Share

Aku bukan istri biasa
Aku bukan istri biasa
Author: Mar Sha

Bab 1

Author: Mar Sha
last update Last Updated: 2023-01-05 19:56:38

"Danu kalian tidak lupakan? kalau besok itu acara keluarga di rumah Om Handoko," ucap Bu Dita saat mereka sedang sarapan pagi ini.

"Aku ingat Ma. Aku akan pergi, asalkan mereka tidak lagi menghina istriku seperti dulu." Danu berucap tegas kepada Bu Dita. Sebab dia tahu Arini tidak disukai oleh keluarga besarnya, bahkan mama dan kakaknya Mira.

Bu Dita menghela napas mendengar jawaban putranya.

"Lagian yang mereka bilang itu benar kok," sambung Mira.

"Aku sudah selesai sarapan, aku pergi dulu. Ayo sayang kita berangkat," ajak Danu pada istrinya.

"Tunggu!" seru Bu Dita.

"Ada apa Ma?" tanya Arini.

"Enak saja kamu main pergi, cuci piring dulu."

"Tapi Ma, aku sudah telat. Nanti aja ya Ma, tunggu aku pulang."

"Ma, di rumah ini ada Kak Mira. Suruh dia saja yang cuci. Jangan cuma enaknya doang," ucap Danu.

"Enak saja. Nggak sudi aku mengerjakannya," protes Mira.

"Kalau nggak mau ngerjainnya, tahu diri dong Kak," geram Danu.

"Kurang Ajar kamu Danu. Sebelum menikah dengan perempuan ini kamu nggak pernah kayak gini. Ini pasti pengaruh istri kamu."

"Aku begini karena aku muak melihat sikap Kak Mira yang sok berkuasa di rumah ini. Jadi, jangan menyalahkan istriku."

"Jangan asal bicara kamu ya Danu. Kamu itu nyari istri yang benar, nyari kok yang banyak kurang nya kayak Arini. Akhirnya apa? Kita juga kan yang malu, Arini di ketawain sana sini."

"Berarti mereka itu bodoh, yang harus diketawain itu Kak Mira. Punya suami tapi nggak pulang-pulang. Yakin Kak Mira satu-satunya?"

"Danu, Mira, cukup!" bentak Bu Dita. "Kalian berdua ini, apa nggak bisa akur? Hah?"

"Mas, sudah. Mas Danu berangkat duluan aja. Aku cuci piring dulu," ucap Arini.

"Tidak! Biarkan Kak Mira yang cuci. Ayo berangkat." Danu menarik tangan istrinya untuk segera berangkat kerja.

Begitulah Danu dan Kakaknya Mira tidak pernah akur. Itu terjadi semenjak Danu menikahi Arini. Gadis pilihannya yang tidak disukai oleh mama dan kakaknya. Danu tidak pernah tinggal diam ketika semua orang menghina istrinya. Bagi Danu siapapun yang menghina istrinya, akan berurusan dengannya.

"Mas, kamu kayak jangan tadi dengan Kak Mira. Aku jadi nggak enak Mas."

"Kak Mira itu memang sekali-kali harus di gituin Dek. Biar dia nggak ngelunjak selalu merendahkan kamu."

Arini hanya bisa menghela napasnya mendengar pembelaan dari Danu untuknya.

Meskipun sudah menikah, Arini tetap dibiarkan Danu untuk bekerja menjaga toko Pak Hatta. Tempat pertama kali mereka bertemu. Danu melakukan itu karena dia tidak ingin di rumah, Arini mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan dari keluarganya.

***

Keesokkan harinya, Arini dan Danu sudah bersiap untuk ke acara keluarga. "Mas, kenapa kita nggak bareng aja dengan Kak Mira dan Mama?"

"Aku malas dengar cicitannya mereka. Nanti belum apa-apa mood kamu udah rusak gara-gara mereka." Arini memandang wajah suaminya ketika mendengar alasan yang diutarakan.

'Terimakasih ya Mas, kamu begitu baik padaku,' bathin Arini.

"Mas."

"Ya, kenapa Sayang?" tanya Danu yang matanya tetap fokus menatap jalan. "Makasih ya, kamu sangat menjaga perasaan aku. Aku sangat beruntung punya suami kayak kamu."

"Aku yang beruntung punya istri kayak kamu. Kamu selalu menghargai keluargaku, meskipun mereka tidak pernah menghargaimu. Kamu tetap kuat bertahan bersamaku Dek." Mendengar itu, Arini menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.

Tidak berapa lama mereka pun sampai di rumah Om Handoko.

"Nanti kamu jangan jauh-jauh dengan aku ya Dek."

"Iya Mas." Keduanya pun turun dari mobil. Danu menggandeng tangan istrinya masuk ke rumah besar milik Om nya.

"Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang," sapa istri Om Handoko menyambut Danu dan Arini. Semua mata tertuju pada pasangan serasi itu.

"Masih berdua saja datangnya? Harusnya sudah pada bertiga atau berempat dong. Kayak Tika anak Om, sekarang sudah hamil, hahahah." Om Handoko tertawa kemudian diikuti oleh anggota keluarga yang lain.

"Hahaha, wajarlah Om. Tika kan sebelum hamil tes kesuburan dulu. Belum waktunya ditanam, malah sudah di tanam dulu. Untung si laki-laki mau ikut manen juga. Gitu aja kok bangga sih Om?"

Seketika tawa mereka terhenti mendengar ucapan Danu. Wajah Om Handoko dan Istrinya berubah merah menahan malu. Sedang Danu tertawa puas melihatnya.

"Mas, jangan gitu." Arini mencubit lengan suaminya. Dia lalu hendak menjabat tangan istri Om Handoko, tetapi wanita itu malah melengos pergi.

Salah satu anggota keluarga disitu lalu mulai mencairkan kembali suasana. "Danu, ajak istrimu makan. Mari cicipi makanannya Arini." Danu mengangguk dan tetap menggandeng tangan Arini menuju meja yang menyediakan makanan.

Saat Danu dan Arini menikmati beberapa kue yang tersaji, salah satu Tante Danu menghampiri keduanya.

"Arini, bisa minta tolong Tante di belakang Nak?"

"Ngapain Tante?" tanya Danu. "Membawa beberapa kue yang ada di dapur untuk di pindahkan di depan sini Danu. Bolehkan Tante minta tolong sama istrimu?"

"Aku ke belakang dulu ya Mas, nggak lama." Danu pun mengiyakan sebab dia tahu Tantenya masih baik pada Arini.

"Eh, pelayan sesungguhnya datang."

Arini terkejut ketika melihat istri Om Handoko dan anaknya Tika serta 2 anggota keluarga yang lain ada di dapur. "He, kamu itu jangan sok suci ya."

"Maksud Tante apa?"

"Pura-pura nggak tahu lagi. Kamu itu menggunakan peletkan untuk bisa menikah dengan Danu?"

"Astagfirullahaladzim, itu nggak benar Tante."

"Pantesan kamu itu belum punya anak, soalnya kena karma."

Arini tidak bisa berkata-kata lagi. Dia lalu berjalan keluar dari dapur dengan membawa beberapa piring kue. Saat sedang menata kue di meja, seorang tamu spesial datang dan disambut hangat oleh anggota keluarga yang lain.

"Ya ampuuunn Rindi, kapan datang dari Jogja Sayang?" tanya istri Om Handoko.

"Dua hari yang lalu Tante."

Arini sempat melihat sekilas ke arah gadis yang bernama Rindi. Satu kata yang ada dalam gambaran Arini, cantik. Dia lalu kembali ke belakang untuk mengambil minuman. Saat dia kembali ke depan dan mengatur minuman serta kue-kue itu di meja, entah sengaja atau tidak mereka berbicara dengan sedikit mengeraskan suara untuk membanding-bandingkan Arini dan Rindi. Termasuk Mama dan Kak Mira yang ikut menimpali.

"Tante Dita kalau aku lihat, Kak Rindi dan Kak Danu lebih pantas deh. Tapi sayang selera Kak Danu rendah, hahaha."

"Ya apa mau dikata? Nasi sudah menjadi bubur, entah gembel dari mana adikku ambil dan di jadikan istri," ucap Kak Mira menimpali.

"Sudah gitu, sampai sekarang aku belum di berikan cucu. Mungkin saja dia mandul tapi nggak mau ngaku," sambung Bu Dita.

"Memangnya Mba mau punya cucu dari wanita seperti itu? Nggak berpendidikan dan nggak ada apa-apanya dibanding Rindi."

"Kamu Juga sih Rin, kenapa sih waktu itu menolak dilamar sama Danu?" tanya Kak Mira. Namun, yang ditanya hanya tersenyum.

"Aku yakin, Danu itu masih mencintaimu Rin. Hanya saja pelet si Arini itu kuat. Lihat saja si Danu, dulunya kalau acara keluarga begini paling asyik, nggak pernah bicara pedas. Sekarang? Berubah 180 derajat. Apalagi kalau bukan kena guna-guna dari Arini."

Tante Diana, yang sedari tadi meminta bantuan Arini, memegang bahu istri Danu itu. "Jangan diambil hati ya. Bagi Tante, kamu yang lebih pantas jadi istrinya Danu. Cantik dan sholeha," bisik Tante Diana. Arini tersenyum pada Tante Diana, "Makasih ya Tante."

Tiba-tiba Danu datang, "Sayang, ayo pulang."

"Lho, tapikan acaranya belum selesai Mas."

"Nggak apa-apa, ayo pulang!"

"Pulanglah Arini, urusan di dapur juga sudah selesai."

"Aku pulang dulu ya Tante."

"Iya Sayang."

Tanpa pamit, Danu menggandeng istrinya pulang.

"Danu, kamu mau ke mana?" teriak sang Mama.

"Pulang."

"Acaranya belum selesai Danu," ucap Kak Mira.

"Acara apa yang belum selesai? Menghina istri aku? Kalian semua orang yang berpendidikan daripada istriku. Tapi lihat cara bicara kalian, tidak lebih dari orang yang tidak berpendidikan."

Usai berkata Danu memeluk bahu istrinya dan keluar dari rumah Om Handoko. "Benarkan apa yang aku bilang? Kalau Danu sepertinya di guna-guna sama Arini, buktinya dia berani menjawab Mbak Dita seperti itu." Istri Om Handoko mulai memanasi anggota keluarga yang lain terutama Mama Danu.

Rindi yang melihat Danu begitu membela istrinya, tiba-tiba merasa sakit. Dia menyesal kenapa dulu dia tidak mau menerima lamaran Danu? dan lebih memilih untuk melanjutkan kuliahnya. Dia berpikir kalau Danu sangat mencintainya, dan akan menunggunya. Namun, sosok Arini wanita sederhana mampu membuat Danu melupakannya. Sekarang di depannya Danu menunjukkan betapa dia sangat mencintai istrinya.

Sepanjang perjalanan, Danu hanya diam saja. "Dek, kamu dengarkan apa yang Mama dan lainnya bilang tadi?" tanya Danu yang tiba-tiba bersuara.

"Bilang apa Mas?"

"Kamu nggak usah pura-pura begitu Dek, aku yakin kamu dengar."

"Mas, aku nggak apa-apa. Aku masa bodoh mereka bilang apa tentang aku. Bagiku yang paling penting adalah kamu tetap selalu mencintaiku meskipun mereka tidak menyukaiku Mas. Aku tidak butuh di baikin sama mereka, yang penting di cintai sama kamu." Kata-kata Arini mampu meredam amarah Danu.

Menjelang malam, tepat pukul 11 malam Arini yang sedari tadi tidak bisa tidur. Dia terus mengingat hinaan dan tuduhan keluarga Danu tadi siang. Terlebih lagi satu fakta yang dia tahu ada mantan Mas Danu Yang hadir.

Arini beranjak dari tidurnya dengan perlahan. Dia masuk ke kamar mandi, menyalakan keran dan mulai menangis menumpahkan seluruh air matanya yang sedari tadi dia tahan-tahan. Dia berusaha menahan suara tangisnya agar tidak terdengar keluar.

"Ya Allah sakit rasanya. Beri aku kesabaran penuh untuk menghadapi ini semua Ya Allah," ucap Arini di sela-sela tangisnya.

Tok … tok … tok …

Arini mematung ketika mendengar suara ketukan pintu. Dia segera mencuci mukanya untuk menghapus sisa-sisa air matanya. "Mas Danu nggak boleh tahu aku menangis," ucap Arini.

Related chapters

  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

    Last Updated : 2023-01-09
  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

    Last Updated : 2023-01-09
  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

    Last Updated : 2023-01-13
  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

    Last Updated : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

    Last Updated : 2023-05-01
  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

    Last Updated : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

    Last Updated : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

    Last Updated : 2023-05-09

Latest chapter

  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status