Nyonya Tina terdiam. Sesaat kemudian, Nyonya Tina menyebut-nyebut Nyonya Yeni untuk membela diri. "Nyonya Yeni adalah bibi sepupu Intan dan menjodohkannya saat itu. Kenapa Nyonya Yeni tidak pulang? Jadi, bukan Ibu yang tidak berperasaan. Semua orang begitu."Putri Arnesa mengembuskan napas. "Ibu bukannya tidak tahu bagaimana kondisi Bibi Yeni. Bibi Yeni sakit, walau mau ke sini pun tidak bisa. Bibi Yeni juga tidak punya kuasa di Kediaman Raja Emino. Nyonya Selir yang mengurus rumah tangga. Bibi Yeni hampir seperti tahanan."Nyonya Tina mengembuskan napas. "Sudahlah, Ibu tidak akan berinteraksi lagi dengan kakak sepupumu itu, biar kamu saja. Tidak masalah juga kalau putus hubungan. Intan akan menjadi Nyonya Raja Aldiso. Walau sama-sama menjadi istri raja, Ibu dan Intan tidak sama. Ayahmu tidak punya prestasi dan penakut. Sekarang Raja Aldiso sudah tidak memegang kekuasaan militer, tetapi masih memimpin Pasukan Baja dan Kejaksaan Agung. Raja Aldiso punya jabatan aktual."Putri Arnesa tid
Intan mengantar Arnesa ke depan pintu dan menasihati, "Jangan selalu merugikan diri sendiri untuk menyenangkan mereka. Belum tentu mereka akan menghargaimu."Arnesa termenung sejenak. Lalu, Arnesa menggelengkan kepala dan berkata dengan teguh, "Kak Intan, bukan begitu. Hati manusia bukan batu. Aku pasti bisa meluluhkan hati mereka."Kemudian, Arnesa naik ke kereta kuda dengan bantuan pelayannya.Melihat ekspresi Arnesa barusan, entah mengapa, Intan tiba-tiba merasa dingin dan memiliki firasat buruk.Begitu masuk ke dalam, Intan tetap merasa dingin. Jadi, Intan meminta Mutiara mengambilkan penghangat tangan.Dayang Ita bertanya, "Nona tidak enak badan?""Tidak, hanya tiba-tiba merasa dingin," jawab Intan.Intan memakai mantel bulu dan perapian di kamar utama sudah dinyalakan. Mengapa Intan merasa dingin?Dayang Ita meraba dahi Intan. Benar saja, sangat dingin. Dayang Ita memanggil Tabib Ahmar dari kamar Erik untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Intan.Intan menolak, tetapi Dayang It
Sekembalinya ke Toko Obat Pinsi, Tabib Ahmar melapor pada Tabib Riel bahwa Intan bertanya tentang Nyonya Yeni."Kamu tidak asal jawab, 'kan?" tanya Tabib Riel dengan tegas sambil melirik Ahmar.Ahmar menjawab, "Aku tidak berani asal jawab. Aku hanya bilang Nyonya Yeni sudah pindah ke Biara Cemara untuk pemulihan."Tabib Riel mengembuskan napas. "Hal ini harus kita rahasiakan dulu sampai pernikahan Intan selesai. Kalau Intan tahu sekarang, Intan pasti akan pergi ke sana."Ahmar berujar, "Aku juga berpikir begitu. Intan akan menikah dalam waktu dekat. Kemarin, Tuan Andi mengadakan pameran lukisan dan mendatangkan Kaisar. Kelak, tidak ada orang yang akan menggosipi Intan lagi di ibu kota. Kalau Intan berurusan dengan Kediaman Raja Emino sekarang, masalahnya tidak akan tuntas.""Ya, Intan sudah digosipi dan dicemburui karena pernah cerai dan akan menikah dengan raja. Pameran lukisan kemarin menghentikan para wanita untuk bergosip. Kalau pernikahan bisa berlangsung dengan lancar dan mendapa
Salju sudah turun selama dua hari, bukan terus-menerus, tetapi secara berskala. Seluruh taman ditimbun oleh salju, tetapi itu tidak menghambat jalan karena sudah dibersihkan oleh pelayan.Bunga plum yang bermekaran juga diselimuti salju yang tebal. Begitu ditendang, salju dan kelopak bunga jatuh secara bersamaan.Melihat kelopak bunga merah yang bertebaran di atas lahan salju, Intan mengajak Erik untuk membuat boneka salju.Erik dengan penuh semangat mencari dua batu untuk dijadikan sebagai mata boneka salju. Tampak jelek sekaligus lucu.Intan memakaikan mantel dan topi pada boneka salju. Saat dilihat dari jauh, benar-benar seperti orang hidup.Tak jauh dari sana, Andi sudah melukis di papan lukis selama beberapa waktu. Entah sudah berapa lama Andi tidak melihat seniornya yang begitu ceria. Lukisan tersebut harus dibawa pulang ke sekte.Pada tanggal 20 Desember, pernikahan sudah dekat sehingga Intan makin sibuk.Gaun pengantin sudah diantar ke rumah. Gaun yang dikerjakan dalam waktu be
Pernikahan sudah tinggal empat hari lagi, tetapi guru dan senior belum datang. Intan sangat cemas.Intan pergi menanyai Andi. "Apa Guru ada mengirim surat menggunakan merpati? Kapan mereka sampai?"Andi sedang mengukir sesuatu menggunakan pisau. Mendengar pertanyaan itu, Andi baru ingat. "Oh, Kakak lupa kalau tidak kamu tanya. Guru sudah kirim surat menggunakan merpati dan bilang mereka tidak jadi datang ke acara pernikahanmu. Kalau kamu sudah sempat nanti, kamu bisa mengunjungi mereka di Gunung Pir bersama Alfred.""Tidak jadi datang?" Intan sangat kecewa. "Kenapa? Mereka sebelumnya bilang bisa datang, 'kan?"Andi tersenyum seraya menjawab, "Kamu tahu, Guru tidak suka ke mana-mana dalam beberapa tahun belakangan ini. Kalau bisa baring, Guru tidak akan duduk, apalagi berdiri. Guru lebih malas lagi di musim dingin. Guru tidak jadi datang. Kalian bisa mengunjungi Guru nanti.""Kalau Guru tidak jadi datang, bagaimana dengan senior-senior yang lain? Mereka bisa datang."Andi berucap, "Kare
Pada tanggal 22 Desember, Andi benar-benar pergi.Intan mengantar Andi ke depan pintu dan menarik mansetnya. Angin dingin bertiup kencang dan langit mendung, tampaknya akan turun salju lagi.Aduh, Kak Andi pun pergi. Semoga jangan turun salju di hari pernikahan agar tandu bisa sampai di tujuan dengan lancar. Intan tidak mengharapkan yang lain.Andi tersenyum seraya berkata, "Aku sudah pesan aksesori untukmu di Toko Emas. Kamu bisa suruh orang pergi ambil, sudah dibayar. Slip pembayarannya ada di Paman Toni.""Nanti aku akan minta Paman Toni ke sana." Intan sangat sedih ketika melihat pengurus kuda menggiring kuda Andi ke luar. "Benaran harus seburu-buru ini? Tidak bisa tunggu dua hari lagi?""Tidak bisa, ini urusan mendesak." Andi membelai kepala Intan. "Kita akan segera bertemu kembali .... Bukannya kamu akan pulang ke Gunung Pir?""Ya!" Intan hanya bisa berpesan, "Hati-hati di jalan.""Baik. Antar sampai di sini saja, cepat masuk." Andi mengambil cambuk dan langsung menunggangi kuda.
Alasan mengapa Intan tidak menceritakan semuanya di hari itu adalah karena Amanda tampaknya menyukai Rudi.Jika Intan secara langsung mengatakan Rudi juga menginginkan harta bawaannya, itu hanya akan membuat Amanda jengkel dan curiga. Amanda akan berpikir bahwa Intan memfitnah Rudi."Tapi anakku yang bodoh itu langsung setuju ketika Nyonya Clara datang untuk bertanya. Kami sama sekali tidak bisa menolak pernikahan ini. Nona harusnya tahu apa alasannya."Intan mengangguk. "Kurang lebih tahu."Petrus telah mengambil alih Pasukan Aldiso. Jadi, Kaisar ingin Rudi menikahi nona dari Keluarga Widyasono supaya Petrus bisa membina Rudi.Jika Keluarga Bangsawan Widyasono tidak setuju, pemimpin Pasukan Aldiso akan diganti. Keluarga Bangsawan Widyasono sudah mulai memasuki fase kemunduran. Bagaimana mungkin mereka melewatkan kesempatan baik itu?"Nona tidak mengatakan keburukan Rudi hari itu, jadi Amanda berpikir kamu tidak menjelek-jelekkan Rudi. Amanda tidak membencimu karena itu."Ucapan itu ag
Setelah keluar dari kedai teh, Intan benar-benar jengkel.Bodoh sekali Amanda sampai memercayai omongan Shayna!Intan tahu betul mengapa Shayna memfitnahnya. Intan sudah mendengar apa yang telah terjadi di perjamuan Nyonya Kartika hari itu.Shayna menyukai Alfred dan ingin menjadi nyonya selir Alfred.Setelah Shayna mengatakan hal itu pada Amanda, jika Amanda datang ke rumah dan membuat onar, jika terdengar oleh Alfred dan Alfred percaya, Alfred pasti akan cuek dan jengkel pada Intan.Setidaknya, Intan yakin Shayna berpikir seperti itu.Amanda bersifat lugas atau sembrono secara kasanya. Amanda mudah terpengaruh dan dihasut.Kelihatannya tidak mudah jika Keluarga Wijaya ingin mencari seseorang yang benar-benar bisa memimpin.Selain itu, dengan sifat Amanda dan Linda, dapat diperkirakan akan seperti apa konflik mereka di kemudian hari.Pada hari itu, Intan memilih untuk menemui Amanda dan memberitahukan sebagian besar kebenaran karena tidak ingin menciptakan rasa permusuhan atau kesalah
Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men
Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi
Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw
Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b
Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata
Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai
Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga
Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa
Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu