Home / Zaman Kuno / Aku Dan Tuan Duke / 3. Lamaran di Kereta Kuda

Share

3. Lamaran di Kereta Kuda

Author: cyllachan
last update Huling Na-update: 2024-03-16 10:57:53

Prinsessa Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.

Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.

Jika diperhatikan, tentulah Prinsessa Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.

Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.

Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Prinsessa Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.

Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.

Hakim mengetuk dua kali palu kecil di meja kayunya.

"Karena pihak penggugat dan tergugat telah hadir, kita mulai persidangan hari ini. Pihak penggugat, Her Highness Prinsessa Sofia Romanov, menggugat His Grace Lord Alexey Korzakov, dalam kasus penganiayaan dan kekerasan rumah tangga."

Jantungku berdentum-dentum. Aku melirik Igor. Jemarinya berkait kencang.

"Berdasarkan bukti-bukti dan para saksi, juga penilaian hakim dan juri, maka Lord Alexey Korzakov dinyatakan bersalah dan terbukti atas penganiayaan dan kekerasan pada Prinsessa Sofia Romanov."

Prinsessa Sofia, wanita lembut itu tumpah ruah, menangis dan memeluk rekan di sebelahnya. Ia menangis pahit tapi terlihat bahagia. Kubu mereka bertepuk rius seketika. Sementara dari belakang sini, aku tak bisa melihat respon sang Duke. Pria itu masih duduk dengan punggung kakunya di samping Vadim.

Wajah seperti apa yang ia buat sekarang ini?

'Apa ... pria itu akan dipenjara? Apa orang sekuat Lord Korzakov akan dihukum dengan berat?'

Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras dalam kepalaku.

"Dengan ini ... His Grace Lord Alexey Korzakov menerima hukuman berupa denda sebesar seratus ribu keping Lyrac yang akan diberikan pada pihak penggugat, Her Highness Prinsessa Sofia Romanov."

Aku tertegun. Seratus ribu keping Lyrac?! Kau pasti bercanda. Uang sebanyak itu bagaimana mendapatkannya?!

"Hukuman kurungan selama tujuh tahun diperingan menjadi sebulan dan ditangguhkan. Mengingat jasa Lord Alexey Korzakov pada kekaisaran dan karena peperangan yang sedang berlangsung," lanjut hakim. "Dengan ini ... kasus telah ditutup."

Aku menggeleng-geleng setengah kagum. Hukuman tujuh tahun menjadi satu bulan. Beginikah kemewahan darah bangsawan kaya? Kalau orang-orang sepertiku atau rakyat jelata yang lain, pasti sudah dipenggal atau dibakar hidup-hidup setelah mencelakai seorang putri.

Lalu semua orang bangkit dari kursinya. Kubu Prinsessa Sofia nampak gembira dan bersuka cita. Sementara Lord Korzakov ... ia bangkit dari kursinya dengan wajah penuh amarah, lebih dari hari kemarin. Ia melangkah jengkel dengan Vadim yang berusaha lari supaya bisa mengimbanginya.

"Keadilan bagi sang putri!" seru seseorang.

Aku dan Igor mengikuti mereka dari belakang.

Ketika kami menuruni tangga gedung pengadilan, dua kereta kuda keluarga Korzakov telah menunggu.

Vadim, pria dengan rambut klimis, muka culun serta kacamata tebal dan pakaian hitam-hitam membuka pintu kereta kuda untuk Lord Korzakov. Aku dan Igor masuk ke kereta kuda di belakangnya.

Saat duduk, Igor menghela berat dengan wajah kecewa.

"Hhhh. Pada akhirnya kita kalah juga. Siapa yang bisa melawan keluarga kekaisaran di pengadilan?" gumamnya sambil menekan jemari di dahi.

Ia terlihat lelah, bukan fisiknya, tapi mungkin mental dan pikirannya. Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lalui sampai ke titik ini.

Sebuah ketukan terdengar di pintu kereta yang telah kami tutup rapat. Igor membukanya.

"Ada apa Vadim?"

Pria culun itu memandang kami. "Lady Levitski diminta untuk menemani Tuan. Beliau ingin bicara," singkatnya.

Tulang belakangku terasa menggigil saat Vadim mengatakannya. Perutku dikocok-kocok oleh sesuatu hingga aku tak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menolak.

"Mari, lady," ucap Igor sopan. Pria itu sudah turun menengadahkan tangannya untuk membantuku keluar dari kereta kuda.

Suasana hatinya pasti sedang kacau. Aku harus apa?! Aku lihat mukanya tadi! Seperti iblis yang meronta-ronta di kekang besi neraka.

Tanpa sadar, tanganku gemetar saat meraih genggaman Igor. Mungkin pria tua itu juga bisa merasakan ujung-ujung jariku yang membeku.

Langkahku berat meski hanya beberapa meter ke kereta kuda di depan. Begitu mudahnya Igor membuka pintu kereta kuda itu. Aku melihat mata biru Lord Korzakov melirikku tajam. Wajahnya masih terlihat sangat jengkel.

"Masuk," ketusnya.

Hanya dengan perintah singkat itu, kakiku secepat kilat telah naik dan sedetik kemudian tubuhku masuk ke sarang singa. Aku takut jika menundanya lebih lama, dia bisa mengoyak daging kurusku.

Tak butuh waktu lama bagi kusir memacu kuda-kudanya. Roda mulai bergulir meninggalkan gedung pengadilan.

Yang tidak meninggalkan tempatnya adalah tatapan menyelidik Lord Korzakov padaku. Dia menyapukan pandangannya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Aku memilih untuk melihat keluar jendela dibandingkan membalas pria itu.

"Levitski," panggilnya. Aku menelan ludah dan terpaksa memandang pria itu.

"I-Iya my lord?"

Wajah pria itu memperlihatkan sebuah siluet apik, ditimpa cahaya emas sore yang mengintip dari jendela. Rambut pirangnya masih tertata rapi.

"Gaun itu masih muat padamu?"

Mata birunya menunjuk pada bajuku. Aku pun ikut menunduk dan meraba pandangan pada gaunku sendiri. Gaun hijau zamrud sederhana. Satu-satunya yang tak kujual untuk membayar utang. Modelnya pasti sudah ketinggalan jaman. Tapi ya ... ini gaun terbaikku.

Meskipun begitu, aku tidak paham maksud pria ini.

"M-Maksud Anda?"

Wajah Lord Korzakov begitu dingin.

"Kenapa kau memilih untuk memenuhi undanganku? Padahal kau pasti sudah dengar rumor di jalanan. Kau sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri soal putusan pengadilan."

Alisku mengerut. Bukankah sudah jelas? Mengapa ia harus bertanya.

"Saya ... hanya ingin menjual pabrik dan gudang saja, my lord. Tuduhan itu bukan urusan saya. Yang saya tahu, Anda adalah pebisnis ulung. Maka saya mengirimkan penawaran pada Anda."

Entah bagaimana, tapi air muka Lord Korzakov berubah. Alisnya terangkat menggurat sedikit rasa takjub. Ia tak setegang dan segalak tadi, meski masih getir dan dingin.

"Kau tahu aku ini pebisnis ulung, tapi kau mengirim penawaran itu padaku? Pabrik kaca dan gudangmu, tidak akan berarti apa-apa untukku."

"Ya ... tentu," lirihku. Mungkin nyaris tak terdengar karena suara roda kereta kuda yang menimpa kerikil jalanan. "Semenjak perang, Tsar Nikolai memutus hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan. Sedangkan ... bisnis kami adalah mengekspor produk olahan kaca ke negara-negara itu. Kami kesulitan mencari pembeli."

Aku menarik nafas dalam. Bersiap memuntahkan segala keluhanku delapan tahun belakangan ini.

"Yang paling mendapatkan keuntungan dari perang ini adalah Anda. Bukan begitu, Your Grace?"

Pertama kalinya aku melihat alis pria itu mengerut.

"Anda punya tambang permata, pabrik senjata, dan pasukan militer. Tentu Anda bisa menjadi kaya raya karena perang ini," kataku dengan nada iri.

"Kau benar," ucapnya sambil bersedekap. "Kau lihat hasil keputusan pengadilan kan? Vadim sudah bekerja sangat baik untukku. Aku hanya perlu membayar seratus ribu keping Lyrac pada Sofia dan hukuman penjaraku diperingan dan ditangguhkan."

'Hanya?!' batinku jengkel. Lima keping Lyrac saja aku harus menabung berbulan-bulan tahu! Itu sebabnya aku baru bisa ke ibukota untuk menemuimu.

"Tapi ... meski semua hukuman menjadi ringan. Aku kalah. Semua orang akan memakan bulat-bulat hal-hal buruk tentangku. Apa kau percaya bahwa aku telah memukuli Sofia?"

Aku belum menjawab. Kami memandang satu sama lain. Selama beberapa saat hanya hentakan kereta kuda saja yang terdengar.

"Lord Korzakov ... Anda adalah Dewa Perang Kekaisaran. Anda ... telah membunuh ribuan orang dalam perang. Kalau pun kenyataannya memang begitu, apa itu urusan saya?" tanyaku balik.

"Aku mempertaruhkan semua yang kumiliki untuk mendapat keadilan, Levitski. Turun temurun keluargaku dibesarkan oleh ksatria. Bahkan gelar bangsawan yang didapat oleh kakek buyutku juga karena dia telah menjadi ksatria yang diakui kekaisaran. Tuduhan itu telah melukai martabatku dan nama keluargaku. Bagaimana jika seorang pemimpin ksatria dan militer melakukan hal tercela seperti itu?"

"Anda sangat peduli dengan omong kosong di pergaulan kelas atas?"

Seketika Lord Korzakov mendelik padaku. Aku sudah memasang badan kalau-kalau aku menjadi Sofia kedua yang ia aniaya di kereta kuda ini.

"Omong kosong pergaulan kelas atas katamu? Cih!" tiba-tiba sebuah seringai terlihat mencemoohku. "Kau bilang begitu karena kau sudah tak punya apa-apa lagi, Levitski. Yang tersisa padamu hanya gelar semata."

Aku meremas rok. Sebuah rasa jengkel berkecamuk dalam dadaku. Nafasku mulai cepat.

"Anya Levitski, perawan tua yang tidak laku-laku. Anya Levitski, punya banyak utang. Anya Levitski, menjual adiknya pada bangsawan tua. Kau pikir aku tidak tahu cibiran orang-orang desa padamu? Apa kau yakin itu tidak mengganggumu?" Pria itu mengabsen.

Kepalaku telah jatuh tertunduk. Air mataku nyaris tumpah. Sekuat tenaga kutahan ucapan pedas itu, kini aku harus mendengarnya lagi. Meski sangat jengkel, aku tak bisa melawan ucapan Lord Korzakov. Yang kurasa hanya penyesalan setiap kali aku mengingat Seva.

Pria itu menghela nafas.

"Aku mempertaruhkan segalanya. Sedang kau ... tak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Oleh karena itu, aku ingin memberimu sebuah penawaran."

Batinku masih belum kering dari cemoohan yang ia ucapkan barusan. Perlahan ... aku mendongak. Aku sadar betul saat mata kami bertemu, dia menatapku begitu dalam dan kaku.

"Menikahlah denganku."

"Apa?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Aku Dan Tuan Duke   110. Sofia-ku

    "Alexey ... apa kau sudah bicara lagi dengan Sofia?" Ibu bertanya lirih.Aku masih terus melahap makanan di piringku."Untuk apa? Aku sibuk, Bu. Urusanku bukan cuma dengan Sofia. Aku mendapat perintah dari istana untuk mengirim beberapa prajurit."Ibu mendesah berat. Wajah putih di bawah rambut emas yang tersanggul mulai dalam keriputnya. Beberapa helai di antara gemilang rambut emas itu terdapat uban-uban yang mulai timbul."Tapi dia kan istrimu, Alexey. Prioritaskan Sofia juga."Aku meletakkan pisau dan garpuku hingga berdentang."Ibu, aku sudah memberinya peringatan. Kalau dia memang peduli padaku dan k

  • Aku Dan Tuan Duke   109. Pembunuh

    Dalam budaya pernikahan bangsawan-bangsawan Kekaisaran Levron, cuma bangsawan-bangsawan tertentu yang sudi mengeluarkan ribuan kepingan Lyrac untuk pernikahan mereka. Pernikahanku dengan Sofia cukup mewah. Menghabiskan nyaris dua juta keping Lyrac. Pesta yang cukup megah dan fantastis. Mengundang banyak tamu, makanan-makanan mewah dan hiburan yang luar biasa mahal.Aku ingat bagaimana surat kabar memberi predikat kepada pernikahanku dengan Sofia, masuk dalam sepuluh besar pernikahan termahal di sepanjang sejarah Kekaisaran Levron. Istana keluarga kekaisaran mengeluarkan biaya yang besar, ditambah pernikahan yang diadakan oleh keluargaku di kastil kami. Gabungan keduanya memiliki nilai yang fantastis.Aku ternganga dan terpana kepada jumlah akhir biaya yang telah Sofia habiskan untuk yang katanya pesta minum teh dan berbelanja

  • Aku Dan Tuan Duke   108. Fitnah

    Sudah seminggu kami tidak bicara. Tentu aku sudah mencoba untuk meminta maaf. Tapi dia selalu mengelak, tidak mau menemuiku. Saat malam hari pun aku tak diijinkan untuk masuk ke kamarnya. Jujur saja, ego jiwa mudaku masih menggelora. Aku tahu, dia tahu bahwa ini adalah salahnya. Aku pikir denganku yang juga diam seribu bahasa, dia akan menyesal dan meminta maaf kepadaku."Alexey, sebetulnya ada apa dengan kalian berdua?"Di suatu makan siang, ibu menegurku. Aku tengah menikmati semangkuk sup labu hangat bikinan Roman si juru masak."Tidak ada apa-apa Bu. Aku cuma sibuk saja di barak."Wajah Ibu cemas.Ini kesekian kalinya aku menghindari obrolan tentangku dan S

  • Aku Dan Tuan Duke   107. Ketakutan

    Dadaku kembang kempis di ruang kerjaku. Buku-buku yang berjajar rapi dengan sesak tak membuatku merasa lebih baik. Aku mengetuk-ketuk meja kayu pohon ek yang dipernis. Kaki kanan naik turun begitu cepat lebih dari irama detak jantung. Sesaat, bulir-bulir keringat jatuh di pelipis.Sejam yang lalu, pendeta yang dikirim oleh katedral di kota berdoa di kamar pengantin. Kubiarkan Sofia masih terlelap pagi-pagi subuh sekali. Matahari mulai bergemilang di langit. Pagi menjelang. Jam enam tepat.Seseorang membuka pintu."My lord, pendeta sudah selesai. Mereka ingin bertemu dengan Anda," Igor berucap di bawah rambut hitam yang mulai beruban.Tubuhku menegak saat para pria tua kombinasi dengan muda berduyun-duyun memasuki ruang kerjaku. Lima orang. Mereka memakai jubah hitam yang bersih rapi dan wangi. Ada pula yang pakai baju putih. Kurasa dia pendeta tertinggi di antara mereka.Mereka membungkuk kepadaku. Jantungku sudah tidak karuan.Aku berdiri,

  • Aku Dan Tuan Duke   106. Malam Pengantin

    Pesta pora pernikahan kami di istana Santo Peterkov begitu megah. Pesta itu jadi tajuk utama yang meriah bukan main di seluruh surat kabar seantero Kekaisaran Levron. Setelahnya aku dan istri baruku, kami juga mengadakan pesta di Kota Balazmir. Seisi kota mengadakan festival atas pernikahanku. Pesta rakyat yang begitu meriah. Tak kalah mewah juga pesta di kastilku. Rumahku bersama istriku, rumah baru Sofia Korzakov.Rangkaian pesta dan ritual pernikahan belum sepenuhnya usai. Ada satu hal lagi yang harus kami lakukan.Malam pengantin.Malam pengantin haruslah dilakukan oleh sepasang suami istri yang baru menikah. Pagi-pagi setelahnya para pendeta akan memeriksa dan memanjatkan doa-doa kuno untuk Bunda Suci, memberkati dan mensakralkan pernikahan kami. Itu juga akan meyak

  • Aku Dan Tuan Duke   105. Pernikahan

    Hari pernikahan.Langit pagi di atas Katedral Kazan di antara Biara Alexander Nevakov, nyaris tengah Kota Santo Peterkov cerah dan lembut, kubah emas dan lorong marmernya berkilauan, seolah mengetahui hari itu bukan hari biasa. Lonceng-lonceng katedral berdentang perlahan, suaranya bergema di antara deretan pohon burja dan air mancur berlapis emas yang menari mengikuti irama angin Sunga Niva.Di aula agung, cahaya matahari menembus jendela-jendela tinggi berbingkai emas, memantul pada kristal kandelir raksasa. Para bangsawan berdiri berbaris dalam busana terbaik, sutra gelap berhias lambang kadipaten, mantel bulu bertepi perak, dan gaun-gaun panjang berwarna mutiara. Aroma lilin lebah dan mawar musim semi memenuhi udara, bercampur wangi kayu tua katedral yang menyimpan ratusan tahun sejarah.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status