Doni menatap mereka bertiga dengan heran. "Kalian kenapa? Aku nggak menang? Aku nggak salah lihat!"Jack nyaris tertawa karena melihat ekspresi Doni."Doni, kamu kurang satu ubin saja sudah jadi set straight.""Kamu malah langsung dorong, sia-sia punya rangkaian ubin sebagus ini!"Doni mengernyit. "Set straight? Lalu, bagaimana dengan set ubinku ini? Apa namanya?""Ini namanya set terkecil! Paling kecil skornya." Tulus tersenyum mengejek. "Tapi lebih baik daripada kalah uang. Katanya set terkecil adalah set menang yang paling beruntung. Hahaha!"Jack dan Tulus menjadi lega. Mereka benar-benar khawatir Doni adalah jagoan yang berpura-pura payah. Akan tetapi, dilihat dari hasil ronde ini, Doni memang adalah seorang pemula. Doni hanya kebetulan memperoleh set tujuh di ronde sebelumnya."Nggak boleh buru-buru. Kalau begini, keberuntunganmu akan habis!" imbau Jack. Di saat yang sama, Jack mengambil ubin yang seharusnya Jack ambil di putaran setelahnya. "Biar aku lihat apa ubinmu yang beriku
Namun, nilai peluang itu hanya berlaku pada orang awam. Bagi orang seperti Doni, dia bisa memperolehnya kapan saja."Set permulaan, berikan semua koin kalian!" Doni menggerakkan jarinya. "Tuan Muda Jack, Tulus, semua koin kalian jadi milikku."Melihat wajah Doni yang berseri-seri, Jack akhirnya sadar dia telah ditipu. Doni sama sekali bukan pemula, melainkan jagoan, jagoan yang sangat hebat!Jack menggertakkan gigi saat berkata, "Doni! Kamu pura-pura payah untuk menipuku, ya?""Aku nggak menipumu!" Doni tersenyum seraya berujar, "Aku jarang main mahyong, ini terlalu mudah, nggak seru.""Kamu ...." Jack menepuk meja dengan keras. "Kamu main curang!""Kamu yang pilih tempat ini, kamu juga yang menyediakan set mahyong. Bagaimana aku main curang? Ini namanya keterampilan, oke?"Sambil berkata, Doni dengan santai membalikkan empat ubin mahyong.Mata Jack dan Tulus membelalak.Empat-empatnya adalah ubin angin utara!Dengan kata lain, Doni tahu betul di mana letak semua ubin mahyong.Metode m
Mendengar perintah Jack, dua puluhan pria kekar berlari menuju Doni sambil mengayun tongkat baja."Jack, hentikan! Kalau kamu melukai Doni, kubunuh kamu!" Melisa berjuang keras untuk melawan, ingin membebaskan diri dari cengkeram dua wanita kasar itu. Bajunya bahkan hampir copot, Melisa tetap tidak bisa maju walau selangkah saja.Meisy mengangkat kursi dan melangkah ke samping Doni. "Cepat kamu pergi! Aku tahan di sini! Paling-paling buka baju biar mereka foto!""Jangan panik. Kamu mundur ke belakang." Doni menarik Meisy ke belakangnya, lalu maju untuk melawan anak buah Jack.Melihat tongkat baja hendak menghantam kepala Doni, Melisa langsung berteriak, "Doni, awas!""Jangan takut! Nggak masalah!" Doni tersenyum dan menghindar. Setelah mengelakkan tongkat baja, Doni berlari menuju pasukan anak buah Jack.Bam!Bam!...Setelah serangkaian suara pukulan, belasan pria kekar tergeletak di sudut ruangan sambil mengerang kesakitan. Tidak ada yang bisa bangkit."Wah! Jago!""Kak Doni hebat!"
"Masuk! Pintu nggak dikunci!"Tulus terbengong setelah membuka pintu dan masuk.Selain Leonel Chandra, ada seorang pria lagi di kantor. Pria itu mirip Leonel, tetapi umurnya lebih besar."Ini kakakku," ucap Leonel.Tulus buru-buru memberi hormat. "Kakak!""Hmm!" Michael Chandra hanya mengangguk.Tulus mengecut karena wibawa pria itu yang kuat! Dia tahu Leonel memiliki koneksi yang luas dan kuat, ternyata karena kakaknya. Pria itu jelas memiliki jabatan yang tinggi!"Katakan saja, Jack kenapa?""Huh ...." Tulus melirik Michael sekilas dan tampak dilema.Leonel mengernyit. "Cepat katakan! Kakakku bukan orang luar!""Begini masalahnya. Tuan Muda Jack ajak main mahyong, tapi ada yang main curang," ujar Tulus dengan waswas. "Bocah itu lumayan hebat. Semua anak buah Tuan Muda Jack dikalahkan olehnya. Anak buah Pak Leonel semuanya jagoan. Jadi, Tuan Muda Jack ingin pinjam anak buah Pak Leonel untuk habisi bocah itu."Leonel mengernyit. "Siapa nama bocah itu? Apa latar belakangnya?""Namanya D
Leonel tersenyum. "Seven, sudah dengar, 'kan? Laksanakan perintah Tuan Muda Jack.""Siap!" Seven menyeringai dan melambaikan tangan. "Dimas, Selvin, bawa dua wanita itu ke sebelah untuk ambil foto. Sisanya, temani aku lihat tarian!"Doni menarik Meisy dan Melisa ke belakangnya, lalu berhadapan dengan Seven. "Sebaiknya kamu dan majikanmu jangan ikut campur. Kalau nggak, kalian juga akan terbaring seperti mereka."Seven tersenyum bengis. "Jangan congkak karena menguasai sedikit keterampilan saja. Kamu belum pernah lihat seni bela diri sejati!"Doni memicingkan matanya. "Kenapa? Kamu bisa memperlihatkannya padaku?"Saat empat mata bertemu, ekspresi mata Seven berangsur-angsur menjadi tegas.Tatapan mata Seven yang ganas bahkan tidak sanggup dihadapi oleh pemimpin dunia persilatan pada umumnya, tetapi itu tidak berkhasiat terhadap Doni. Saat bertatapan dengan Doni, Seven merasa seperti sedang menerawang jurang tak berdasar dan akan tenggelam. Perasaan itu membuatnya merinding.Bocah ini ag
Melisa dan Meisy terbengong. Klub milik Leonel terbuka untuk umum dan Leonel menjalin hubungan yang baik dengan semua keluarga, tetapi semua orang tahu Leonel paling dekat dengan Keluarga Samosir dibanding keluarga lain di Kota Timung.Namun, Leonel tidak memihak kepada Jack hari ini.Melisa dan Meisy mengira keluarga satu sama lain diam-diam sudah menjalin hubungan yang erat dengan Leonel.Akan tetapi, Doni menatap seorang pria di belakang Leonel dengan penuh minat. Leonel menghentikan Seven setelah pria itu berbisik padanya.Melihat Doni menoleh ke arahnya, pria itu tersenyum sopan pada Doni.Doni juga tersenyum sebagai balasan. Dia pun paham.Itu Michael Chandra! Michael adalah kakaknya Leonel, sekretaris utama Petrus.Michael tidak pernah melakukan pendekatan dengan Doni, tetapi sebagai orang kepercayaan atasan, Michael harus mengenal nama dan tampang kerabat atasannya. Hari ini, dia baru saja menghadiri acara pengguntingan pita untuk usaha baru Harris untuk Doni.Oleh karena itu,
Setelah Jack pergi, Leonel langsung menandatangani cek senilai empat puluh miliar untuk Doni. Klub tersebut sering menerima bisnis "mahyong" antar pengusaha. Bos akan mentransfer uang ke rekening klub, lalu klub akan menyediakan koin sebagai buktinya. Koin-koin tersebut tampak umum, tetapi di dalamnya ada mikrocip dengan kode digital sehingga tidak dapat dipalsukan.Uang jaminan yang dibayar oleh Jack dan Tulus saat menukarkan koin juga diberikan kepada Doni.Namun, menurut Doni, sayang sekali tidak dapat melihat Jack menari. Leonel dan Michael ikut campur dengan terlalu cepat. Akan tetapi, mereka juga berbaik hati. Jadi, masalah itu dianggap lewat untuk sementara waktu.Setelah Doni pergi bersama Melisa dan Meisy, Leonel kembali ke kantor dan menyeka keringat. "Hampir saja aku melakukan kesalahan besar. Doni nggak akan menyimpan dendam, 'kan?"Michael tersenyum. "Harusnya nggak. Aku sudah telepon beliau dan laporkan kejadian barusan. Beliau sangat puas.""Baguslah kalau begitu. Nggak
"Nggak akan aku kasih tahu!" Melisa berpikir sejenak. "Mardi sepertinya sedang menyusun rencana besar, misterius setiap hari. Ada utusan lagi dari Kota Siron. Kelihatannya mereka cukup hebat, kamu harus lebih berhati-hati.""Baik, aku tahu." Doni tersenyum seraya berkata, "Ayahmu pasti marah kalau tahu kamu diam-diam memberiku informasi.""Cih! Aku nggak takut!" seru Melisa. "Aku sangat nggak suka Mardi. Aku mau lihat dia menderita!""Oh, ya, Kak Doni." Meisy menyela, "Kamu mau tahu kabar di Kota Siron nggak, tentang Keluarga Winta? Keluargaku punya banyak kenalan di Kota Siron, bisa bantu kamu tanya.""Hmm ... oke! Tolong, ya.""Jangan bilang begini, kamu sudah memberiku bantuan besar hari ini!" Meisy tersenyum saat berkata, "Sudah malam sekarang, aku traktir kamu makan saja lain hari! Kalau kamu ke Kota Siron, kamu harus main ke klub keluargaku. Bebas pilih acara saja dan wanita mana saja!"Melisa memutar mata. "Uhuk, uhuk! Meisy, kuperingatkan kamu, jangan menodai Kak Doni!"Meisy t