisa berfungsi sepenuhnya setelah diproses dengan teknik alkimia yang cermat dan mendalam. Dengan hati-hati, Zhen mengeluarkan beberapa bahan alkimia dari dalam tasnya. Bahan-bahan ini sudah dia kumpulkan selama perjalanan, namun dia belum sempat menggunakannya dengan maksimal. Kini, dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat. Mengambil posisi duduk yang tenang di dalam kamarnya, Zhen memulai proses pemurnian artefak itu. Tangannya bergerak lincah, meracik bahan-bahan dengan ketelitian yang luar biasa. Campuran unsur-unsur yang dia pilih adalah yang paling cocok untuk meningkatkan kualitas artefak tersebut. Di sekeliling
Zhen berdiri tegak di tengah cahaya yang menyilaukan, tubuhnya semakin lelah setelah ujian sebelumnya. Namun, ada satu hal yang jelas di benaknya: dia tidak bisa mundur sekarang. Perjalanan ini tidak hanya tentang dirinya, tapi tentang membuktikan kepada dirinya sendiri dan semua orang yang meragukannya. Cahaya itu semakin terang, menyorot sekelilingnya dengan intensitas yang tidak bisa dia hindari. Seperti kilat yang menyambar, cahaya itu menembus tubuhnya, menimbulkan rasa perih yang luar biasa, tapi Zhen menahan rasa sakit itu dengan segenap kekuatannya. Setiap detik rasanya semakin berat, seolah dunia di sekitarnya melawan dirinya. "Tantangan terakhir dimulai," suara pria itu kembali terdengar, kali ini lebih dalam dan penuh penekanan. "Ini bukan hanya ujian tubuhmu, tapi juga tentang keputusan yang akan kau ambil. Kekuatan sejati berasal dari pilihan-pilihan yang kau buat. Apakah kau siap menghadapi konsekuensinya?" Zhen menelan ludah. Apa yang dimaksud dengan pilihan? Apaka
Pria itu tersenyum tipis, seolah tahu bahwa Zhen sudah siap untuk tantangan yang lebih berat. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan," katanya, suaranya dalam dan penuh misteri. "Tapi ingat, ini bukan sekedar pertempuran fisik. Ujian ini akan menguji sejauh mana kemampuanmu dalam mengendalikan kekuatan, keteguhan hatimu, dan kecerdasanmu dalam menghadapi rintangan."Zhen mencoba berdiri, tubuhnya masih terasa kaku dan nyeri akibat pertempuran sebelumnya. Namun, tekadnya menguat, ia berusaha untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Aku siap."Pria itu mengangkat tangannya, dan seketika udara di sekitar mereka berubah. Kegelapan mulai menyelimuti ruangan, dan dari dalam bayangan, muncul berbagai bentuk energi yang memancarkan kekuatan luar biasa. Zhen merasakan sepertinya seluruh ruangan mulai bergetar, energi-energi itu berputar dan saling bertabrakan."Tantangan pertama," suara pria itu terdengar lebih dalam, "adalah mengendalikan energi yang ada di sini. Jika kau gagal, energi ini akan m
Zhen memfokuskan seluruh perhatiannya pada dua penjaga yang menghalangi jalannya. Hatinya berdebar kencang, tetapi ia tahu ia tak bisa mundur. Begitu banyak yang dipertaruhkan—bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk seluruh perjalanan hidupnya, kekuatan yang ingin ia kuasai, dan rahasia yang tersembunyi di dalam artefak tersebut.Kedua penjaga itu bergerak lebih cepat, gerakan mereka seolah tak terlihat, hanya bisa dirasakan lewat getaran udara yang mengikuti setiap serangan. Zhen bergegas menangkis serangan pertama mereka, sebuah gelombang energi yang dipenuhi dengan energi gelap. Ia memanggil angin untuk menghalau gelombang itu, namun ia merasakan bahwa kekuatan lawannya lebih besar dari yang ia duga. Tubuhnya terhuyung mundur beberapa langkah, kesulitan menahan kekuatan tersebut."Jangan terlalu lama bertahan!" pikir Zhen. Ia tahu jika terus bertahan seperti ini, energi tubuhnya akan terkuras habis.Dengan keputusan yang cepat, Zhen mengalihkan strategi. Ia mulai mengendalikan elem