Share

Bab 2

Penulis: Mar Sha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-09 21:15:47

"Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar.

"Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui.

"Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini.

"Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur.

"Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang.

"Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.

'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.

****

Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat istrinya segera beranjak dari duduknya.

"Mau ke mana kamu Danu?" tanya Bu Dita.

"Mau panggil Arini," jawab Danu sembari melengos pergi. "Anak itu selalu saja membela istri nggak guna kayak itu," omel Bu Dita.

"Mau di apa Ma, Danunya cinta," ucap Mira.

"Sayang, kamu kok masih di dapur sih? Ayo makan," ajak Danu , ketika melihat Arini masih berada di dapur.

"Mas duluan aja, aku mau selesaikan ini dulu. Biar saat aku tinggal kerja nggak berantakan kayak gini," ucap Arini beralasan.

"Nggak usah di kerjakan. Kalau kamu nggak makan, aku juga nggak makan."

"Lho kok gitu sih Mas. Kayak anak kecil saja."

"Makanya ayo makan!" Danu menarik lengan Arini ke meja makan. Saat di meja makan, Bu Dita dan Mira menatap sinis ke arah Arini, membuat istri Danu itu menunduk.

"Tolong ambilin aku makan ya Dek," pinta Danu.

"Iya Mas," jawab Arini lalu mulai menyendokkan nasi untuk suaminya. Danu menerima sepering nasi dari tangan Arini dengan tersenyum. Lalu mulai makan. "Kamu makan juga dong Dek."

"Iya Mas, aku nanti aja di tempat kerja," tolak Arini. Danu lalu mengarahkan sesendok makanan ke arah Arini. "Buka mulutnya Dek," perintah Danu.

"Aku, nanti saja Mas." Arini masih menolak suapan dari suaminya. "Buka nggak?" pinta Danu bersikeras. Arinipun membuka mulutnya dan menerima suapan dari suaminya.

"Huuh lebbaay," omel Mira tidak senang.

"Bukan lebay, tapi irikan?" balas Danu kepada Mira.

"Siapa yang iri, nggak guna tahu nggak?"

Danu hanya tersenyum sinis menanggapi. Arini semakin merasa tidak enak dengan sentilan Mira. Dia hanya diam lalu kembali menerima suapan dari Danu. Sedang Danu tersenyum bahagia melihat istrinya makan dari tangannya.

"Danu hari minggu nanti keluarga besar kita akan berlibur ke puncak," ucap Bu Dita.

"Aku nggak ikut, kalian saja yamg pergi mewakili keluarga."

"Nggak bisa gitu dong Nu, ini acara keluarga. Jarang keluarga besar kita ngumpul kayak gini," protes Bu Dita.

"Kalau sudah ngumpul yang di bahas pasti istriku. Untuk apa aku pergi bergabung dengan mereka? Tidak bermanfaat."

"Tutup mulut kamu Danu!" Bu Dita terlihat marah kepada Danu. Dia lalu melihat sinis ke arah Arini. "Kamu! Pasti sudah pake pelet untuk membuat anak saya menjadi durhaka kayak begini 'kan?" Lagi, tuduhan itu kembali dilayangkan pada Arini.

"Maaf Ma, aku tidak seperti yang Mama tuduhkan," kilah Arini.

"Ya iyalah, penjara penuh kalau penjahat ngaku," ucap Mira menimpali. Mendengar itu, Arini berlari ke kamar karena sudah tidak sanggup mendengar tuduhan itu. 

"Mama sama Kak Mira ngapain tuduh istriku kayak begitu? Arini wanita baik, tidak mungkin dia menggunakan itu. Kalian keterlaluan!" Danu beranjak dari duduknya dan menyusul istrinya ke kamar. Di dalam kamar Arini menangis sesegukkan, sudah tidak kuat rasanya dia mendengar tuduhan itu.

"Dek," panggil Danu seraya memegang bahu istrinya. "Maafin keluargaku ya. Aku percaya kamu tidak seperti yang mereka tuduh. Aku mencintaimu murni dari dalam hatiku. Bukan dari pelet. Tapi kalau kamu pelet aku, aku ikhlas asal terus bersamamu," ucap Danu lalu membawa Arini ke pelukkannya.

"Mas," panggil Arini dengan suara terisak.

"Kenapa Sayang?"

"Sampai kapan aku dipandang sebelah mata sama mereka? Kapan mereka bisa menganggapku ada? Apa salahku Mas? Apa hanya karena aku bukan orang yang berpendidikan kayak mereka? Aku juga mau sekolah tinggi, tapi orang tuaku saat itu nggak punya biaya."

Danu menghapus air mata istrinya yang terus mengalir membasahi pipi mulus Arini. Kemudian dia menangkup wajah oval imut itu dengan kedua tangannya. "Meskipun kamu tidak sekolah tinggi, tapi akhlak kamu sudah cukup membuktikan kalau kamu adalah seorang terpelajar. Aku bangga jadi suami kamu. Aku sangay bersyukur bisa menjadi jodoh kamu Arini."

"Mas nggak malu sama aku 'kan?"

"Untuk apa aku malu? Kamu adalah kebanggaanku." Arini memeluk suaminya erat. Dia lalu mengucap syukur karena sudah di beri suami yang baik seperti Danu.

Danu lalu menarik tubuhnya dari Arini kemudian memperbaiki hijab istrinya. "Sayang, mulai sekarang aku ingin kamu mengambil sikap tegas atas apa yang sudah orang-orang lakukan padamu."

"Maksud Mas Danu apa?"

"Aku ingin kamu tidak lembek seperti ini. Aku ingin kamu tegas juga ke mereka. Ke Mama, Kak Mira dan keluargaku yang lain yang suka menghinamu. Bukan berarti aku menyuruh kamu untuk durhaka  sama mereka. Tetapi, aku ingin kamu mengubah mindset kamu kepada mereka. Jangan mudah di jatuhkan oleh mereka, sekali-kali kamu harus tegaa. Agat mereka tidak terus menerus menindas dan menjatuhkan psikismu," ucap Danu panjang lebar.

"Aku takut, kalau aku melawan mereka, nanti mereka malah nggak semakin suka sama aku."

"Biarkan saja, yang penting kamu nggak lemah. Di depan mereka kamu itu kuat, jadinya mereka akan berpikir jika ingin menjatuhkanmu kembali."

Arini terdiam, dia mulai memikirkan kata-kata Danu. Kata-kata ini pernah juga di katakan oleh Mba Asri teman kerja sekaligus teman curhat Arini di toko. Hanya saja saat itu Arini masih takut melakukannya sebab doa tidak ingin, kalau Mas Danu berbalik malah tidak menyukai dia  jika melukai hati mama dan kakaknya.

"Kamu mengertikan maksud aku sayang?" Arini mengangguk lalu tersenyum. Danu mencium kening istrinya. "Mas Danu beneran nggak mau ikut mereka liburan?"

"Sekali aku bilang tidak ya tidak. Mendingan kita liburan sendiri. Kamu mau?"

"Ya maulah," jawab Arini bersemangat.

"Nanti aku akan buat jadwal untuk kita jalan-jalan ya. Sekarang, ayo kita kerja. Jangan sedih lagi ya. Semangat istriku sayang," ucap Danu menyemangati Arini.

Mereka lalu keluar dari kamar, dan pergi ke tempat kerja.

***

Ting!

Satu pesan  masuk ke aplikasi hijau milik Arini. Dia membaca pesan dari suaminya. "Sayang, kamu pulang duluan ya. Aku ada jadwal operasi jam 4. Maaf ya, nggak bisa jemput." Arini lalu membalas chat suaminya. "Oke, selamat bekerja. Cepat pulang ya."

"Jemputan kamu belum datang Arini?" tanya Mba Asri yang muncul dari belakang dan bersiap untuk pulang.

"Nggak bisa jemput Mba, dia ada jadwal operasi."

"Oh begitu, jalan aja yuk! Nanti kita cerita-cerita nggak terasa sampai," ajak Mba Asri.

"Oke Mba."

Arini dan Asri lalu berpamitan pada Bos mereka kemudian mulai berjalan meninggalkan toko tempat mereka bekerja.

"Gimana acaranya kemaren Arini?"

"Acara apa Mba?"

"Acara keluarga besar suamimu."

"Oh itu, yah seperti yang sudah kuduga Mba. Lagi-lagi aku hanya mendapat hinaan dari mereka."

"Terus gimana reaksi Danu?"

"Ya alhamdulillah Mas Danu masih terus mensupportku Mba. Aku beruntung banget punya Mas Danu. Allah itu memang adil ya Mba, dia beri aku kesedihan kemudian dia berikan juga aku kebahagiaan."

"Alhamdulillah jika Danu mencintaimu tulus."

"Mas Danu ingin aku tegaa ke mereka Mba."

"Ya bagus itu, kamu sudah dapat dukungan dari suamimu. Lakukan saja! Biar kamu tidak terus-terusan diinjak sama mereka. Adakalanya kita harus bangkit Arini."

"Hmmm, iya Mba. Makasih ya. Aku sudah sampai. Aku duluan," ucap Arini ketika sudah berada di pintu pagar rumahnya.

"Iya, aku lanjut dulu ya."

Arini lalu masuk ke rumahnya sambil mengucapkan salam. "Duuhh, Nyonya sudah pulang," sapa Mira dengan raut wajah tidak senang. Arini tidak menggubris dia melengos hendak masuk ke kamarnya.

"Arini, tunggu!" teriak Bu Dita yang menahan langkah Arini. "Ada apa Ma?" tanya Arini ketika berbalik menghadap mertuanya.

"Duduk! Aku ingin bicara denganmu."

Arini pun duduk sesuai perintah sang mama mertua. "Aku ingin kamu bujuk Danu agar mau ikut liburan nanti."

"Aku lihat nanti Ma," jawab Arini.

"Kok lihat nanti?" tanya Mira tidak senang. "Ya Kak Mira 'kan tahu sendiri gimana Mas Danu? Sekali dia bilang tidak ya tidak. Aku juga nggak mau paksa."

"Kamu kok gitu jawabnya?" tanya Mira.

"Gitu gimana? Biasa aja." Arini lalu berdiri dari duduknya. "Aku belum selesai bicara Arini," bentak Bu Dita.

"Kalau Mama hanya ingin membicarakan itu. Maaf aku tidak bisa!" Mendengar Arini menjawab seperti itu, Mira berdiri dan hendak menampar Arini. Dengan cekatan Arini menangkap tangan Mira. 

"Jangan coba-coba tangan kotor Kak Mira ini mengotori wajahku." usai berkata Arini menghempaskan tangan Mira sambil terus menatap tajam wanita di depannya. Setelah itu dia lalu berjalan kembali ke kamar. 

"Ma, Arini kok sudah berani sama kita?" tanya Mira tidak percaya begitupun dengan Bu Dita dia diam melihat perubahan sikap Arini pada mereka.

Bab terkait

  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13
  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10

Bab terbaru

  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status