Ekspresi Meisy menjadi dingin. "Berapa kerugianmu?""Dua puluh miliar!""Cih!" Meisy berteriak dengan marah, "Tempat jelek begitu senilai dua puluh miliar? Paling banyak dua miliar saja!""Tanpa tempat itu, aku kehilangan bisnis yang menghasilkan profit. Dua puluh miliar bahkan sudah sedikit!" Jack tersenyum dingin. "Kalau kamu bayar dua puluh miliar, aku akan biarkan kamu pergi! Kalau nggak, Nona Meisy bisa tinggal di sini beberapa hari! Aku akan suruh teman-temanku melayanimu dengan baik!"Detik berikutnya, belasan pria kekar memasuki ruangan dan memblokir pintu."Jack, beraninya kamu!" teriak Melisa dengan marah. "Kalau kamu berani macam-macam dengan Meisy, nggak akan kuampuni kamu!"Jack tersenyum. "Melisa, aku juga membantumu menuntut kembali kerugian keluargamu. Kamu nggak tahu, 'kan? Keluargamu punya 30% saham di tempat Tommy."Melisa menganga karena kaget. Sesaat kemudian, Melisa tersadarkan dan berteriak, "Memangnya kenapa? Kuperingatkan kamu! Kalau kamu berani sentuh Meisy, n
Melintas sebuah kilat di mata Jack. "Kenapa? Memangnya kamu masih mau menonton?"Doni mengangkat alisnya. "Bagaimana kalau aku pergi?""Boleh ...." Jack menyeringai sinis. "Bayar dua puluh miliar dulu, baru boleh pergi!""Kenapa?""Karena aku nggak suka kamu!" Ekspresi Jack menjadi dingin. "Kamu sudah membuatku kehilangan muka, kamu pikir aku akan mengampunimu begitu saja?"Doni berlagak baru paham, lalu memasang ekspresi murung. "Kamu sendiri yang kena tipu! Nggak masalah kalau kamu beli vas khusus microwave seharga miliaran, kamu bisa simpan sendiri! Kenapa kamu kasih orang lain? Kalau nggak, kamu juga nggak akan kehilangan muka!""Diam!" Jack menepuk meja. "Kuberi tahu saja! Kamu bisa pergi hari ini, tapi harus tinggalkan slip utang dua puluh miliar seperti Meisy!""Kamu sudah gila?" Doni berseru dengan marah, "Aku nggak mau!""Kalau begitu, main mahyong saja kamu! Kalau kamu nggak punya uang, aku bisa pinjamkan!"Doni tersenyum getir. "Aku jarang main, juga lambat. Kamu pasti marah
Tiga orang yang lain juga melempar dadu untuk menentukan urutan bandar.Jack melempar dadu. Sembilan titik.Tulus tersenyum. Hasil lemparan dadunya adalah sebelas. Lalu, dadu digilir ke tangan Doni.Doni memegang dadu seraya tersenyum dan berkata, "Aku nggak usah saja, nggak mungkin bisa dapat dua belas."Tulus melambaikan tangan dan berujar sambil tersenyum, "Nggak boleh, nggak boleh. Harus ikuti aturan main! Ayo lempar dadu!""Kalau begitu ... baiklah .... Aku nggak begitu beruntung biasanya."Doni asal melempar dadu.Klap!Dua belas titik!Doni langsung tersenyum. "Eh? Beruntung juga aku hari ini! Aku jadi bandar."Meisy mengembuskan napas lega. Orang yang andal bisa menghasilkan uang dengan menjadi bandar, tetapi kamu hanya akan kalah uang banyak!Jack menyeringai sinis. "Memang beruntung. Ayo ambil ubin!"Begitu Doni mengambil ubin, Melisa enggan melihat lagi. Tidak hanya lambat, Doni juga ragu-ragu saat menyusun ubin, bahkan digeser terus-menerus. Orang yang berpengalaman bisa me
Doni menatap mereka bertiga dengan heran. "Kalian kenapa? Aku nggak menang? Aku nggak salah lihat!"Jack nyaris tertawa karena melihat ekspresi Doni."Doni, kamu kurang satu ubin saja sudah jadi set straight.""Kamu malah langsung dorong, sia-sia punya rangkaian ubin sebagus ini!"Doni mengernyit. "Set straight? Lalu, bagaimana dengan set ubinku ini? Apa namanya?""Ini namanya set terkecil! Paling kecil skornya." Tulus tersenyum mengejek. "Tapi lebih baik daripada kalah uang. Katanya set terkecil adalah set menang yang paling beruntung. Hahaha!"Jack dan Tulus menjadi lega. Mereka benar-benar khawatir Doni adalah jagoan yang berpura-pura payah. Akan tetapi, dilihat dari hasil ronde ini, Doni memang adalah seorang pemula. Doni hanya kebetulan memperoleh set tujuh di ronde sebelumnya."Nggak boleh buru-buru. Kalau begini, keberuntunganmu akan habis!" imbau Jack. Di saat yang sama, Jack mengambil ubin yang seharusnya Jack ambil di putaran setelahnya. "Biar aku lihat apa ubinmu yang beriku
Namun, nilai peluang itu hanya berlaku pada orang awam. Bagi orang seperti Doni, dia bisa memperolehnya kapan saja."Set permulaan, berikan semua koin kalian!" Doni menggerakkan jarinya. "Tuan Muda Jack, Tulus, semua koin kalian jadi milikku."Melihat wajah Doni yang berseri-seri, Jack akhirnya sadar dia telah ditipu. Doni sama sekali bukan pemula, melainkan jagoan, jagoan yang sangat hebat!Jack menggertakkan gigi saat berkata, "Doni! Kamu pura-pura payah untuk menipuku, ya?""Aku nggak menipumu!" Doni tersenyum seraya berujar, "Aku jarang main mahyong, ini terlalu mudah, nggak seru.""Kamu ...." Jack menepuk meja dengan keras. "Kamu main curang!""Kamu yang pilih tempat ini, kamu juga yang menyediakan set mahyong. Bagaimana aku main curang? Ini namanya keterampilan, oke?"Sambil berkata, Doni dengan santai membalikkan empat ubin mahyong.Mata Jack dan Tulus membelalak.Empat-empatnya adalah ubin angin utara!Dengan kata lain, Doni tahu betul di mana letak semua ubin mahyong.Metode m
Mendengar perintah Jack, dua puluhan pria kekar berlari menuju Doni sambil mengayun tongkat baja."Jack, hentikan! Kalau kamu melukai Doni, kubunuh kamu!" Melisa berjuang keras untuk melawan, ingin membebaskan diri dari cengkeram dua wanita kasar itu. Bajunya bahkan hampir copot, Melisa tetap tidak bisa maju walau selangkah saja.Meisy mengangkat kursi dan melangkah ke samping Doni. "Cepat kamu pergi! Aku tahan di sini! Paling-paling buka baju biar mereka foto!""Jangan panik. Kamu mundur ke belakang." Doni menarik Meisy ke belakangnya, lalu maju untuk melawan anak buah Jack.Melihat tongkat baja hendak menghantam kepala Doni, Melisa langsung berteriak, "Doni, awas!""Jangan takut! Nggak masalah!" Doni tersenyum dan menghindar. Setelah mengelakkan tongkat baja, Doni berlari menuju pasukan anak buah Jack.Bam!Bam!...Setelah serangkaian suara pukulan, belasan pria kekar tergeletak di sudut ruangan sambil mengerang kesakitan. Tidak ada yang bisa bangkit."Wah! Jago!""Kak Doni hebat!"
"Masuk! Pintu nggak dikunci!"Tulus terbengong setelah membuka pintu dan masuk.Selain Leonel Chandra, ada seorang pria lagi di kantor. Pria itu mirip Leonel, tetapi umurnya lebih besar."Ini kakakku," ucap Leonel.Tulus buru-buru memberi hormat. "Kakak!""Hmm!" Michael Chandra hanya mengangguk.Tulus mengecut karena wibawa pria itu yang kuat! Dia tahu Leonel memiliki koneksi yang luas dan kuat, ternyata karena kakaknya. Pria itu jelas memiliki jabatan yang tinggi!"Katakan saja, Jack kenapa?""Huh ...." Tulus melirik Michael sekilas dan tampak dilema.Leonel mengernyit. "Cepat katakan! Kakakku bukan orang luar!""Begini masalahnya. Tuan Muda Jack ajak main mahyong, tapi ada yang main curang," ujar Tulus dengan waswas. "Bocah itu lumayan hebat. Semua anak buah Tuan Muda Jack dikalahkan olehnya. Anak buah Pak Leonel semuanya jagoan. Jadi, Tuan Muda Jack ingin pinjam anak buah Pak Leonel untuk habisi bocah itu."Leonel mengernyit. "Siapa nama bocah itu? Apa latar belakangnya?""Namanya D
Leonel tersenyum. "Seven, sudah dengar, 'kan? Laksanakan perintah Tuan Muda Jack.""Siap!" Seven menyeringai dan melambaikan tangan. "Dimas, Selvin, bawa dua wanita itu ke sebelah untuk ambil foto. Sisanya, temani aku lihat tarian!"Doni menarik Meisy dan Melisa ke belakangnya, lalu berhadapan dengan Seven. "Sebaiknya kamu dan majikanmu jangan ikut campur. Kalau nggak, kalian juga akan terbaring seperti mereka."Seven tersenyum bengis. "Jangan congkak karena menguasai sedikit keterampilan saja. Kamu belum pernah lihat seni bela diri sejati!"Doni memicingkan matanya. "Kenapa? Kamu bisa memperlihatkannya padaku?"Saat empat mata bertemu, ekspresi mata Seven berangsur-angsur menjadi tegas.Tatapan mata Seven yang ganas bahkan tidak sanggup dihadapi oleh pemimpin dunia persilatan pada umumnya, tetapi itu tidak berkhasiat terhadap Doni. Saat bertatapan dengan Doni, Seven merasa seperti sedang menerawang jurang tak berdasar dan akan tenggelam. Perasaan itu membuatnya merinding.Bocah ini ag