Home / Fantasi / Aku Dan Tuan Duke / 2. Mantan Istri

Share

2. Mantan Istri

Author: cyllachan
last update Last Updated: 2024-03-16 10:56:33

Aku tak menyangka ... hanya melihat pria itu bisa membuat tanganku gemetar sampai sekarang.

Igor, kepala pelayan sudah mempersilahkanku untuk duduk menunggu di ruang tamu yang super mewah ini. Mereka telah menyajikan teh hangat dan camilan. Aku belum makan dari pagi, perutku melilit nyeri, seharusnya siang ini aku sudah lapar. Tapi yang kurasakan adalah mual. Aku ingin muntah. Mulutku kering dan semakin kering. Aku tak menyentuh apapun di meja itu.

Sungguh ... aku ingin mengeluarkan semua asam lambungku sekarang juga. Tapi aku tidak bisa melakukannya di kediaman seorang Duke.

Padahal, tadinya aku sudah cuek saja untuk datang kemari. Tapi ... kuharap aku belum terlambat untuk menarik kata-kataku. Aku ingin pulang. Seharusnya aku tidak datang kemari!

Pintu ruangan terbuka.

Lord Korzakov masuk dengan langkah kaki yang sunyi. Ia telah membersihkan dirinya dan kini memakai jas beludru yang mahal dengan bordiran emas.

Wajahnya masih sama. Terlihat dingin, getir dan muak, dengan tatapan mata yang congkak penuh dengan kekesalan.

Keheningan di ruangan ini mencekikku. Aku mengerjap berkali-kali agar mataku mau menelan lagi air mata yang nyaris tumpah.

Ia telah duduk di hadapanku.

Kami berdua saling memandang. Ia menyelidik.

Ada perasaan aneh dalam benakku. Dengan penampilannya seperti sekarang ini, kuyakin aku pernah melihatnya di suatu tempat.

"Levitski," panggilnya dengan suara yang dalam.

Aku tersentak. "Y-Your Grace ... saya ... benar-benar minta maaf ... baru bisa memenuhi undangan Anda hari ini."

"Kepada siapa saja kau mengirim penawaran itu?"

"O-Oh itu ...," aku menelan ludah dengan gugup. "Saya mengirimnya ke semua bangsawan yang saya tahu, my lord."

Aku tak mampu lagi memandangnya. Kini aku hanya bisa tertunduk dengan malu.

"Semuanya? Apa ada yang menjawab penawaranmu?"

Perlahan ... aku hanya bisa menggeleng. "Hanya Tuan saja," kataku lirih.

"Igor!" panggilnya.

Pria itu yang sedari tadi berdiri di ruangan membungkuk. Ia menyerahkan beberapa dokumen yang telah disiapkan. Tidak asing bagiku, karena itu semua aku yang berikan.

Lord Korzakov mencondongkan tubuhnya sambil memandangi perkamen di tangan. Wajah galaknya begitu serius.

Jantungku berdegup kencang. Entah sudah berapa lama aku menanti hari ini.

'Tuhan ... kumohon. Buatlah hari ini baik untukku!' batinku berdoa.

Lord Korzakov membalik lima perkamen bergantian, lalu melempar santai benda itu hingga berserak di meja. Kemudian ganti menatapku.

Aku mengernyit. Apa maksudnya ini?

"Aku sudah baca semua. Aku juga sudah mencari tahu semua tentangmu, Anya Levitski."

Nafasku nyaris tercekat. Aku pun bergeming. Tatapan lekatnya seperti mengunci seluruh tubuhku. Rasanya sesak. Apa maksud orang ini 'sudah mencari tahu' tentangku?

"Ayahmu, Baron Anton Levitski mewariskanmu sebuah pabrik kaca dan gudang. Karena kalian tidak punya anak laki-laki untuk dijadikan pewaris, maka pamanmu lah yang memegang semua aset itu. Dmitri Levitsky. Benar?"

Aku cuma bisa mengangguk pelan. Otot-otot leherku kaku. Kalau diingat, entah berapa pertengkaran yang telah kulakukan dengan paman berkat warisan ayah.

"Lalu ... pamanmu yang suka berjudi dan mabuk-mabukan meninggalkan utang untukmu dengan menjadikan aset itu sebagai jaminan. Betul?" tanyanya lagi.

Ahh ... sial. Apa dia akan menolak tawaranku? Sudah pasti begitu, kan?

"Betul. My lord ... apa yang sebenarnya ingin Anda katakan?" lirihku.

Ia kembali mencondongkan tubuhnya. Tatapan pria itu semakin pekat.

"Tidak akan ada yang mau membeli aset yang dipakai untuk jaminan utang," ucapnya sambil mengetuk-ketuk salah satu perkamen di meja. "Apa itu yang membuatmu 'menjual' adikmu pada Marquess Gusev?"

Aku terbelalak kaget. Kalimat itu membuatku meremas rok gaun hingga buku-buku jariku memutih. Tanpa sadar, gigiku mengertak dan aku mengeras. Aku tak tahu bagaimana wajah kemarahan yang kubuat untuknya, tapi tatapan pria itu sedikit berubah.

"Saya tidak menjual adik saya, Your Grace!" bantahku. "Saya melakukan apa yang harus saya lakukan sebagai seorang kakak. Jika Anda memang tidak tertarik membeli gudang dan pabrik saya, lebih baik saya pamit."

Bokongku telah bangkit. Tubuhku membungkuk perlahan. Tangan kananku telah mengangkat koper kecil. Siap untuk pergi dari pria memuakkan ini. Kakiku mulai melangkah meninggalkannya.

Sesampainya di desa, kuyakin aku akan sampaikan pada semua orang soal bagaimana Lord Korzakov adalah pria yang kurang ajar. Keterlaluan! Apa dia perlu berkata seperti itu padaku?! Apa sepenting itu informasi soalku?! Aku ini cuma bangsawan miskin!

Aku sudah berkata keras dan lantang padanya. Seharusnya ini cukup membuatku terlihat lancang di depan pria itu. Mungkin kepalaku akan dilepas sebentar lagi.  Lalu aku akan menyesali kesombonganku di alam baka sana.

"Levitski," panggilnya dengan suara dalam yang mampu menggema di ruangan ini.

Kakiku terhenti nyaris oleng. Jantungku bertalu-talu seperti ada sebuah genderang kecil di dalam tubuh. Ah ... pasti dia akan menghukumku.

"Aku akan membayar semua utangmu yang sebesar lima ribu Lyrac itu. Juga membeli pabrik, gudang, dan mansionmu."

Tubuhku secepat kilat memutar. Apa aku benar-benar mendengar itu semua?

"Maaf? Maksud Anda ...?"

"Setelah semuanya kubeli dan kulunasi, apa yang akan kau lakukan?" liriknya tajam.

"Sa-saya ... mungkin akan bekerja di desa dan membeli rumah kecil."

"Apa kau sudah menikah? Apa ada laki-laki yang sedang dekat denganmu?"

Aku mengulum bibir, tertunduk pahit. "Tidak, my lord," lirihku.

Ah. Pasti informasi lainnya tentangku. Aku bisa mendengar hinaan orang-orang menggema di gendang telinga.

'Anya Levitski si perawan tua! Tidak ada laki-laki yang mau dengan perawan tua banyak utang!'

Itu semua terngiang selama bertahun-tahun. Aku hanya sekali mengikuti pesta Debyutanka, lalu ayah menolak-nolak semua pria yang melamarku. Dia pikir aku bisa mendapatkan laki-laki yang statusnya lebih tinggi.

Hingga ayah jatuh sakit dan meninggal. Lalu aku tidak pernah lagi mengikuti pesta Debyutanka. Pamanku? Mana peduli dia denganku dan Seva. Setelah itu, yang kulakukan hanya bekerja dan membayar utang.

"My lord, Vadim di sini," ucap Igor menghentikan kami berdua.

Tanpa berkata yang lain, Lord Korzakov beranjak dan keluar dari ruangan. Nampaknya pria bernama Vadim itu jauh lebih penting hingga membuatnya setengah berlari.

Aku yang tidak tahu musti apa lagi, memutuskan untuk pulang saja. Sepertinya telah sia-sia aku datang kemari. Bahuku sudah turun. Antara lega, dan mungkin kecewa. Bagaimana sepulangnya nanti? Aku sudah tidak punya uang. Para rentenir itu pasti akan mengancamku lagi.

Kususuri lorong istana yang lengang dengan dekorasi mewah di kanan kirinya, hingga sampai ke pelataran. Jauh sekali dari sini ke gerbangnya.

Dan ... jauh sekali dari kota ini ke rumahku. Aku harus melakukan perjalanan melelahkan lagi ke desa. Setidaknya butuh dua hari.

Aku melangkah lesu dan putus asa. 'Pulang, Anya. Pulang,' bujukku dalam hati.

Saat hampir melalui air mancur, aku bisa mendengar suara kecil memanggilku.

"Lady Levitski! Lady Levitski!"

Aku menoleh. Ada Igor si kepala pelayan yang berlari terengah dan berantakan ke arahku.

"Lady Levitski!" pria tua itu berusaha meraih nafas. "Lord Korzakov ingin Anda datang ke persidangan."

"Persidangan?"

xxx

Aku memainkan ujung jariku dengan gugup. Ada seribu pertanyaan yang ingin kulontarkan pada Igor. Kini ia duduk di depanku, kami berdua ada di kereta kuda keluarga Korzakov. Sementara pria itu berada di satu kereta kuda lain dengan laki-laki bernama Vadim.

Igor, si kepala pelayan, wajah tuanya menatap keluar jendela. Memandangi hijaunya pepohonan dan padang rumput di musim semi. Wajahnya begitu tenang, tak seperti tuannya sama sekali.

"Ser Igor," kataku memecah lamunannya.

"Ah ... saya bukan 'ser', lady. Saya cuma pelayan. Cukup Igor saja."

"Baik ... Igor. Sebenarnya, persidangan apa yang akan saya datangi? Dan ... kenapa Lord Korzakov meminta saya untuk hadir?"

"Oh ...? Saya pikir Lady Levitski sudah tahu," terka Igor.

Aku cuma bisa diam menggeleng.

"Karena sepertinya berita ini sudah masuk ke telinga setiap orang di kekaisaran. Rumor-rumornya juga."

"Kalau rumor, mungkin saya juga dengar tapi ... soal persidangan ...."

"Persidangan perceraian Lord Korzakov dengan Her Highness Putri Sofia sudah selesai dua tahun lalu. Tuan juga telah membayar harta gono-gini. Tapi ... persidangan yang sekarang adalah karena tuduhan Putri Sofia ... bahwa Lord Korzakov melakukan kekerasan padanya."

"Putri ... Sofia? Maksud Anda Putri Sofia Romanov keponakan Tsar Nikolai Romanov?!"

Aku terkesiap. Oh Tuhan! Kemana saja aku ini?! Aku tidak tahu kalau mantan istri Lord Korzakov adalah Putri Sofia Romanov yang tersohor itu! Aku ingat betul dahulu dia jadi primadona di pesta Debyutanka. Aku pernah melihatnya sekali. Rambut pirang yang bercahaya. Wajah cantik nan mulus dan begitu memukau.

Aku tak mengira pria kasar seperti Lord Korzakov menikah dengannya. Pasti ini karena kemauan Tsar Nikolai supaya keluarga Korzakov tetap mengabdikan militernya pada keluarga kekaisaran.

Ya. Pasti begitu.

Oh ... Putri Sofia yang malang.

"Lalu ... mengapa Lord Korzakov ingin saya menghadiri persidangan itu?" tanyaku mengulang.

"Itu ... saya tidak tahu, lady."

xxx

Tiga hari berikutnya, setelah singgah di beberapa penginapan, desa dan kota, kami tiba di ibukota kekaisaran, di sebuah gedung tinggi dengan monumen timbangan neraca yang besar ada di depannya. Beberapa orang-orang yang terlihat penting keluar masuk menaiki dan menuruni tangga di pelataran gedung pualam itu.

Sepanjang perjalanan, aku cuma mengobrol dengan Igor sesekali. Sementara pria bernama Vadim dan Lord Korzakov selalu mengobrol berdua dengan wajah tegang. Tidak tahu apa yang ia bicarakan, tapi Lord Korzakov setiap waktu terlihat ingin mengunyah Vadim bulat-bulat.

Kini ... aku telah duduk bersama Igor di kursi paling belakang. Ada hakim yang duduk di tempat yang paling tinggi hingga bisa melihat semuanya, beberapa pengawal, dan juga beberapa yang menonton persidangan ini. Sementara Lord Korzakov dan Vadim duduk di kursi paling depan sebelah kanan.

"Hey lihat! Itu Putri Sofia," desis seseorang.

Aku dan Igor kompak menoleh pada satu-satunya pintu di ruangan itu.

'Putri Sofia!'

Related chapters

  • Aku Dan Tuan Duke   3. Lamaran di Kereta Kuda

    Putri Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.Jika diperhatikan, tentulah Putri Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Putri Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.H

    Last Updated : 2024-03-16
  • Aku Dan Tuan Duke   4. Kontrak Pernikahan

    "Me-Menikah?!" pekikku hingga menarik tubuh.'Dengan monster sepertimu?!'"Aku mengundangmu ... bukan hanya karena akan membeli aset dan membebaskan dirimu dari utang. Tapi ... karena aku ingat namamu, Anya Levitski."Wajahku terkejut. Aku masih belum percaya pada apa yang barusan dia ucapkan.Menikah dengannya?! Yang benar saja! Laki-laki itu bisa memotong-motongku hingga tiga puluh bagian dan menyimpan cuilan-cuilannya di perkakas rumah. Apa dia tidak dengar putusan pengadilan tadi?! Kau menganiaya Putri Sofia, kawan!"Kau tidak ingat padaku?" tanya Lord Korzakov.Alisku mengerut. Aku meraba ke sudut kepalaku yang paling dalam. Aku tidak mungkin pernah bertemu orang ini. Pria seeksklusif Lord Korzakov, mana mungkin bangsawan kelas rendah sepertiku pernah bertemu dengannya.Kepalaku hanya bisa menggeleng pelan."Kita bertemu di Debyutanka, dua belas tahun lalu. Di istana kekaisaran. Gaun itu ... kau memakainya juga," ia menunjuk gaun zamrudku yang kuno. "Aku tidak mengira akan meliha

    Last Updated : 2024-03-16
  • Aku Dan Tuan Duke   5. Anya dan Apel Bodoh

    "Haaah ...," erangku berat.'Kenapa aku beli benda seperti ini sih?'Aku, Anya Levitski, telah menyetujui lamaran Lord Alexey Korzakov di atas kereta kuda sebulan lalu. Hanya semudah itu, dengan cap keluarga Korzakov, seluruh asetku telah berpindah tangan. Pabrik dan gudang. Aku menolak menjual mansion karena itu satu-satunya yang menjadi milikku. Semua berkas telah dibereskan oleh Vadim.Lord Korzakov telah membeli gudang dan pabrikku. Sekaligus membayarkan utang paman sebesar lima ribu keping Lyrac. Lalu, menurut kurator, pabrik dan gudangku hanya bisa dihargai dua ribu lima ratus keping Lyrac. Sedangkan Lord Korzakov memutuskan untuk membeli seharga tiga ribu keping Lyrac.Itu uang yang bisa kupakai selama berbulan-bulan. Aku bisa membeli sepetak tanah, rumah kecil, mungkin beberapa sapi dan domba. Tapi tidak. Dengan konyolnya telah kuhabiskan dalam sehari.Kini aku tengah memandangi benda itu. Kupegang di tangan.Sepasang cufflink tersemat di tempatnya, di kotak kecil yang dilapis

    Last Updated : 2024-03-16
  • Aku Dan Tuan Duke   6. Penjahit Gaun

    Aku tak menyangka, meski Igor hanya kepala pelayan, tapi dia seperti telah dididik dengan tata krama bangsawan. Sedang aku, sepertinya telah memiliki ingatan yang kabur soal bagaimana cara berjalan ala bangsawan. Mungkin karena pekerjaan kasar yang bertahun-tahun melekat dalam diriku hari demi hari ....Membuatku semakin mirip rakyat jelata.Pasti ... mereka juga berpikir hal yang sama. Mataku melirik canggung pada dua orang pelayan yang ada di samping kiri dan kananku. Mereka begitu tenang. Igor di depan kami memandu jalan.Kami menyusuri koridor kastil kediaman keluarga Korzakov yang mewah. Dindingnya dibalut permadani, sepertinya diimpor dari luar negeri. Lampu gantung begitu setia mencengkram langit-langit kastil. Belum lagi di atas sana terhampar lukisan bertema ksa

    Last Updated : 2024-04-20
  • Aku Dan Tuan Duke   7. Jari yang Hilang

    "Tuan ingin makan malam dengan Lady." Begitu kata Yulia.Kini aku sudah berada di meja makan dengan beberapa pelayan. Ini ruang makan yang sangat besar! Aku tidak yakin pernah berada di ruang makan seluas ini. Mejanya panjang dengan banyak sekali kursi. Mungkin dua puluh? Ada lampu gantung raksasa di sana.Kami semua menunggu Lord Korzakov, majikan nomor satu di kastil megah ini.Jantungku berdebar. Waktu terasa begitu lama kala aku menanti apa yang akan terjadi pada makan malam kami. Tak berapa lama kemudian, pintu ruang makan terbuka. Pria yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.Ketika Lord Korzakov melangkah, semua membungkuk. Sepatunya nyaris tak terdengar hentakan apapun. Aku tidak tahu apa aku juga harus

    Last Updated : 2024-04-27
  • Aku Dan Tuan Duke   8. Daftar Undangan

    Apa barusan aku benar-benar mendengarnya?Bola mataku tak lagi tertancap pada bayangan di cermin, tapi pada Madam Petrov. Wanita gemuk nan ceria itu ... kecut."A-Apa ... maksud Anda,madam?""Apa Anda yakin dengan Tuan Duke?" tanyanya lagi. Begitu pelan. Aku yakin Yulia atau Elena yang sedang ikut menyiapkan pakaian lain tidak dengar."Memangnya kenapa?" bisikku juga."Jangan salah paham,my lady. Tapi ... saya juga membuat gaun untuk Her Royal Highness Prinsessa Sofia Romanov. Saya ... tidak ingin apa yang telah terjadi pada beliau, terjadi pada Anda," desis Madam Petrov cemas.

    Last Updated : 2024-05-01
  • Aku Dan Tuan Duke   9. Pria di Altar

    "Aku tak menyangka kau adalah wanita yang serakah," sindir Lord Korzakov lagi. Alisku mengerut bingung. "S-Saya ... tidak mengerti ...my lord." "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Anya Levitski? Uang? Kebahagiaan? Apa?" cecarnya. "Aku sudah melakukan semua syaratmu. Lalu kau seenaknya membatalkan begitu saja?" Kedua mata birunya memicing tajam. Tubuh kami berdua masih dekat. Dia tak berteriak padaku, tapi suaranya yang serak dan dalam membuatku merinding setengah mati. "Sa ... saya ...," aku kehabisan kata-kata. "Katakan padaku yang sebenarnya. Kau ingin mempermainkanku? Saat aku telah menyi

    Last Updated : 2024-05-02
  • Aku Dan Tuan Duke   10. Dansa Kami

    Paras yang rupawan, ia semakin terlihat gagah. Rambut emasnya rapi, wajahnya tak menyiratkan amarah atau hal yang menakutkan sama sekali. Ia begitu tenang. Yah ... wajar saja. Dia sudah pernah melakukan ini kan?Sedang aku, ini lumayan membuatku gugup.Di altar telah berdiri pendeta agung dengan baju yang paling ramai. Topinya yang tinggi dengan tunik putih dan bolero merah terlihat cukup mencolok.Saat aku tiba dan berdiri sejajar dengan Lord Korzakov musik dan paduan suara berhenti. Pendeta agung mulai berucap."Alexey Korzakov, apa Anda menerima wanita ini sebagai istri, dan hidup bersama dalam nama Tuhan, akan mencintainya, menghormatinya, dan menjaganya dalam sakit dan sehat, selama Anda hidup?"

    Last Updated : 2024-05-03

Latest chapter

  • Aku Dan Tuan Duke   53. Penahanan

    Kami menuju perjalanan pulang. Aku dan Seva sudah berjanji untuk sering-sering mengirim surat mulai sekarang. Alexey juga berpesan pada Maxim, supaya dia tak perlu segan untuk meminta bantuan apapun jika diperlukan.Aku lega. Rasanya seluruh beban di pundakku terangkat. Aku tidak pernah merasa seringan ini.Meskipun begitu, aku kepikiran dengan pertanyaan Seva waktu itu. Seva mungkin tidak tahu banyak hal, tapi yang jelas dia jauh lebih tahu soal cinta daripada aku.Apa aku mencintai Alexey?Aku meliriknya. Sedari tadi ia masih menggenggam tanganku. Pria itu memandang keluar jendela kereta kuda. Hari mulai sore. Mungkin sebentar lagi kami akan tiba di kediaman, di Kota Balazmir. Di kastil yang menjulang paling tingg

  • Aku Dan Tuan Duke   52. Memaafkan

    Pipiku masih basah air mata, tapi bisa-bisanya Alexey punya pikiran seperti itu. Padahal barusan dia melihatku menangis hebat hingga sesenggukan. Dasar aneh.Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami bercumbu atau bercinta. Sepertinya sudah lama sekali. Tapi di sinilah ia. Di tengah kunjunganku yang jauh dan melelahkan ke tempat adikku yang telah lama tidak bersua, dia malah merampas bibirku semena-mena.Kedua tangan Alexey menangkup wajahku, berusaha menguasaiku. Sementara bibirnya kian melumat seluruh mulutku. Aku tidak melawan, tentu saja. Meski ini begitu tiba-tiba, aku menikmatinya. Aku merindukan lelaki ini.Alexey melepas singkat ciuman kami. Ia memandangiku dekat."Manis," gumamnya. Kemudian ia kembali menciu

  • Aku Dan Tuan Duke   51. Kakak Beradik

    "Seorang janda menikahi ksatria dari bangsawan kelas rendah," ucap Seva luwes. "Aku sudah sering mendengar itu kok. Kalau mau bicara begitu, langsung saja. Aku tidak akan tersinggung, Your Grace~," cemooh Seva dengan nada memuakkan."Seva ... aku tidak-.""Lady Seva, aku sama sekali tidak mengungkapkan kalimat yang merendahkanmu, atau calon suamimu."Aku terkejut mendapati Alexey yang kian tenang. Sementara Maxim beringsut kebingungan. Aku juga mulai risau. Takut mereka berdua akan menghadapi apa yang mereka tidak ketahui soal Alexey. Bahwa dia adalah pria yang berbahaya."Aku tidak ada bedanya dengan Anda dan Kakak, Your Grace.""S-Seva ... apa maksudmu?"

  • Aku Dan Tuan Duke   50. Marchioness Seva Gusev

    "Kukira kau akan senang karena akan bertemu dengan adikmu," kata Alexey tiba-tiba."Maksudmu?""Kita sudah dua hari melakukan perjalanan jauh untuk datang ke pernikahan adikmu. Kukira kau akan senang."Tempat Seva memang jauh. Kediaman mereka dari wastuku di desa mungkin lebih jauh lagi. Seperti ada di ujung dunia. Bisa empat hari perjalanan. Sedangkan tempat Alexey sekarang hanya butuh dua hari."Bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya."Yang terdengar kini adalah suara derap kaki kuda yang riuh menjejak tanah. Mungkin hanya beberapa jam lagi kereta kuda kami beserta iring-iringan ksatria sampai di kediaman Marchioness Seva Gusev. Adikku.

  • Aku Dan Tuan Duke   49. Undangan Pernikahan

    'Untuk adikku terkasih, Marchioness Seva Gusev.'Penaku telah melumuri kertas putih begitu kontras, tetapi tanganku berhenti.Selepas Paman Dimitri ditangkap, diadili dan dicabut gelarnya, situasi memburuk. Mereka bilang saat pengadilan berlangsung, dia menyebut-nyebut namaku. Meneriak-neriakkannya hingga melengking dan bikin suara serak. Namun kuasa hukum keluarga kami melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia mewakiliku menjelaskan dan mengatakan segala yang diperlukan. Hingga aku sama sekali tidak perlu datang. Toh dari awal aku bukanlah tersangka.Meskipun begitu, aku dengar Alexey bicara pada Vadim tempo hari."Anya tidak boleh melihat orang itu lagi," begitu katanya. "Jangan pernah!"

  • Aku Dan Tuan Duke   48. Kencan

    Makan malam.Aku dan Alexey masih belum bicara. Rasanya aku sangat lelah. Badanku pegal-pegal.Dmitri dibawa ke rumah tahanan bangsawan untuk penyelidikan. Nampaknya kejadian ini begitu serius. Aku tahu bangsawan bisa dicabut gelarnya apabila mereka melakukan pengkhianatan atau kegiatan-kegiatan kriminal lainnya. Aku baru pertama kali melihat sendiri kasus berat yang membuat orang lain terancam dengan pencabutan gelar."Apa kau mengkhawatirkan pamanmu?" tanya Alexey. Sepertinya ia menatap iba padaku.Aku menggeleng pelan. "Tidak.""Kau tidak makan?"Aku menghela. Daging panggang di atas piring rasanya tida

  • Aku Dan Tuan Duke   47. Fitnah

    Aku, Igor, Vadim, Alexey, Dmitri dan ... dua orang lagi yang kelihatannya sangat penting. Mereka adalah pegawai pemerintah, dari pengadilan.Dmitri begitu sumringah ketika dia tahu siapa orang-orang itu. Hanya dengan satu kalimat darinya, kami bisa langsung diseret ke gereja dan pengadilan untuk bercerai. Dia masih waliku."Saya tidak sangka kalau akan secepat ini, Your Grace. Apa Anda memang sangat buru-buru menginginkan restu dari saya?" katanya setengah mencemooh."Aku ingin menyelesaikan perkara aset-asetmu, Baron Levitski.""Tentu, tentu," jawab Dmitri dengan anggukan yang percaya diri. "Lebih cepat lebih baik. Aku tinggal tanda tangan untuk surat serah terimanya saja kan? Sesuai yang kita sepakati. Setelah itu

  • Aku Dan Tuan Duke   46. Suka

    Entah sudah berapa lama aku cuma berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Gelisah. Bibirku merengut dengan kepalaku yang mungkin sudah berasap"Duh ... bagaimana ini," gumamku lirih."Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda, my lady?" tanya Yulia menggugahku. Wajahnya yang kalem nampak seperti dia akan mematuhi perintahku tanpa pertanyaan."Hhh. Bukan apa-apa. Kau ... tidak perlu khawatir.""Apa ini soal paman Anda, my lady?"Kakiku berhenti dengan sendirinya, aku memandang Yulia lemas."Ya. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," keluhku lirih. "Aku cuma ingin dia segera pergi dari rumah ini. Aku t

  • Aku Dan Tuan Duke   45. Si Pembuat Onar

    "Apa maksudmu?! Aku berhutang?! Justru kaulah yang membuatku membayar semua utang-utang yang kau tinggalkan! Sementara kau kabur seperti pengecut!"Susah payah aku menahan suaraku agar tak berteriak di ruang tamu."Hehe. Kau kira aku orang bodoh, hah?" sindir Dmitri. "Kau kira kau bisa membodohiku? Kau pikir aku tidak tahu berapa nilai asetku jika dibandingkan dengan utang-utangku?" Dmitri mulai menaikkan suaranya padaku."Asetmu?!" pekikku jengkel. "Bunga utangmu membengkak! Mansion, gudang dan pabrik kita bahkan tidak bisa melunasi semuanya!" sanggahku. Aku sudah tidak bisa menahan diri. Kubiarkan Vadim yang sedari tadi berdiri di sudut ruang tamu mendengarku. Aku sudah masa bodoh. "Kerjamu cuma minum-minum dan berjudi!"

DMCA.com Protection Status