Share

Bab 302

Penulis: Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-17 18:00:00
Ucapan Nyonya Falensia menumbuhkan sedikit rasa bersalah di hati Nyonya Kartika yang penuh kesombongan.

Nyonya Kartika sengaja tidak mengundang Intan hari ini untuk menundukkan Intan. Tak disangka, Intan sama sekali tidak keberatan, bahkan memberikan lukisan karya seniornya kepada Nyonya Kartika.

Intan tidak hanya bijak, tetapi juga murah hati dan lapang dada.

Jika dibandingkan, Nyonya Kartika sungguh kikir.

Saat melihat keirian di mata selir-selir mantan kaisar, timbul sedikit kesan baik di hati Nyonya Kaisar terhadap Intan. Hanya sedikit saja.

Putri Agung dan Putri Chelsea pergi melihat sekilas. Lukisan itu sungguh menakjubkan. Akan tetapi, mereka menjelek-jelekkan lukisan itu karena itu bukan milik mereka.

Sudah berkali-kali Putri Agung berhenti berpura-pura anggun dan tidak mengindahkan statusnya. Putri Agung menyindir, "Keterampilan Andi adalah melukis bunga plum. Kalau Intan benar-benar tulus, harusnya dia memberikan lukisan bunga plum, bukan lukisan gunung salju."

Orang lain mun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 303

    Putri Agung tidak bisa membantah. Setelah marah selama sesaat, Putri Agung beranjak dari kursi dan menyeringai sinis. "Kamu tidak tahu apa-apa tentang lukisan, jangan mengambil kesempatan untuk beromong kosong. Sepertinya aku tidak punya persamaan topik dengan Nyonya Falensia. Aku pamit saja."Setelah itu, Putri Agung memelototi Nyonya Kartika. Nyonya Kartika termangu. Ada apa dengan wanita tua itu? Nyonya Falensia yang membuat Putri Agung marah, tetapi mengapa Putri Agung memelototinya?Namun, Nyonya Kartika sudah terlalu sering dirundung oleh Putri Agung dan ada kerja sama bisnis dengan Putri Agung sehingga Nyonya Kartika tidak ingin berurusan dengan Putri Agung. Nyonya Kartika bertanya, "Putri Agung tidak mau lihat-lihat lagi?"Putri Agung menghampiri Nyonya Kartika dan membisikkan ancaman di telinganya, "Tentu aku mau lihat. Setelah semua orang selesai lihat, antarkan ke kediamanku. Harus antar hari ini juga."Kemudian, Putri Agung langsung pergi bersama Putri Chelsea.Shayna berge

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 304

    Di aula utama, ada Kaisar, Perdana Menteri, dan para pejabat. Alfred sedang mengobrol bersama seorang pria tampan yang mengenakan pakaian biru.Begitu melihat Nyonya Kartika, semua orang beranjak dari kursi dan memberi salam, termasuk Kaisar.Nyonya Kartika langsung bergembira. Nyonya Kartika sering dipuji dan dihormati oleh nyonya-nyonya yang lain, tetapi jarang bisa berinteraksi dengan pejabat pemerintah. Sekarang ketika para pejabat memberi salam padanya, ego Nyonya Kartika terpenuhi.Nyonya Kartika bahkan melupakan apa yang dia pikirkan di kereta kuda tadi. Setelah semua orang memberi salam, Nyonya Kartika duduk di kursi utama.Wah! Nyonya Kartika telah memperoleh kemakmuran dan kemuliaan selama seumur hidup, tetapi belum pernah dihormati oleh pejabat pemerintah dan Tuan Andi sang tokoh legendaris seperti yang terjadi hari ini.Gawat! Kesan baiknya terhadap Intan bertambah lagi.Setelah pelayan menyajikan teh, Andi menghampiri Intan dan berbisik, "Sanjungan adalah cara terbaik untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 305

    Intan bersyukur pada Andi. Intan tersenyum saat bergurau, "Kalau tuan-tuan sekalian begitu menyukai lukisan Kak Andi, kalian pasti akan diam-diam memarahiku kalau aku tidak mau jual.""Tidak berani, tidak berani." Kepala Departemen Militer, Daniel Limanta, tersenyum. Lalu, Daniel berseru dengan lantang, "Kami tidak akan memarahi Jenderal Intan kalau Jenderal tidak mau jual. Siapa yang berani memarahi Jenderal, aku marahi dia langsung."Bercanda? Bagaimana bisa jenderal muda yang begitu unggul dimarahi? Orang yang memarahi Intan berarti memusuhi Departemen Militer.Di luar, keluarga dari para pejabat saling memandang setelah mendengar ucapan Daniel.Mereka tahu bahwa Intan telah mencetak prestasi perang. Akan tetapi, Intan adalah seorang wanita. Berapa banyak pria yang benar-benar menghormati Intan?Ucapan Daniel terdengar seperti gurauan, tetapi ekspresinya serius.Nyonya-nyonya yang telah mencemooh Intan bersama Putri Agung mulai menyesal. Jika omongan mereka tersebar luas dan menying

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 306

    Terhadap Intan yang mendapat sorot perhatian hari ini, walau merasa iri, para nyonya tahu bahwa Andi membela Intan dengan kepopulerannya.Dengan kasih sayang Andi terhadap Intan, terlepas dari yang lain, para pejabat akan menjunjung tinggi Intan.Apalagi para pecinta lukisan seperti Wisnu. Jika mereka ingin mendapatkan lukisan karya Andi lagi, mereka harus sering berinteraksi dengan Intan.Sikap dari Kaisar, Rahman, dan Daniel pun sudah jelas hari ini. Mereka sangat mengapresiasi Intan. Itu bukan hanya karena Tuan Andi.Tidak dapat dipungkiri bahwa Intan yang dulunya dihina sebagai wanita buangan telah menjadi populer di ibu kota.Setelah semua orang membeli lukisan, Erik dibawa keluar untuk memberi salam pada Kaisar dan yang lain.Intan secara khusus membiarkan Erik tampil di depan publik sebagai calon kepala Keluarga Bangawan Belima.Erik yang mungil berdiri tegak, mengingatkan orang-orang pada putra-putra Keluarga Belima yang dulu.Kemudian, Intan menuntun Nyonya Kartika dan nyonya-

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 307

    Setelah pameran lukisan berakhir, Kaisar dan para pejabat pergi dengan girang.Para nyonya juga berpamitan. Melalui hari ini, kedudukan Keluarga Adipati Belima di ibu kota tidak akan tergoyahkan. Kaisar pun datang secara pribadi. Dapat dilihat betapa Keluarga Adipati Belima dihormati.Sebelum pergi, timbul rasa enggan di dalam hati Nyonya Tina. Intan menyuruh pelayan memberikan lukisan kepada Nyonya Kartika, tetapi tidak memberikan lukisan kepada bibinya sendiri.Orang yang membeli lukisan tadi adalah Kaisar dan para pejabat. Raja Linuta tidak datang. Sebagai perempuan, tidak baik jika Nyonya Tina masuk dan berebutan lukisan dengan para pria.Walau demikian, Intan seharusnya memberikan lukisan dalam rangka memperbaiki hubungan mereka.Namun, Intan tidak mengungkit apa-apa sampai ketika Nyonya Tina hendak pergi. Intan hanya memberi salam dan berkata, "Bibi, hati-hati di jalan."Nyonya Tina tersenyum canggung. "Ya, tidak perlu antar ke luar."Nyonya Tina menuruni anak tangga bersama Nyon

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 308

    Nyonya Tina terdiam. Sesaat kemudian, Nyonya Tina menyebut-nyebut Nyonya Yeni untuk membela diri. "Nyonya Yeni adalah bibi sepupu Intan dan menjodohkannya saat itu. Kenapa Nyonya Yeni tidak pulang? Jadi, bukan Ibu yang tidak berperasaan. Semua orang begitu."Putri Arnesa mengembuskan napas. "Ibu bukannya tidak tahu bagaimana kondisi Bibi Yeni. Bibi Yeni sakit, walau mau ke sini pun tidak bisa. Bibi Yeni juga tidak punya kuasa di Kediaman Raja Emino. Nyonya Selir yang mengurus rumah tangga. Bibi Yeni hampir seperti tahanan."Nyonya Tina mengembuskan napas. "Sudahlah, Ibu tidak akan berinteraksi lagi dengan kakak sepupumu itu, biar kamu saja. Tidak masalah juga kalau putus hubungan. Intan akan menjadi Nyonya Raja Aldiso. Walau sama-sama menjadi istri raja, Ibu dan Intan tidak sama. Ayahmu tidak punya prestasi dan penakut. Sekarang Raja Aldiso sudah tidak memegang kekuasaan militer, tetapi masih memimpin Pasukan Baja dan Kejaksaan Agung. Raja Aldiso punya jabatan aktual."Putri Arnesa tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-18
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 309

    Intan mengantar Arnesa ke depan pintu dan menasihati, "Jangan selalu merugikan diri sendiri untuk menyenangkan mereka. Belum tentu mereka akan menghargaimu."Arnesa termenung sejenak. Lalu, Arnesa menggelengkan kepala dan berkata dengan teguh, "Kak Intan, bukan begitu. Hati manusia bukan batu. Aku pasti bisa meluluhkan hati mereka."Kemudian, Arnesa naik ke kereta kuda dengan bantuan pelayannya.Melihat ekspresi Arnesa barusan, entah mengapa, Intan tiba-tiba merasa dingin dan memiliki firasat buruk.Begitu masuk ke dalam, Intan tetap merasa dingin. Jadi, Intan meminta Mutiara mengambilkan penghangat tangan.Dayang Ita bertanya, "Nona tidak enak badan?""Tidak, hanya tiba-tiba merasa dingin," jawab Intan.Intan memakai mantel bulu dan perapian di kamar utama sudah dinyalakan. Mengapa Intan merasa dingin?Dayang Ita meraba dahi Intan. Benar saja, sangat dingin. Dayang Ita memanggil Tabib Ahmar dari kamar Erik untuk melakukan pemeriksaan palpasi pada Intan.Intan menolak, tetapi Dayang It

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 310

    Sekembalinya ke Toko Obat Pinsi, Tabib Ahmar melapor pada Tabib Riel bahwa Intan bertanya tentang Nyonya Yeni."Kamu tidak asal jawab, 'kan?" tanya Tabib Riel dengan tegas sambil melirik Ahmar.Ahmar menjawab, "Aku tidak berani asal jawab. Aku hanya bilang Nyonya Yeni sudah pindah ke Biara Cemara untuk pemulihan."Tabib Riel mengembuskan napas. "Hal ini harus kita rahasiakan dulu sampai pernikahan Intan selesai. Kalau Intan tahu sekarang, Intan pasti akan pergi ke sana."Ahmar berujar, "Aku juga berpikir begitu. Intan akan menikah dalam waktu dekat. Kemarin, Tuan Andi mengadakan pameran lukisan dan mendatangkan Kaisar. Kelak, tidak ada orang yang akan menggosipi Intan lagi di ibu kota. Kalau Intan berurusan dengan Kediaman Raja Emino sekarang, masalahnya tidak akan tuntas.""Ya, Intan sudah digosipi dan dicemburui karena pernah cerai dan akan menikah dengan raja. Pameran lukisan kemarin menghentikan para wanita untuk bergosip. Kalau pernikahan bisa berlangsung dengan lancar dan mendapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-19

Bab terbaru

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status