Intan bersyukur pada Andi. Intan tersenyum saat bergurau, "Kalau tuan-tuan sekalian begitu menyukai lukisan Kak Andi, kalian pasti akan diam-diam memarahiku kalau aku tidak mau jual.""Tidak berani, tidak berani." Kepala Departemen Militer, Daniel Limanta, tersenyum. Lalu, Daniel berseru dengan lantang, "Kami tidak akan memarahi Jenderal Intan kalau Jenderal tidak mau jual. Siapa yang berani memarahi Jenderal, aku marahi dia langsung."Bercanda? Bagaimana bisa jenderal muda yang begitu unggul dimarahi? Orang yang memarahi Intan berarti memusuhi Departemen Militer.Di luar, keluarga dari para pejabat saling memandang setelah mendengar ucapan Daniel.Mereka tahu bahwa Intan telah mencetak prestasi perang. Akan tetapi, Intan adalah seorang wanita. Berapa banyak pria yang benar-benar menghormati Intan?Ucapan Daniel terdengar seperti gurauan, tetapi ekspresinya serius.Nyonya-nyonya yang telah mencemooh Intan bersama Putri Agung mulai menyesal. Jika omongan mereka tersebar luas dan menying
Terhadap Intan yang mendapat sorot perhatian hari ini, walau merasa iri, para nyonya tahu bahwa Andi membela Intan dengan kepopulerannya.Dengan kasih sayang Andi terhadap Intan, terlepas dari yang lain, para pejabat akan menjunjung tinggi Intan.Apalagi para pecinta lukisan seperti Wisnu. Jika mereka ingin mendapatkan lukisan karya Andi lagi, mereka harus sering berinteraksi dengan Intan.Sikap dari Kaisar, Rahman, dan Daniel pun sudah jelas hari ini. Mereka sangat mengapresiasi Intan. Itu bukan hanya karena Tuan Andi.Tidak dapat dipungkiri bahwa Intan yang dulunya dihina sebagai wanita buangan telah menjadi populer di ibu kota.Setelah semua orang membeli lukisan, Erik dibawa keluar untuk memberi salam pada Kaisar dan yang lain.Intan secara khusus membiarkan Erik tampil di depan publik sebagai calon kepala Keluarga Bangawan Belima.Erik yang mungil berdiri tegak, mengingatkan orang-orang pada putra-putra Keluarga Belima yang dulu.Kemudian, Intan menuntun Nyonya Kartika dan nyonya-
Setelah pameran lukisan berakhir, Kaisar dan para pejabat pergi dengan girang.Para nyonya juga berpamitan. Melalui hari ini, kedudukan Keluarga Adipati Belima di ibu kota tidak akan tergoyahkan. Kaisar pun datang secara pribadi. Dapat dilihat betapa Keluarga Adipati Belima dihormati.Sebelum pergi, timbul rasa enggan di dalam hati Nyonya Tina. Intan menyuruh pelayan memberikan lukisan kepada Nyonya Kartika, tetapi tidak memberikan lukisan kepada bibinya sendiri.Orang yang membeli lukisan tadi adalah Kaisar dan para pejabat. Raja Linuta tidak datang. Sebagai perempuan, tidak baik jika Nyonya Tina masuk dan berebutan lukisan dengan para pria.Walau demikian, Intan seharusnya memberikan lukisan dalam rangka memperbaiki hubungan mereka.Namun, Intan tidak mengungkit apa-apa sampai ketika Nyonya Tina hendak pergi. Intan hanya memberi salam dan berkata, "Bibi, hati-hati di jalan."Nyonya Tina tersenyum canggung. "Ya, tidak perlu antar ke luar."Nyonya Tina menuruni anak tangga bersama Nyon
Nyonya Tina terdiam. Sesaat kemudian, Nyonya Tina menyebut-nyebut Nyonya Yeni untuk membela diri. "Nyonya Yeni adalah bibi sepupu Intan dan menjodohkannya saat itu. Kenapa Nyonya Yeni tidak pulang? Jadi, bukan Ibu yang tidak berperasaan. Semua orang begitu."Putri Arnesa mengembuskan napas. "Ibu bukannya tidak tahu bagaimana kondisi Bibi Yeni. Bibi Yeni sakit, walau mau ke sini pun tidak bisa. Bibi Yeni juga tidak punya kuasa di Kediaman Raja Emino. Nyonya Selir yang mengurus rumah tangga. Bibi Yeni hampir seperti tahanan."Nyonya Tina mengembuskan napas. "Sudahlah, Ibu tidak akan berinteraksi lagi dengan kakak sepupumu itu, biar kamu saja. Tidak masalah juga kalau putus hubungan. Intan akan menjadi Nyonya Raja Aldiso. Walau sama-sama menjadi istri raja, Ibu dan Intan tidak sama. Ayahmu tidak punya prestasi dan penakut. Sekarang Raja Aldiso sudah tidak memegang kekuasaan militer, tetapi masih memimpin Pasukan Baja dan Kejaksaan Agung. Raja Aldiso punya jabatan aktual."Putri Arnesa tid
Intan mengantar Arnesa ke depan pintu dan menasihati, "Jangan selalu merugikan diri sendiri untuk menyenangkan mereka. Belum tentu mereka akan menghargaimu."Arnesa termenung sejenak. Lalu, Arnesa menggelengkan kepala dan berkata dengan teguh, "Kak Intan, bukan begitu. Hati manusia bukan batu. Aku pasti bisa meluluhkan hati mereka."Kemudian, Arnesa naik ke kereta kuda dengan bantuan pelayannya.Melihat ekspresi Arnesa barusan, entah mengapa, Intan tiba-tiba merasa dingin dan memiliki firasat buruk.Begitu masuk ke dalam, Intan tetap merasa dingin. Jadi, Intan meminta Mutiara mengambilkan penghangat tangan.Dayang Ita bertanya, "Nona tidak enak badan?""Tidak, hanya tiba-tiba merasa dingin," jawab Intan.Intan memakai mantel bulu dan perapian di kamar utama sudah dinyalakan. Mengapa Intan merasa dingin?Dayang Ita meraba dahi Intan. Benar saja, sangat dingin. Dayang Ita memanggil Tabib Ahmar dari kamar Erik untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Intan.Intan menolak, tetapi Dayang It
Sekembalinya ke Toko Obat Pinsi, Tabib Ahmar melapor pada Tabib Riel bahwa Intan bertanya tentang Nyonya Yeni."Kamu tidak asal jawab, 'kan?" tanya Tabib Riel dengan tegas sambil melirik Ahmar.Ahmar menjawab, "Aku tidak berani asal jawab. Aku hanya bilang Nyonya Yeni sudah pindah ke Biara Cemara untuk pemulihan."Tabib Riel mengembuskan napas. "Hal ini harus kita rahasiakan dulu sampai pernikahan Intan selesai. Kalau Intan tahu sekarang, Intan pasti akan pergi ke sana."Ahmar berujar, "Aku juga berpikir begitu. Intan akan menikah dalam waktu dekat. Kemarin, Tuan Andi mengadakan pameran lukisan dan mendatangkan Kaisar. Kelak, tidak ada orang yang akan menggosipi Intan lagi di ibu kota. Kalau Intan berurusan dengan Kediaman Raja Emino sekarang, masalahnya tidak akan tuntas.""Ya, Intan sudah digosipi dan dicemburui karena pernah cerai dan akan menikah dengan raja. Pameran lukisan kemarin menghentikan para wanita untuk bergosip. Kalau pernikahan bisa berlangsung dengan lancar dan mendapa
Salju sudah turun selama dua hari, bukan terus-menerus, tetapi secara berskala. Seluruh taman ditimbun oleh salju, tetapi itu tidak menghambat jalan karena sudah dibersihkan oleh pelayan.Bunga plum yang bermekaran juga diselimuti salju yang tebal. Begitu ditendang, salju dan kelopak bunga jatuh secara bersamaan.Melihat kelopak bunga merah yang bertebaran di atas lahan salju, Intan mengajak Erik untuk membuat boneka salju.Erik dengan penuh semangat mencari dua batu untuk dijadikan sebagai mata boneka salju. Tampak jelek sekaligus lucu.Intan memakaikan mantel dan topi pada boneka salju. Saat dilihat dari jauh, benar-benar seperti orang hidup.Tak jauh dari sana, Andi sudah melukis di papan lukis selama beberapa waktu. Entah sudah berapa lama Andi tidak melihat seniornya yang begitu ceria. Lukisan tersebut harus dibawa pulang ke sekte.Pada tanggal 20 Desember, pernikahan sudah dekat sehingga Intan makin sibuk.Gaun pengantin sudah diantar ke rumah. Gaun yang dikerjakan dalam waktu be
Pernikahan sudah tinggal empat hari lagi, tetapi guru dan senior belum datang. Intan sangat cemas.Intan pergi menanyai Andi. "Apa Guru ada mengirim surat menggunakan merpati? Kapan mereka sampai?"Andi sedang mengukir sesuatu menggunakan pisau. Mendengar pertanyaan itu, Andi baru ingat. "Oh, Kakak lupa kalau tidak kamu tanya. Guru sudah kirim surat menggunakan merpati dan bilang mereka tidak jadi datang ke acara pernikahanmu. Kalau kamu sudah sempat nanti, kamu bisa mengunjungi mereka di Gunung Pir bersama Alfred.""Tidak jadi datang?" Intan sangat kecewa. "Kenapa? Mereka sebelumnya bilang bisa datang, 'kan?"Andi tersenyum seraya menjawab, "Kamu tahu, Guru tidak suka ke mana-mana dalam beberapa tahun belakangan ini. Kalau bisa baring, Guru tidak akan duduk, apalagi berdiri. Guru lebih malas lagi di musim dingin. Guru tidak jadi datang. Kalian bisa mengunjungi Guru nanti.""Kalau Guru tidak jadi datang, bagaimana dengan senior-senior yang lain? Mereka bisa datang."Andi berucap, "Kare