Share

Bab 6

Penulis: Mar Sha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-01 17:44:51

“Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.

“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”

“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”

“Iya Bu, makasih ya Bu.”

“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” tanyanya.

“Itu tadi Rindi datang buat masalah.”

“Buat masalah gimana?”

“Dia belanja disini seolah-olah aku tidak melayaninya, terus dia lapor aku ke Bu Itha,” jawab Arini seraya memasukkan kembali laptopnya di dalam tasnya.

“Terus apa tanggapan Bu Itha? Kamu nggak di marahkan?”

“Alhamdulillah Bu Itha nggak termakan omongannya,” jawab Arini.

“Sykurlah kalau begitu. Majikan kita ini dua-duanya baik banget, makanya rasa berat kalau mau harus berhenti dari sini.”

“Iya Mba. Pak Hatta dan Bu Itha itu adalah orang-orang yang menggunakan ilmu dengan baik, tidak hanya sekedar mencari terus di pamer sana sini. Tetapi mereka buktikan dengan budi pekerti mereka.”

“Iya, kamu juga nanti kalau menang lomba dan berhasil kuliah lagi, jangan sombong kayak si Rindi itu. Kamu harus contoh majikan kita.”

“Iya Mba Insha Allah, doaian aku ya.”

“Aamiin, ya sudah ayo kerja lagi.” Usai berkata Mba Asri kembali ke rumah untuk mengerjakan pekerjaannya sebagai asisten rumah tangga di keluarga Pak Hatta.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, Arini pun hendak masuk ke rumah untuk makan siang gantian dengan karyawan toko yang lain. Tetapi baru saja dia hendak berdiri dari duduknya, Raka datang dan meletakkan beberapa belanjaan di meja kasir. 

Arini tersenyum lalu duduk kembali dan menghitung belanjaan Pak Raka. “semuanya Rp. 54.000 Pak,” ucap Arini seraya memasukkan belanjaan itu ke dalam kantong kresek. Raka memberikan uang Rp. 100.000 kepada Arini.

“Sepertinya Mba lagi ikut lomba karya Ilmiah di kampus Hati Luhur?” 

“Heheh, kok Mas nya tahu ya? Pak Hatta cerita?” Raka tersenyum lebar dengan memperlihatkan deretan giginya yang rapi. “Nebak aja, cluenya ‘kan udah ada di meja. Nih,” jawab Raka sambil menunjuk buku yang ada di meja kasir Arini. Kemudian juga menunjuk brosur lomba dari kampus, yang tergeletak di dekat buku-bukunya.

Arini tertawa membuat paras cantiknya semakin terlihat, “Hehehe, iya ya Mas. Aku lupa kalau Mas ini temannya Pak Hatta. Mas dosen juga?” tanya Arini sembari memberikan uang kembalian pada Raka.

“Iya, di kampus yang sama dengan Pak Hatta. Semoga menang ya,” ucap Raka mendoakan.

“Aamiin, makasih ya Mas.” Raka lalu pamit dan berjalan keluar dari toko menuju mobilnya. Di dalam mobil Raka tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Gila tuh cewe, nggak pakai make up aja cantiknya sudah bersinar. Gimana kalau dia ngikutin gaya trend perempuan zaman sekarang ya? Beruntung banget laki-laki yang jadi suaminya.” Raka bermonolog di dalam mobil, kemudian menyalakan mesin mobilnya dan berlalu meninggalkan rumah rekan dosennya.

 *************

Di rumah sakit, Danu terlihat sedang memeriksa pasiennya yang terakhir, seorang Ibu-ibu yang seumuran dengan Mamanya. Danu lalu mengarahkan pasiennya untuk bangun dari baringnya. Sementara dia berjalan ke westafel dan mencuci tangannya. Pasien itu turun dari tempat tidur dan melangkah duduk di kursi depan meja dokter Danu.

“Gimana Dok?” tanya pasiennya.

“Ibu harus banyak istirahat ya, makannya juga di jaga. Sebab kadar gula Ibu cukup tinggi.”

“Oh, iya dok.”

“Ibu juga pikirannya di jaga, jangan mikir yang berat-berat. Ibu kemari sendirian?”

“Iya Dok, anak saya hanya satu, saat ini dia lagi perjalanan untuk pulang ke rumah.”

“Oh begitu ya. Besok-besok kalau ingin berobat sebaiknya Ibu suruh antar anaknya atau keluarga yang lain. Buat jaga-jaga Ibu di jalan.”

“Iya dok.”

“Ini obatnya, diminum yang teratur InshaAllah Ibu segera sembuh.”

“Makasih Dokter,” ucap sang pasien kemudian beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruangan Dokter Danu.

Sepeninggalnya Dokter Danu, salah satu suster yang bertugas di ruangannya masuk. “Masih ada pasien lagi Sus?” tanya Danu pada suster yang sedang membereskan alat-alat yang digunakan oleh Danu saat memeriksa pasiennya.

“Sudah nggak ada Dok. Oh iya Dok, besok saya sudah nggak kerja di sini lagi. Surat pindah saya di rumah sakit Kabupaten sudah keluar.”

“Oh, kamu jadi pindah ke sana?”

“Iya Dok jadi. Besok ada suster baru yang akan menggantikan saya.”

“Suster baru? Kenapa bukan suster yang ada di rumah sakit ini saja?”

“Nggak tahu Dok. Kata Dokter Inggit, ada suster baru. Mungkin siang nanti Dokter akan di kenalkan dengan suster itu. Kata Dokter Inggit suster baru itu di suruh ke rumah sakit siang ini, untuk aku ajari apa-apa saja tugasnya sebelum besok dia masuk menggantikan aku.”

“Oh begitu ya. Berarti kamu ikut calon suami?”

“Hehehe, iya Dok.”

“Bagus, memang seharusnya seorang istri itu ikut suaminya.”

Tidak berapa lama, suster itu pun pamit. Danu lalu menelfon Arini, kebiasaan yang dia lakukan saat jam makan siang. Sebelum dia keluar dari ruangan untuk melakukan isoma (istirahat, sholat, makan).

“Assalamualaikum sayang, sudah makan?”

“Walaikumsalam Mas. Ini sementara makan. Mas sudah selesai praktek?”

“Sudah, sedikit lagi mau sholat terus makan. Gimana? Kamu udah pakai laptopnya?”

“Udah Mas, tapi ya lihat-lihat aja dulu. ‘kan lagi di tempat kerja nggak enak kalau dibuka saat kerja.”

“Oh iya kamu benar. Ya sudah kalau begitu pulang nanti aku jemput.”

“Oke Mas. Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam.”

Danu lalu menutup telfonnya kemudian, bergegas keluar dari ruangan menuju musholla rumah sakit untuk melaksanakan sholat Dzuhur. 

****************

Sehabis sholat Dzuhur dan makan siang, Danu kembali ke ruangannya. Baru saja dia duduk dan melihat ponselnya. Dokter Inggit masuk bersama seorang suster baru yang membuat mata Danu melebar tidak percaya dengan penglihatannya.

“Rindi?”

“Dokter Danu kenal dengan Suster Rindi?”

“Iya, Dokter.”

“Wah baguslah kalau begitu, jadi Dokter mendapatkan rekan kerja yang sudah di kenal sehingga saat bekerjasama nanti nggak canggung.”

“Maksud Dokter Inggit, Suster Rindi akan menggantikan Suster Vika?”

“Iya, Dokter Danu benar. Seharusnya siang ini Suster Vika yang mengajarkan Suster Rindi apa-apa saja nanti yang akan dilakukan saat dia bertugas di ruangan Dokter Danu. Hanya saja, Suster Vika berhalangan. Jadinya, saya berharap Dokter Danu bisa membimbing Suster Rindi melakukan tugasnya.”

“Kenapa tidak Suster senior saja yang menggantikan suster Vika? Kalau beginikan saya harus mengajarkannya lagi.”

“Iya sih, tapi suster senior disini sudah dengan tugasnya masing-masing mereka tidak bisa di pindahkan lagi.”

“Ck, ya sudah nggak apa-apa.” Dokter Inggit tersenyum kemudian dia pun pamit. “Suster Rindi, hari ini suster belajar aja dulu ya. Besok baru mulai kerja,” ucap Dokter Inggit sebelum dia keluar dari ruangan.

“Makasih Dokter.”

Kini di ruangan tersisa Rindi dan Danu. Suami Arini itu merasa canggung jika tiap hari bersama dengan Rindi nantinya saat praktek. Danu menggaruk dahinya yang tidak gatal kemudian mulai memakai maskernya.

Bab terkait

  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Aku bukan istri biasa   Bab 1

    "Danu kalian tidak lupakan? kalau besok itu acara keluarga di rumah Om Handoko," ucap Bu Dita saat mereka sedang sarapan pagi ini. "Aku ingat Ma. Aku akan pergi, asalkan mereka tidak lagi menghina istriku seperti dulu." Danu berucap tegas kepada Bu Dita. Sebab dia tahu Arini tidak disukai oleh keluarga besarnya, bahkan mama dan kakaknya Mira.Bu Dita menghela napas mendengar jawaban putranya."Lagian yang mereka bilang itu benar kok," sambung Mira."Aku sudah selesai sarapan, aku pergi dulu. Ayo sayang kita berangkat," ajak Danu pada istrinya."Tunggu!" seru Bu Dita. "Ada apa Ma?" tanya Arini."Enak saja kamu main pergi, cuci piring dulu.""Tapi Ma, aku sudah telat. Nanti aja ya Ma, tunggu aku pulang.""Ma, di rumah ini ada Kak Mira. Suruh dia saja yang cuci. Jangan cuma enaknya doang," ucap Danu."Enak saja. Nggak sudi aku mengerjakannya," protes Mira."Kalau nggak mau ngerjainnya, tahu diri dong Kak," geram Danu."Kurang Ajar kamu Danu. Sebelum menikah dengan perempuan ini kamu ng

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13

Bab terbaru

  • Aku bukan istri biasa   bab 10

    Arini berjalan sambil tersenyum pada semua anggota keluarga yang ada di meja makan. Mereka terkejut melihat Arini datang dengan keadaan yang baik-baik saja. Arini kemudian duduk kembali di kursinya. “Kamu belum makan Mas?”“Belum sayang, nungguin kamu dulu.”“Oh, hehehe.” Arini bersikap biasa, meski tidak bisa di pungkiri dia sangat bahagia berhasil menggagalkan rencana keluarga Mas Danu untuk mencelakainya.Flashback ONKetika hendak membuka pintu kamar, Arini tiba-tiba teringat sesuatu yang ingin dia katakan pada keluarga Mas Danu. Dia pun berbalik kembali berjalan ke ruang tamu. Tetapi di balik dinding perbatasan ruang tamu dan ruang keluarga, Arini mendengar rencana jahat mereka untuk mencelakainya.“Jadi saat makan malam nanti, kita berikan di minuman Arini obat untuk membuat dia sakit perut. Nah ketika dia sakit perut dan pamit ke belakang, kita arahkan dia untuk menggunakan kamar mandi yang ada di belakang. Saat dia ke belakang kita kunci pintu kamar mandinya, begitu dia teriak

  • Aku bukan istri biasa   bab 9

    "Kurangajar Arini semakin ngelunjak." Bu Handoko terlihat sangat emosi dengan apa yang di lakukan oleh Arini."Sudah, nggak usah di dengarkan apa yang dia katakan. Sekarang ini gimana jadi apa nggak ke puncak?" tanya Bu Dita."Ya jadilah. Kita berangkat hari ini. Kamu sudah beri tahu Doni? Kenapa dia belum pulang?" tanya Om Handoko."Mungkin sebentar lagi dia pulang. Mira kamu sudah siapkan perlengkapan anakmu?" tanya Bu Dita."Sudah Ma.""Suamimu memangnya nggak ikut lagi Mira?" tanya Tante Voni. Beliau adalah adik Bu Dita yang terakhir."Dia masih ada kerjaan Tante.""Suamimu itu kerja terus nggak pernah Tante lihat dia pulang ke rumah ini. Kamu nggak curiga apa sama dia?" tanya Bu Handoko ikut menimpali."Untuk apa di curigai Tante? Mas Andi nggak pernah macam-macam kok, dia selalu kerja. Tiap bulan dia selalu kirim uang nggak pernah telat.""Iya, Andi itu nggak pernah neko-neko. Dia itu sayang keluarga, makanya dia rela bekerja siang malam untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jadi, n

  • Aku bukan istri biasa   bab 8

    "Arini."Terdengar seseorang memanggil namanya, membuat langkahnya terhenti. Arini berbalik ke belakang, nampak Kak Mira berjalan mendekatinya. Arini mengerutkan dahinya merasa heran dengan senyum yang diberikan oleh Kakak iparnya itu."Ada apa Kak?" "Kamu mau ke mana?""Mau masuk.""Kenapa lewat belakang?""Di depan banyak orang. Ntar aku di hina lagi.""Nggak, mereka nggak akan menghina kamu. Ada aku, aku yang akan marahin mereka kalau kamu di hina," ucap Kak Mira lembut kemudian memegang tangan Arini. Istri Danu itu merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada Kakak iparnya."Kakak yakin mau belain aku? Nggak salah 'kan?""Nggak! Ayo," ajak Mira seraya menarik tangan Arini kembali. Arini pasrah saja dan mengikuti langkah kaki Kakak iparnya."Assalamualaikum," ucap Arini. Tiba-tiba suasana yang tadinya ramai berubah hening. Semua mata tertuju pada Arini yang baru saja datang."Arini, kamu baru pulang Nak?" tanya Ibu mertua Arini. Lagi-lagi sikap baik Bu Dita membuat Arini heran.

  • Aku bukan istri biasa   Bab 7

    "Mas, kenapa memakai masker?" tanya Rindi. Danu hanya melihat tanpa menjawabnya. Melihat itu Rindi menghela napas berat."Besok usahakan datang sebelum aku datang. Selanjutnya kamu duduk di depan untuk melayani pasien terlebih dahulu sebelum mereka masuk periksa. Paham?"Namun, Rindi tidak menjawab dia hanya menatap Danu sambil tersenyum membuat Danu sedikit kikuk."Tidak usah menatapku seperti itu, tidak banyak yang harus kamu pelajari cukup itu saja. Lagian kamu 'kan juga basicnya perawat tentunya sudah paham apa yang harus dilakukan di rumah sakit."Rindi berjalan mendekati Danu, "Mas, pulang dari rumah sakit kita nonton yuk." Rindi mencoba merayu Danu kembali, tetapi hal itu membuat Danu jengah dengan tingkahnya."Maaf, aku sudah janji nonton bersama istriku. Sebaiknya kamu cari teman yang lain saja. Oh iya, tolong kamu bersikap biasa saja. Tidak usah sok akrab seperti ini. Aku bisa meminta pada pihak rumah sakit untuk menggantikan kamu kapan saja aku mau," ancam Danu membuat Rind

  • Aku bukan istri biasa   Bab 6

    “Bu Itha,” seru Arini dan Rindi ketika melihat Bu Itha menahan tangan Rindi yang hendak menampar Arini. “Maaf ya Mba, jangan suka cari keributan di sini, kalau ada masalah silahkan selesaikan baik-baik di luar sana.” Lagi-lagi Bu Itha berucap bijaksana yang membuat Rindi sakit hati. Tanpa berkata-kata lagi, Rindi lalu meninggalkan toko Bu Itha.“Maaf ya Bu atas keributan ini. Sebenarnya tadi saya sudah melihat dia datang belanja Bu, hanya saja dia masih memilih belanjaannya. Saya lihat anak-anak yang lain juga sedang melayani dia. Jadinya saya lanjut ngetik. Dia juga nggak datang ke meja kasir Bu.”“Iya, nggak apa-apa Rini. Hanya saja kalau mau mengetik atau mengerjakan sesuatu sebaiknya saat jam istirahat ya. Jangan lakukan saat kamu lagi jaga atau kerja.”“Iya Bu, makasih ya Bu.”“Iya, sekarang kamu kerja lagi ya.” Arini mengangguk mendengar perintah dari majikannya. Sedang Bu Itha kembali masuk ke rumah. Tidak lama Mba Asri sahabat Arini di toko datang menghampiri. “Ada apa Rin?” t

  • Aku bukan istri biasa   bab 5

    Bu Dita dan Mira tersenyum licik ketika mendengar rencana Rindi. “Rencana kamu boleh juga. Semoga saja berhasil,” ucap Mira. “Makanya Kakak sebisa mungkin melakukannya dengan baik,” balas Rindi meyakinkan Mira untuk melakukan tugas itu dengan sebaik mungkin.“Tenang saja, semua akan dilakukan sesuai perintah.” Bu Dita mengacungkan jempol mendengar ucapan putri pertamanya. “Kalau begitu aku pulang dulu ya Tante,” pamit Rindi. Gadis itu kemudian beranjak dari duduknya kemudian menyalami tangan Bu Dita. “Salam sama orangtua kamu ya,” ucap Bu Dita. Rindi mengangguk menanggapi ucapan Mama Danu.Sepulangnya Rindi, Bu Dita dan Mira tersenyum senang, sebab mereka bisa membuat Arini gagal nantinya. “Berarti kita harus baikkin Arini nih Ma?” tanya Mira. “Iyalah, kita harus berpura-pura untuk mendukung dia, setelah itu booom kita akan membuat dia gagal dan menangis, hahahah.” Bu Dita dan Mira tertawa bahagia dengan rencana licik mereka bersama Rindi.*******Di toko Pak Hatta, Arini memperlihatk

  • Aku bukan istri biasa   Bab 4

    "Rindi?""Hai Mas Danu, apa kabar? Aku mau kasih kamu kue ini." Rindi memberikan sebuah box kue ke arah Danu. Tetapi, Danu tidak langsung menerimanya. Dia melihat ke arah Arini untuk meminta persetujuan.Arini yang paham dengan tatapan Danu, akhirnya mengangguk memberikan izin untuk mengambil kue itu."Terima kasih ya, tetapi aku hari ini juga lagi makan kue buatan istriku," ucap Danu berbohong. Mendengar itu Arini melototkan matanya pada Danu."Tapi, nanti kue buatanmu biar dimakan sama Mama dan Kak Mira." Danu lalu mengambil box kue dari tangan Rindi. Kemudian dia memberikannya pada Arini. "Ini simpan di dalam ya Dek, nanti beritahu Mama dan Kak Mira Kalau ada kue dari Rindi." Arini mengangguk kemudian dia masuk ke dalam untuk menyimpan kue itu.Terlihat wajah tidak senang dari Rindi. "Ayo masuk Rin," ucap Danu mempersilahkan Rindi untuk masuk. "Terima kasih Mas, tapi aku mau pulang dulu soalnya aku belum shalat," tolak Rindi."Oh, ya sudah. Terimakasih ya kuenya," ucap Danu berteri

  • Aku bukan istri biasa   Bab 3

    Arini bergegas masuk ke kamarnya setelah dia memberanikan diri untuk melawan mertua dan kakak iparnya. Ini adalah pertama kalinya Arini bertindak tegas kepada mereka. Kalau bukan karena dukungan suaminya, Arini tidak akan berani melakukannya.Di dalam kamar, Arini mencoba mengatur deru napasnya yang memburu. "Ya Allah, bantu aku agar mereka tidak terus-terusan menginjak dan menghinaku," pinta Arini. Arini kemudian lekas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Sebab saat di toko tadi dia belum melaksanakan sholat Ashar seperti biasanya.Selesai mandi, dia kemudian bersiap untuk sholat. 5 menit kemudian, Arini selesai melaksanakan sholat Asharnya. Baru saja dia hendak berbaring, terdengar suara ketukan pintu.Tok … tok … tokArini berjalan ke pintu dengan langkah malas. Lalu membuka pintu kamarnya. "Ngapain aja kamu di dalam? Noh, cucian kotor menumpuk!" omel kak Mira ketika Arini membuka pintu."Terus?" tanya Arini sambil melipat dada."Pake nanya lagi, ya

  • Aku bukan istri biasa   Bab 2

    "Arini! Kamu di dalam?" panggil Danu dari luar."Iya Mas, sebentar," jawab Arini kemudian bergegas membersihkan wajahnya. Lalu membuka pintu kamar mandi. Dia mencoba tersenyum agar suaminya tidak mengetahui."Kamu ngapain di dalam?" tanya Danu seraya menelisik wajah Arini."Aku … aku sakit perut. Ayo kita tidur lagi Mas." Arini menarik tangan suaminya untuk naik kembali ke tempat tidur."Dek, kamu nangis?" tanya Danu yang memeluk Arini dari belakang."Nangis kenapa? Kamu aneh. Ayo tidur Mas aku ngantuk banget." Danu tahu sebenarnya Arini menangis saat di kamar mandi. Namun, dia berpura-pura tidak tahu. Danu mencium pucuk kepala istrinya.'Kamu benar-benar wanita yang memiliki hati yang kuat. Kamu tidak pernah menunjukkan rasa sedihmu di depanku. Terimakasih Dek, aku janji akan selalu ada untuk kamu,' bathin Danu.****Pagi menjelang, Arini sudah mempersiapkan sarapan untik anggota keluarga. Saat semua sudah duduk di depan meja makan, Arini masih tetap di dapur. Danu yang tidak melihat

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status