Aku belum pernah ke penjara ruang bawah tanah seumur hidupku. Sama sekali.
Tempat ini temaram, nyaris sulit melihat apapun. Dingin dan lembap, serta pengap. Tidak ada apa-apa di tempat ini, tidak ada kasur, selimut, atau setidaknya tumpukan jerami yang bisa membuat lebih hangat. Hanya ada sebuah ember untuk buang air.
Aku tidak pernah menyangka akan mendatangi tempat seperti ini. Di sinilah aku, berdiam duduk di lantai, menemani suamiku.
"Apa kau sudah makan?"
Ia menggeleng pelan. "Kenapa?! Apa mereka tidak memberimu makan?"
Ia hening.
Esok harinya, pagi-pagi saat jam besuk sudah buka, kami berbondong ke penjara bawah tanah. Membawa makanan, teko berisi teh panas, dan buku-buku untuk menghilangkan kebosanan Alexey di sini.Aku cuma balas menggalaki petugas setelah mereka menegurku karena membawa terlalu banyak barang ke sel.Kubilang, "Suamiku seharusnya adalah tahanan rumah! Bukan tahanan penjara untuk sel ini! Dia hanya suka rela untuk berdiam di sini! Jadi dia bukan tahananmu!"Dia jadi ciut setelah kugalaki. Beruntungnya Alfons juga selalu lengkap dengan surat-surat dari pengadilan. Ia menyerocos untuk menjelaskan bagaimana Alexey adalah bukan tahanan di sel ini.Di rumah tadi, Alfons menerangkan, jika ini bukan perintah dari pengadil
Aku duduk di lantai sel dingin, memeluk lutut. Sedari tadi Alexey memanggil namaku, namun aku belum mau bicara. Jujur saja aku ingin pulang. Pulang ke mansionku di wilayah Barony Levitski. Menyendiri di kebun.Tapi ... jika aku melakukan itu, pria di sebelahku ini pasti akan merasa lebih buruk. Dia tahu aku sedang tidak ingin diajak bicara. Dia juga pada akhirnya cuma diam di sampingku."Dia memanggilmu Alex ya?" tanyaku.Alexey tidak berani menjawab. Kurasa jawabannya iya.Aku menarik napas berat."Dia ... sangat cantik ya. Dia sangat sempurna," gunamku lirih. Sedikit pedih juga."Tidak! Kau beribu-ribu k
Jam besuk usai. Sel penjara Alexey nampak lebih mewah ketimbang yang lain. Banyak barang-barang di sana yang bisa membuatnya hangat di ruang bawah tanah ini. Aku mendengar tahanan lain menggerutukan sumpah serapah kepadaku. Meskipun begitu, petugas sipir tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya mereka tahu siapa aku, siapa Alexey. Tentulah kami sudah sepatutnya dapat perlakuan super istimewa dari sipir istana Tsar.Namun bukan itu yang membuatku senang hingga membuatku berdebar tidak karuan. Sepanjang di kereta kuda, aku tidak bisa menahan diri senyum-senyum sendiri. Aku bahkan mendapat tatapan curiga dari Vadim. Apa ia menduga kalau aku tengah memikirkan siasat-siasat jahat untuk Alexey? Tak lama tatapan curiga itu pudar, saat kami sampai di rumah dan aku meminta Vadim dan Alfred menuliskan surat permintaan pembebasan Alexey dari tahanan di istana Tsar, dan mengembalikannya pada perin
Aku, Vadim dan Alfred, kami tidak tahu apa yang telah terjadi pada Alexey. Kembali ke penjara istana Tsar juga rasanya bikin mual."Aku tidak bisa diam saja!" hardikku.Alfred berusaha menenangkan dan bahkan membungkam kami. Enak saja!"Tapi, my lady ... ini terjadi di bawah istana Tsar. Jika Anda gegabah, bisa-bisa Anda berurusan dengan keluarga Tsar."Tanganku meremas erat begitu jengkel hingga buku-buku jariku memutih."Seseorang harus bertanggung jawab! Mereka sudah menganiaya Alexey!""My lady," Vadim angkat bicara. Sedari tadi hanya aku dan Alfred yang cekcok. "Saya ingin bicara berdua dengan Anda."
Aku menghela napas. Aku tidak bisa pura-pura terkejut. Aku sudah tahu betul itu. Tetapi ... mengapa mendengarnya langsung dari bibir Alexey membuatku merasa sakit hati. Aku berusaha keras menahan perasaanku ini di depan Alexey. Aku berusaha tegar."Aku bersumpah demi Tuhan, Anya. Aku tidak pernah menyakitinya. Dia memutar semua itu di pengadilan, di pergaulan kelas atas," lirih Alexey.Kemudian, suamiku itu mulai bercerita.Prinsessa Sofia Romanov. Anak dari mendiang Boris Romanov, yang seharusnya menjadi pewaris tahta Kekaisaran Levron. Ayahnya meninggal karena sakit, kemudian ibunya yang depresi pun bunuh diri. Kejadian itu menyisakan Sofia Romanov seorang. Pamannya, yakni Tsar Nikolay Romanov pun mengambilnya untuk diasuh. Seperti seharusnya, karena mereka tidak punya
"My lord! Sakit!" keluhku. Dengan tak berdaya, aku berusaha mendorong-dorong bahunya yang keras dan pejal. "Sial! Sempit sekali!" umpatnya. Kemudian berseri-seri kata kasar keluar dari mulut pria itu. Aku bisa melihatnya memejam sambil menggigit bibir bawah. Dia mengerang kecil. "Ngghh!" Apa dia juga sama sakitnya denganku? Apa ini adalah siksaan pertamanya untukku? Jika menikah dengannya adalah mimpi buruk seperti ini, aku tidak akan sudi. Nafasnya lembab dan berat, tidak karuan menghembus ke seluruh wajahku. "Sa ....kit," lirihku masih. Kepalanya telah tenggelam di sampingku. "Anya ... bertahanlah sebentar," bisiknya serak. Lalu ia mengulum daun telingaku, mengirim rasa merinding pada seluruh punggung. Suara nafasnya makin keras terdengar di telingaku. Tubuh besarnya semakin menekan. Aku seperti berada di antara rahang serigala buas. Aku hanya bisa menatap langit-langit kamar gelap dengan merana. Hanya ada nafasnya yang berbalap, dan aku yang tak henti-hentinya merintih kesakit
Aku tak menyangka ... hanya melihat pria itu bisa membuat tanganku gemetar sampai sekarang.Igor, kepala pelayan sudah mempersilahkanku untuk duduk menunggu di ruang tamu yang super mewah ini. Mereka telah menyajikan teh hangat dan camilan. Aku belum makan dari pagi, perutku melilit nyeri, seharusnya siang ini aku sudah lapar. Tapi yang kurasakan adalah mual. Aku ingin muntah. Mulutku kering dan semakin kering. Aku tak menyentuh apapun di meja itu.Sungguh ... aku ingin mengeluarkan semua asam lambungku sekarang juga. Tapi aku tidak bisa melakukannya di kediaman seorang Duke.Padahal, tadinya aku sudah cuek saja untuk datang kemari. Tapi ... kuharap aku belum terlambat untuk menarik kata-kataku. Aku ingin pulang. Seharusnya aku tidak datang kemari!Pintu ruangan terbuka.Lord Korzakov masuk dengan langkah kaki yang sunyi. Ia telah membersihkan dirinya dan kini memakai jas beludru yang mahal dengan bordiran emas.Wajahnya masih sama. Terlihat dingin, getir dan muak, dengan tatapan mata
Putri Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.Jika diperhatikan, tentulah Putri Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Putri Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.H
Aku menghela napas. Aku tidak bisa pura-pura terkejut. Aku sudah tahu betul itu. Tetapi ... mengapa mendengarnya langsung dari bibir Alexey membuatku merasa sakit hati. Aku berusaha keras menahan perasaanku ini di depan Alexey. Aku berusaha tegar."Aku bersumpah demi Tuhan, Anya. Aku tidak pernah menyakitinya. Dia memutar semua itu di pengadilan, di pergaulan kelas atas," lirih Alexey.Kemudian, suamiku itu mulai bercerita.Prinsessa Sofia Romanov. Anak dari mendiang Boris Romanov, yang seharusnya menjadi pewaris tahta Kekaisaran Levron. Ayahnya meninggal karena sakit, kemudian ibunya yang depresi pun bunuh diri. Kejadian itu menyisakan Sofia Romanov seorang. Pamannya, yakni Tsar Nikolay Romanov pun mengambilnya untuk diasuh. Seperti seharusnya, karena mereka tidak punya
Aku, Vadim dan Alfred, kami tidak tahu apa yang telah terjadi pada Alexey. Kembali ke penjara istana Tsar juga rasanya bikin mual."Aku tidak bisa diam saja!" hardikku.Alfred berusaha menenangkan dan bahkan membungkam kami. Enak saja!"Tapi, my lady ... ini terjadi di bawah istana Tsar. Jika Anda gegabah, bisa-bisa Anda berurusan dengan keluarga Tsar."Tanganku meremas erat begitu jengkel hingga buku-buku jariku memutih."Seseorang harus bertanggung jawab! Mereka sudah menganiaya Alexey!""My lady," Vadim angkat bicara. Sedari tadi hanya aku dan Alfred yang cekcok. "Saya ingin bicara berdua dengan Anda."
Jam besuk usai. Sel penjara Alexey nampak lebih mewah ketimbang yang lain. Banyak barang-barang di sana yang bisa membuatnya hangat di ruang bawah tanah ini. Aku mendengar tahanan lain menggerutukan sumpah serapah kepadaku. Meskipun begitu, petugas sipir tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya mereka tahu siapa aku, siapa Alexey. Tentulah kami sudah sepatutnya dapat perlakuan super istimewa dari sipir istana Tsar.Namun bukan itu yang membuatku senang hingga membuatku berdebar tidak karuan. Sepanjang di kereta kuda, aku tidak bisa menahan diri senyum-senyum sendiri. Aku bahkan mendapat tatapan curiga dari Vadim. Apa ia menduga kalau aku tengah memikirkan siasat-siasat jahat untuk Alexey? Tak lama tatapan curiga itu pudar, saat kami sampai di rumah dan aku meminta Vadim dan Alfred menuliskan surat permintaan pembebasan Alexey dari tahanan di istana Tsar, dan mengembalikannya pada perin
Aku duduk di lantai sel dingin, memeluk lutut. Sedari tadi Alexey memanggil namaku, namun aku belum mau bicara. Jujur saja aku ingin pulang. Pulang ke mansionku di wilayah Barony Levitski. Menyendiri di kebun.Tapi ... jika aku melakukan itu, pria di sebelahku ini pasti akan merasa lebih buruk. Dia tahu aku sedang tidak ingin diajak bicara. Dia juga pada akhirnya cuma diam di sampingku."Dia memanggilmu Alex ya?" tanyaku.Alexey tidak berani menjawab. Kurasa jawabannya iya.Aku menarik napas berat."Dia ... sangat cantik ya. Dia sangat sempurna," gunamku lirih. Sedikit pedih juga."Tidak! Kau beribu-ribu k
Esok harinya, pagi-pagi saat jam besuk sudah buka, kami berbondong ke penjara bawah tanah. Membawa makanan, teko berisi teh panas, dan buku-buku untuk menghilangkan kebosanan Alexey di sini.Aku cuma balas menggalaki petugas setelah mereka menegurku karena membawa terlalu banyak barang ke sel.Kubilang, "Suamiku seharusnya adalah tahanan rumah! Bukan tahanan penjara untuk sel ini! Dia hanya suka rela untuk berdiam di sini! Jadi dia bukan tahananmu!"Dia jadi ciut setelah kugalaki. Beruntungnya Alfons juga selalu lengkap dengan surat-surat dari pengadilan. Ia menyerocos untuk menjelaskan bagaimana Alexey adalah bukan tahanan di sel ini.Di rumah tadi, Alfons menerangkan, jika ini bukan perintah dari pengadil
Aku belum pernah ke penjara ruang bawah tanah seumur hidupku. Sama sekali.Tempat ini temaram, nyaris sulit melihat apapun. Dingin dan lembap, serta pengap. Tidak ada apa-apa di tempat ini, tidak ada kasur, selimut, atau setidaknya tumpukan jerami yang bisa membuat lebih hangat. Hanya ada sebuah ember untuk buang air.Aku tidak pernah menyangka akan mendatangi tempat seperti ini. Di sinilah aku, berdiam duduk di lantai, menemani suamiku."Apa kau sudah makan?"Ia menggeleng pelan. "Kenapa?! Apa mereka tidak memberimu makan?"Ia hening.
"Bagaimana ini bisa terjadi?!" Aku berteriak sekuatku tanpa menahan diri. "Bukankah seharusnya suamiku adalah tahanan rumah?! Kenapa mereka membawanya?!"Vadim tertunduk. Masih meringis. Masih juga dengan tangannya yang memegangi es di dahi."Maafkan saya, my lady. Saya berusaha menghalau mereka, tapi saya malah dihajar. Padahal saya juga meminta surat perintah atau surat penahanan Tuan. Mereka menolak. Katanya saya bukan siapa-siapa. Hanya pengacara yang bisa membaca surat itu.""Lalu? Sudah? Begitu saja? Mereka membawanya pergi?!" Kali ini aku mendelik padanya."Pengawal kita juga mencoba melawan, tapi ... Tuan melarang kami. Tuan tidak ingin masalahnya jadi lebih besar lagi."
'Anya, istriku.Kau sedang apa? Di sini membosankan. Berisik sekali. Aku tidak tahu bagaimana orang-orang ini bertahan hidup. Mereka berteriak-teriak, dan kau tahu soal mobil yang Stepan berikan untuk kita? Mereka mulai memakainya di jalan-jalan. Ada pompa-pompa yang mereka pakai untuk membunyikan suara terompet yang melengking. Mereka menyebutnya klakson. Kemarin dari jendela aku melihat ada dua orang kaya bergulat di tepi jalan setelah mereka saling adu klakson. Menggelikan. Kalau kau ada di sini kau pasti akan mengata-ngatai mereka juga.Aku cuma bisa baca buku. Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Rasanya aku bisa gila kalau begini terus. Aku ingin cepat pulang.'Surat yang singkat. Berhasil membuatku tersenyum. Aku bisa bilang dia memang baik-baik saja kalau bisa mengomel begini.'Aku harus balas apa ya?'Aku mengawang ke langit-langit seolah di atas sana ada contekan untuk suratku berikutnya. Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu."Elena, bisa kau panggil Igor?""Tentu, my lady."D
Kami menuju perjalanan pulang. Aku dan Seva sudah berjanji untuk sering-sering mengirim surat mulai sekarang. Alexey juga berpesan pada Maxim, supaya dia tak perlu segan untuk meminta bantuan apapun jika diperlukan.Aku lega. Rasanya seluruh beban di pundakku terangkat. Aku tidak pernah merasa seringan ini.Meskipun begitu, aku kepikiran dengan pertanyaan Seva waktu itu. Seva mungkin tidak tahu banyak hal, tapi yang jelas dia jauh lebih tahu soal cinta daripada aku.Apa aku mencintai Alexey?Aku meliriknya. Sedari tadi ia masih menggenggam tanganku. Pria itu memandang keluar jendela kereta kuda. Hari mulai sore. Mungkin sebentar lagi kami akan tiba di kediaman, di Kota Balazmir. Di kastil yang menjulang paling tingg