Doni duduk dan mengamati gadis stoking jala hitam itu. "Kamu yang menawarkan bayaran tinggi untuk bisa punya anak? Siapa namamu?""Panggil saja aku Lisa.""Lisa, dari usia tulangmu, kamu seharusnya baru genap 18 tahun, nggak sama dengan keterangan di brosur!"Gadis itu termangu. "Bodoh sekali kamu, kampungan. Kamu benar-benar pikir ada hal seperti itu?""Masuk!" Lisa bertepuk tangan.Bam!Pintu kamar didobrak dari luar. Lalu, tiga pria kekar menyerbu ke dalam.Pria berambut pendek yang memimpin berteriak, "Beraninya kamu macam-macam dengan wanita bos? Kamu cari mati? Cepat berlutut! Suruh keluargamu bayar empat ratus juta. Kalau nggak, mereka hanya akan mendapat mayatmu!""Sudah kuduga, mana ada hal bagus datang dua kali berturut-turut? Ternyata ini penipuan." Doni menyeringai sinis. Lalu, Doni menendang.Pria berambut pendek tidak siaga sehingga jatuh di lantai.Doni meninjunya lagi. Pria berambut pendek tergeletak di lantai dan tidak bisa bergerak.Dua pria lain tersadarkan. Mereka b
Doni termenung dan menggaruk kepala. "Kakek Seno, ini ... ini terlalu terburu-buru, 'kan?"Seno tersenyum seraya menjawab, "Nggak buru-buru. Dua puluh tahun lalu, Kakek sudah sepakat dengan gurumu! Dengarkan Kakek saja!"Bernard yang duduk di samping tidak tahan lagi. Bernard menunjuk Doni sambil berseru, "Ayah! Kalau Ayah nikahkan Helen dengan ... orang desa ini, apa seperti apa pandangan kerabat-kerabat yang lain? Keluarga kita akan menjadi bahan tertawaan di Kota Timung!""Ya ...." Sherline bergegas menambahkan, "Selain itu, kurasa kepribadian orang ini juga bermasalah! Baru pertama kali datang, dia bahkan hanya membawa dua kaleng daun teh! Apa Keluarga Kusmoyo di matanya?"Doni menyela dengan tenang, "Bibi, ini teh hijau berkualitas tinggi.""Teh? Berkualitas?" tukas Sherline dengan sarkas."Bagaimana mungkin kampungan dari desa sepertimu bisa punya daun teh berkualitas semacam ini? Kalau kubilang, ini pasti daun teh liar yang kamu asal petik.""Cukup!" Teriakan marah Seno memotong
Sherline menatap daun teh yang mengapung di dalam basi dengan ekspresi kaget. "Master Terry, daun teh ini ... benaran teh hijau berkualitas? Tapi ... hambar sekali dan warnanya nggak gelap.""Tentu saja!" Hati Terry sangat perih. "Kamu ini menantu Keluarga Kusmoyo, kenapa malah nggak bisa bedakan teh hijau? Mana ada teh hijau berkualitas yang beraroma kuat? Itu bukan teh merah! Aduh! Sayang sekali! Teh hijau berkualitas tinggi, lho! Aku pun hanya pernah minum sekali!"Seno juga tampak canggung. "Ehem! Sherline, daun tehnya masih ada berapa banyak?""Masih ada setengah kaleng.""Setengah kaleng?" Seno ingat kaleng daun teh itu bisa memuat setengah kilogram. Jadi, dua kaleng sekitar satu kilogram. Alhasil, hanya tersisa setengah kaleng. Hati Seno sangat perih. "Cepat ambilkan! Seduh teh untuk Master Terry!""Baik, baik, aku ambilkan sekarang!" Sherline terburu-buru sehingga terhuyung dan nyaris menjatuhkan basi.Otot wajah Terry berkedut-kedut. "Hati-hati, itu telur rebus teh dari teh hi
Begitu pintu dibuka, ada aroma yang wangi. Doni masuk dan menarik napas dalam-dalam. Lalu, Doni berkata dalam hati, "Ternyata begini kamar cewek! Wangi sekali! Entah berapa kali lipat lebih baik dari rumah batuku di gunung!"Helen duduk di ranjang dengan wajah masam dan melirik Doni dengan cuek."Kakek suruh kamu tinggal di sini, tapi kamu jangan punya pikiran macam-macam!"Helen menunjuk selimut di lantai. "Kamu tidur di sana!""Nggak masalah!" Doni tersenyum sambil menggelar selimut di lantai, melepas sandal dan masuk ke dalam selimut. Timbul ekspresi menikmati di wajah Doni."Nyaman sekali! Selimut ini empuk!""Wangi! Dikasih parfum, ya?""Selimut empuk ini pasti dari bulu angsa!""Kampungan!" Helen memutar mata.Tidur memakai selimut bulu angsa di musim ini?Kampungan, biar kamu mati kepanasan!Helen mematikan lampu dengan jengkel. Tiba-tiba, Helen menegang.Mereka telah melewati malam yang vulgar itu, tetapi Helen kehilangan akal sehat pada saat itu sehingga tidak bisa mengontrol
Begitu Doni, Helen, dan Cherry memasuki Balai Anggar Astra, beberapa pria berjalan ke arah mereka.Pria tampan di depan adalah kakak sepupu Cherry, Reyhan Wongso."Hahaha, Cherry, akhirnya kamu datang. Aku sudah menunggumu dari tadi!"Cherry menggandeng Helen dan tersenyum saat memperkenalkan, "Helen, ini kakak sepupuku, Reyhan Wongso, sudah kuceritakan padamu! Lulusan unggul dari Universitas Berming! Kak Reyhan, ini teman baikku, Helen Kusmoyo, Dewi Es yang terkenal di Kota Timung! Aku benar, 'kan?"Reyhan terpukau. Lalu, Reyhan tersenyum pada Helen. "Halo, Nona Helen! Sudah lama aku mendengar tentangmu!"Helen mengangguk dengan cuek. "Halo, kamu terlalu sungkan."Kemudian, Reyhan menoleh pada Doni yang berada di belakang. "Ini ...."Cherry langsung menyela, "Aduh! Kak Reyhan lupa? Ini kampungan yang kuceritakan itu! Kampungan yang punya angan-angan tinggi!"Mendengar itu, beberapa pria di belakang Reyhan langsung mencibir.Reyhan melirik Doni dengan remeh. Setelah itu, Reyhan terseny
Doni berjalan ke sana dan berbisik pada Calvin, "Aku yakin kamu menderita tumor ganas!""Apa?" Wajah Calvin menjadi pucat. "Nggak mungkin, aku masih muda.""Kanker pada usia muda bisa terjadi di seluruh dunia." Doni berkata dengan berat hati, "Aku nggak bohong. Kebiasaan hidupmu sangat nggak sehat, jadi kamu termasuk dalam kelompok orang yang rentan terjangkit kanker. Kalau nggak percaya, kamu bisa periksa di rumah sakit."Saking panik, punggung Calvin dibasahi keringat. Seluruh pikiran Calvin penuh dengan kata "kanker". Itu merupakan penyakit terminal! Tanpa berpikir panjang, Calvin berucap pada Reyhan dan yang lain, "Aku pergi dulu, ada urusan lain." Lalu, Calvin berjalan ke luar tanpa menoleh ke belakang.Reyhan terbengong. Ketika Calvin sampai di depan pintu, Reyhan berseru, "Tuan Muda Calvin! Tuan Muda Calvin, kenapa kamu tiba-tiba pergi? Tunggu!"Namun, Calvin seolah-olah tidak mendengar Reyhan. Calvin berjalan ke luar dan segera hilang.Reyhan akhirnya bisa mengundang Calvin den
Mereka berkemas dan hendak meninggalkan balai anggar. Namun, mereka berpapasan dengan seorang tuan muda dengan gaya rambut belah tengah yang membawa sekelompok anak buah.Tuan muda itu melihat Helen dan langsung tertawa dengan sombong."Hahaha! Aku pikir siapa, ternyata Dewi Es yang terkenal di Kota Timung kita!""Helen! Kamu nggak pernah mau keluar bersamaku! Aku sangat nggak senang!""Kali ini, jangan harap kamu bisa kabur! Masalah kita nggak akan tuntas sebelum kamu melayaniku sampai aku puas!"Helen dan Cherry tampak marah ketika melihat orang itu.Kelvin Fernandez!Kelvin adalah pria keji yang terus mengganggu Helen belakangan ini. Dengan latar belakang keluarganya di dunia gangster, Kelvin bertindak semena-mena di Kota Timung! Akhir-akhir ini, Kelvin bahkan berbicara secara umum bahwa dia akan meniduri Helen."Kelvin!" Cherry berteriak dengan marah, "Ternyata kamu si bajingan ini!""Cih! Kamu gatal, ya?" Kelvin tertawa dan berkata, "Biar saudara-saudaraku bantu garuk nanti!""Ter
Kelvin menghela napas lega. Lalu, Kelvin memprotes pada pria yang datang, "Pandu, kenapa kamu nggak datang lebih awal? Kamu sengaja mau lihat aku dipermalukan di tempatmu, ya? Awas aku laporkan kamu!"Bam!Mendengar nama Pandu, Cherry ketakutan hingga menjadi lemas dan bersandar ke Helen. Cherry pucat dan berkeringat dingin."Cherry, kamu kenapa?""Mampus ...." Cherry gemetar. "Pandu Handoko adalah jagoan di dunia gangster. Katanya sudah bunuh banyak orang. Klien perusahaan keluargaku pernah bermasalah dengan Pandu, lalu hilang kontak. Sampai sekarang juga nggak tahu masih hidup atau sudah mati.""Apa?" Helen pun panik. Helen mengeluarkan ponsel dan ingin melapor polisi, tetapi sama sekali tidak ada sinyal.Pandu tertawa terbahak-bahak. "Simpan ponselmu, sinyal sudah diblokir! Beraninya kamu membuat onar di tempatku? Besar sekali nyalimu!""Cukup! Jangan sok-sokan di depan cewek!" Doni menatap Pandu. "Akhirnya mau keluar, nggak bikin aku tunggu terlalu lama."Pandu termangu. "Kamu tung