Share

Bab 3

Penulis: Mar Sha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-09 21:17:10

Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.

Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.

Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.

Tok … tok … tok

Arini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu.

"Terus?" tanya Arini sambil melipat dada.

"Pake nanya lagi, ya cucilah."

"Emang yang makan siapa? Situ 'kan? Cuci saja sendiri sana."

"Sudah berani kamu ya? Lihat saja nanti aku lapor sama Danu. Biar dia lihat seperti apa aslinya kamu."

"Siapa takut?" Arini lalu menutup pintu, lebih tepatnya membanting pintu tepat di depan Kak Mira.

"Awas kamu Arini," umpat Mira.

Mira lalu kembali berjalan ke belakang. Dia akhirnya mencuci piring yang dia harap di bereskan oleh Arini.

Di dalam kamar Arini terus beristighfar. 

Ketika menjelang magrib, Danu yang baru saja sampai di rumah kaget melihat Kak Mira dengan baju yang basah. "Lho, Kak Mira kok bajunya basah begitu?" tanya Danu. Mendengar Danu yang bertanya, Mira pun bersandiwara untuk menjatuhkan Arini di depan Danu.

"Ini semua gara-gara istri kamu Danu. Kakak tadi minta tolong bantu Kakak cuci piring dianya nggak mau, malah santai-santai di kamar," jawab Kak Mira dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin. "Tidak hanya itu, dia tadi bahkan berani melawan Mama. Kasihan Mama di bentak-bentak kayak begitu."

"Arini melakukan itu?" tanya Danu tidak percaya. "Kak Mira tidak bohong?" tanya Danu meyakinkan ketidak percayaannya. "Iya, Arini sudah melakukan itu. Tapi kalo kamu tanya ke dia, Kakak yakin dia nggak ngaku."

Danu bergegas masuk ke kamar untuk menemui istrinya. Melihat Danu ke kamar dengan tergesa-gesa, Mira tertawa senang. Dia sangat yakin jika Danu pasti akan memarahi Arini dan mereka akan bertengkar. Mira bergegas lari ke Mamanya untuk menyampaikan berita gembira ini.

"Mamaa!" panggil Mira ketika melihat Bu Dita sedang asyik membaca majalah di kamarnya. "Ada apa kamu? Kayak senang sekali. Terus, itu baju kenapa basah begitu?" tanya Bu Dita sembari menutup majalahnya. "Ada kabar gembira Ma," jawab Mira.

"Kabar gembira apa?"

"Untuk pertama kalinya Danu dan Arini akan bertengkar."

"Haaa? Bertengkar? Kok bisa?"

"Aku aduin semua apa yang Arini lakuin ke kita tadi Ma, ya tambah-tambahin bumbu dikitlah biar terbakar hatinya Danu. Benar saja Ma, aku tadi melihat dia emosi banget terus cepat-cepat masuk kamar."

"Hahahah, kamu memang pintar Mira. Rasain wanita sok kuat itu. Dia mau mencoba melawan kita tapi itu menjadi boomerang dia sendiri."

"Hahaha, iya Ma." Kedua ibu dan anak itu tertawa tanpa tahu yang terjadi sebenarnya. "Sudah tidak sabar lihat muka Arini sedih saat makan malam nanti. Aku yakin Ma, matanya pasti bengkak habis nangis. Terus minta maaf deh sama kita," ucap Mira penuh percaya diri.

Di dalam kamar, Danu mengucapkan salam ketika membuka pintu kamarnya. Arini menyambut kedatangan suaminya dengan senyuman manis. "Waalaikumsalam Mas," ucap Arini membalas salam suaminya seraya mengambil tas kerja dan mencium punggung tangan Danu. Danu membalas dengan mencium pucuk kepala Arini.

"Kamu tahu nggak Dek? Aku tadi di depan ketemu dengan Kak Mira. Dia ngadu katanya kamu nggak bantu dia cuci piring. Dia juga bilang kalau kamu habis ngelawan Mama."

"Ma … maaf Mas. Habisnya tadi pulang kerja aku capek, belum sholat ashar. Jadinya, nggak bisa bantu cuci piring. Lagian,  'kan itu piring bekas dia makan, masa aku yang nyuci? Terus tentang Mama, aku bukan melawan. Hanya saja lebih tepatnya menolak permintaan Mama untuk menyuruh kamu ikut ke acara keluarga nanti di puncak Mas. Aku tahu kamu, sekali bilang tidak ya tidak. Jangan marah ya Mas," jawab Arini panjang lebar.

Danu tersenyum mendengarnya. "Aku tidak marah Sayang. Justru aku senang dengan perubahan sikap kamu yang mulai tegas ke mereka. Aku berharap dengan kamu mulai tegas seperti tadi, mereka tidak akan bisa menghinamu atau menginjakmu."

"Beneran kamu nggak marah Mas?"

"Iya, sekarang kita sholat magrib bareng ya. Aku mandi dulu."

"Iya Mas," jawab Arini. Danu lalu bergegas ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Sedang Arini, menyiapkan pakaian suaminya lalu menggelar sajadah untuk mereka melaksanakan sholat magrib.

Selesai sholat Arini yang hendak ke dapur untuk menyiapkan makan malah ditahan oleh Danu. "Nggak usah masak, kita makan di luar."

"Dengan Mama dan Kak Mira juga?"

"Nggak, kita aja." Arini dan Danu pun bersiap untuk keluar makan malam. Saat di luar, Mira dan Bu Dita terkejut melihat pasangan suami istri itu keluar dari kamar mereka dengan berpakaian rapi. "Lho, kalian berdua mau ke mana?" tanya Bu Dita.

"Kami mau ke acara teman," jawab Danu.

"Tapikan Arini belum masak untuk makan malam," ucap Bu Dita kembali.

"Ada Kak Mira, suruh Kak Mira aja yang masak. Sudah ya Ma, kami pergi dulu." Danu dan Arini meninggalkan kedua orang itu yang menatap mereka tidak percaya.

"Kamu bilang mereka bertengkar Mir. Mana buktinya? Malah mereka semakin mesra kayak gitu."

"Aku juga nggak tahu Ma, kok bisa kayak gitu."

***

Keesokkan harinya, saat sedang menjaga Toko. Arini iseng membaca sebuah brosur yang terletak di meja kasir tempat dia bertugas. Arini menjadi tertarik ketika membaca brosur tentang sebuah lomba karya ilmiah, yang diadakan oleh kampus tempat Pak Hatta majikan Arini mengajar.

"Lagi baca apa?" tanya Mbak Asri mengagetkan Arini yang sedang serius membaca brosur di tangannya. "Mba Asri ngagetin aja. Ini lagi baca brosur lomba karya ilmiah." 

"Oh ini dari kampus Pak Hatta."

"Aku ingin ikut Mbak, boleh nggak ya?"

"Kamu bisa?"

"Ish, Mba Asri ini remehin aku deh," ucap Arini cemberut. "Hahahah, bercanda Sayangku. Sepertinya lomba ini terbuka untuk umum. Coba saja kamu tanya sama Pak Hatta dulu."

"Benar juga ya. Nanti aku tanya sama Pak Hatta." Baru beberapa detik Arini berucap, orang yang ingin ditemui akhirnya nongol di depan pintu. "Lagi ngobrolin apa ini?" tanya Pak Hatta sambil tersenyum pada dua karyawannya.

"Ini Pak, aku mau tanya apa lomba yang ada di brosur ini terbuka untuk umum?"

"Oh iya Rini lomba ini terbuka untuk umum. Kenapa? Kamu mau ikut?"

"Apa aku bisa ikut Pak?"

"Tentu bisa. Ini memang dikhususkan untuk orang yang memiliki bakat dalam kepenulisan. Sehingga, hadiahnya dari kampus selain uang tunai juga beasiswa S1 bagi yang hanya memiliki ijazah SMA dan S2 bagi memiliki ijazah S1."

"Waah, enak banget kalo bisa lulus. Bisa sekolah lagi."

"Iya Rini, kalau kamu merasa bisa silahkan coba saja. Siapa tahu ini jalan untuk bisa mengubah hidup kamu," ucap Pak Hatta memberikan semangat. "Kalau kamu mau ikut, nanti aku bantu, aku banyak buku untuk literasi tulisan nanti."

"Boleh Pak, aku mau coba. Kebetulan aku suka nulis."

"Bagus. Kalau begitu, kamu silahkan buka link pendaftaran di brosur ini. Terus isi formulirnya. Nanti kamu bisa lihat dan pilih tema untuk karya ilmiahmu."

"Oke Pak, terima kasih." Setelah memberi penjelasan pada Arini, Pak Hatta lalu pamit dan berangkat kembali ke kampus. Arini pun langsung membuka link pendaftarannya. Besar harapan Arini lewat lomba ini dia bisa mengenyam pendidikan kembali.

****

Mobil Danu menepi tepat di depan toko Pak Hatta. Arini bergegas masuk ke mobil, setelah pamit pada Mbak Asri. Dia lalu melambaikan tangannya pada Mbak Asri dan mobil pun berjalan membawa mereka untuk pulang.

"Mas, aku mau ikut lomba," ucap Arini ketika berada di mobil. "Lomba apa Sayang?" tanya Danu sambil tetap fokus di balik kemudi. "Lomba menulis karya ilmiah yang diadakan oleh kampus tempat Pak Hatta mengajar."

"Oh bagus itu. Kamu beneran mau ikut?"

"Iyalah Mas, masa bo'ongan? Aku juga sudah daftar tadi. Boleh 'kan Mas aku ikut?"

"Boleh, emang hadiahnya apa sih sampe kamu semangat sekali ingin ikut?"

"Kalau aku menang, dapat uang tunai dan Beasiswa untuk S1." Pembicaraan mereka terpotong, ketika mereka sudah sampai di rumah. Sesampainya di rumah, suasana terasa sepi.

"Ke mana Mama dan Kak Mira Mas?"

"Entahlah, biarkan saja. Ayo masuk!" ajak Danu setelah membuka pintu depan. Mereka lalu masuk ke kamar tanpa mencari orang rumah.

"Dek, kamu ingin kuliah?"

"Hehehe, iya Mas itupun kalau menang."

"Kalau memang kamu ingin kuliah lagi, tanpa ikut lomba itu. Aku bisa kuliahin kamu. Kamukan tanggung jawabku."

"Makasih ya Mas, tapi aku nggak mau Mama semakin nggak suka denganku kalau tahu Mas membiayai aku kuliah. Kalau aku kuliah dengan usahaku sendirikan mereka tidak berani berkomentar. Apalagi meremehkanku."

"Aku mengerti maksud kamu. Aku doakan semoga istriku tersayang ini menang," ucap Danu lalu memeluk Arini. Tiba-tiba terdengar suara bel pintu pertanda ada tamu.

Arini dan Danu keluar bersama untuk membuka pintu dan melihat tamu mereka di sore ini. Keduanya terkejut ketika seseorang berdiri di depan pintu dengan tersenyum manis.

"Rindi?!" ucap Danu.

Bab terkait

  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13
  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Aku bukan istri biasa   Bab 1

    "Danu kalian tidak lupakan? kalau besok itu acara keluarga di rumah Om Handoko," ucap Bu Dita saat mereka sedang sarapan pagi ini. "Aku ingat Ma. Aku akan pergi, asalkan mereka tidak lagi menghina istriku seperti dulu." Danu berucap tegas kepada Bu Dita. Sebab dia tahu Arini tidak disukai oleh keluarga besarnya, bahkan mama dan kakaknya Mira.Bu Dita menghela napas mendengar jawaban putranya."Lagian yang mereka bilang itu benar kok," sambung Mira."Aku sudah selesai sarapan, aku pergi dulu. Ayo sayang kita berangkat," ajak Danu pada istrinya."Tunggu!" seru Bu Dita. "Ada apa Ma?" tanya Arini."Enak saja kamu main pergi, cuci piring dulu.""Tapi Ma, aku sudah telat. Nanti aja ya Ma, tunggu aku pulang.""Ma, di rumah ini ada Kak Mira. Suruh dia saja yang cuci. Jangan cuma enaknya doang," ucap Danu."Enak saja. Nggak sudi aku mengerjakannya," protes Mira."Kalau nggak mau ngerjainnya, tahu diri dong Kak," geram Danu."Kurang Ajar kamu Danu. Sebelum menikah dengan perempuan ini kamu ng

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05

Bab terbaru

  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status