Putri Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.
Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.
Jika diperhatikan, tentulah Putri Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.
Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.
Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Putri Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.
Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.
Hakim mengetuk dua kali palu kecil di meja kayunya.
"Karena pihak penggugat dan tergugat telah hadir, kita mulai persidangan hari ini. Pihak penggugat, Her Highness Putri Sofia Romanov, menggugat His Grace Lord Alexey Korzakov, dalam kasus penganiayaan dan kekerasan rumah tangga."
Jantungku berdentum-dentum. Aku melirik Igor. Jemarinya berkait kencang.
"Berdasarkan bukti-bukti dan para saksi, juga penilaian hakim dan juri, maka Lord Alexey Korzakov dinyatakan bersalah dan terbukti atas penganiayaan dan kekerasan pada Putri Sofia Romanov."
Putri Sofia, wanita lembut itu tumpah ruah, menangis dan memeluk rekan di sebelahnya. Ia menangis pahit tapi terlihat bahagia. Kubu mereka bertepuk rius seketika. Sementara dari belakang sini, aku tak bisa melihat respon sang Duke. Pria itu masih duduk dengan punggung kakunya di samping Vadim.
Wajah seperti apa yang ia buat sekarang ini?
'Apa ... pria itu akan dipenjara? Apa orang sekuat Lord Korzakov akan dihukum dengan berat?'
Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras dalam kepalaku.
"Dengan ini ... Lord Alexey Korzakov menerima hukuman berupa denda sebesar seratus ribu keping Lyrac yang akan diberikan pada pihak penggugat, Putri Sofia Romanov."
Aku tertegun. Seratus ribu keping Lyrac?! Kau pasti bercanda. Uang sebanyak itu bagaimana mendapatkannya?!
"Hukuman kurungan selama tujuh tahun diperingan menjadi sebulan dan ditangguhkan. Mengingat jasa Lord Alexey Korzakov pada kekaisaran dan karena peperangan yang sedang berlangsung," lanjut hakim. "Dengan ini ... kasus telah ditutup."
Aku menggeleng-geleng setengah kagum. Hukuman tujuh tahun menjadi satu bulan. Beginikah kemewahan darah bangsawan kaya? Kalau orang-orang sepertiku atau rakyat jelata yang lain, pasti sudah dipenggal atau dibakar hidup-hidup setelah mencelakai seorang putri.
Lalu semua orang bangkit dari kursinya. Kubu Putri Sofia nampak gembira dan bersuka cita. Sementara Lord Korzakov ... ia bangkit dari kursinya dengan wajah penuh amarah, lebih dari hari kemarin. Ia melangkah jengkel dengan Vadim yang berusaha lari supaya bisa mengimbanginya.
"Keadilan bagi sang putri!" seru seseorang.
Aku dan Igor mengikuti mereka dari belakang.
Ketika kami menuruni tangga gedung pengadilan, dua kereta kuda keluarga Korzakov telah menunggu.
Vadim, pria dengan rambut klimis, muka culun serta kacamata tebal dan pakaian hitam-hitam membuka pintu kereta kuda untuk Lord Korzakov. Aku dan Igor masuk ke kereta kuda di belakangnya.
Saat duduk, Igor menghela berat dengan wajah kecewa.
"Hhhh. Pada akhirnya kita kalah juga. Siapa yang bisa melawan keluarga kekaisaran di pengadilan?" gumamnya sambil menekan jemari di dahi.
Ia terlihat lelah, bukan fisiknya, tapi mungkin mental dan pikirannya. Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lalui sampai ke titik ini.
Sebuah ketukan terdengar di pintu kereta yang telah kami tutup rapat. Igor membukanya.
"Ada apa Vadim?"
Pria culun itu memandang kami. "Lady Levitski diminta untuk menemani Tuan. Beliau ingin bicara," singkatnya.
Tulang belakangku terasa menggigil saat Vadim mengatakannya. Perutku dikocok-kocok oleh sesuatu hingga aku tak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menolak.
"Mari, lady," ucap Igor sopan. Pria itu sudah turun menengadahkan tangannya untuk membantuku keluar dari kereta kuda.
Suasana hatinya pasti sedang kacau. Aku harus apa?! Aku lihat mukanya tadi! Seperti iblis yang meronta-ronta di kekang besi neraka.
Tanpa sadar, tanganku gemetar saat meraih genggaman Igor. Mungkin pria tua itu juga bisa merasakan ujung-ujung jariku yang membeku.
Langkahku berat meski hanya beberapa meter ke kereta kuda di depan. Begitu mudahnya Igor membuka pintu kereta kuda itu. Aku melihat mata biru Lord Korzakov melirikku tajam. Wajahnya masih terlihat sangat jengkel.
"Masuk," ketusnya.
Hanya dengan perintah singkat itu, kakiku secepat kilat telah naik dan sedetik kemudian tubuhku masuk ke sarang singa. Aku takut jika menundanya lebih lama, dia bisa mengoyak daging kurusku.
Tak butuh waktu lama bagi kusir memacu kuda-kudanya. Roda mulai bergulir meninggalkan gedung pengadilan.
Yang tidak meninggalkan tempatnya adalah tatapan menyelidik Lord Korzakov padaku. Dia menyapukan pandangannya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Aku memilih untuk melihat keluar jendela dibandingkan membalas pria itu.
"Levitski," panggilnya. Aku menelan ludah dan terpaksa memandang pria itu.
"I-Iya my lord?"
Wajah pria itu memperlihatkan sebuah siluet apik, ditimpa cahaya emas sore yang mengintip dari jendela. Rambut pirangnya masih tertata rapi.
"Gaun itu masih muat padamu?"
Mata birunya menunjuk pada bajuku. Aku pun ikut menunduk dan meraba pandangan pada gaunku sendiri. Gaun hijau zamrud sederhana. Satu-satunya yang tak kujual untuk membayar utang. Modelnya pasti sudah ketinggalan jaman. Tapi ya ... ini gaun terbaikku.
Meskipun begitu, aku tidak paham maksud pria ini.
"M-Maksud Anda?"
Wajah Lord Korzakov begitu dingin.
"Kenapa kau memilih untuk memenuhi undanganku? Padahal kau pasti sudah dengar rumor di jalanan. Kau sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri soal putusan pengadilan."
Alisku mengerut. Bukankah sudah jelas? Mengapa ia harus bertanya.
"Saya ... hanya ingin menjual pabrik dan gudang saja, my lord. Tuduhan itu bukan urusan saya. Yang saya tahu, Anda adalah pebisnis ulung. Maka saya mengirimkan penawaran pada Anda."
Entah bagaimana, tapi air muka Lord Korzakov berubah. Alisnya terangkat menggurat sedikit rasa takjub. Ia tak setegang dan segalak tadi, meski masih getir dan dingin.
"Kau tahu aku ini pebisnis ulung, tapi kau mengirim penawaran itu padaku? Pabrik kaca dan gudangmu, tidak akan berarti apa-apa untukku."
"Ya ... tentu," lirihku. Mungkin nyaris tak terdengar karena suara roda kereta kuda yang menimpa kerikil jalanan. "Semenjak perang, Tsar Nikolai memutus hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan. Sedangkan ... bisnis kami adalah mengekspor produk olahan kaca ke negara-negara itu. Kami kesulitan mencari pembeli."
Aku menarik nafas dalam. Bersiap memuntahkan segala keluhanku delapan tahun belakangan ini.
"Yang paling mendapatkan keuntungan dari perang ini adalah Anda. Bukan begitu, Your Grace?"
Pertama kalinya aku melihat alis pria itu mengerut.
"Anda punya tambang permata, pabrik senjata, dan pasukan militer. Tentu Anda bisa menjadi kaya raya karena perang ini," kataku dengan nada iri.
"Kau benar," ucapnya sambil bersedekap. "Kau lihat hasil keputusan pengadilan kan? Vadim sudah bekerja sangat baik untukku. Aku hanya perlu membayar seratus ribu keping Lyrac pada Sofia dan hukuman penjaraku diperingan dan ditangguhkan."
'Hanya?!' batinku jengkel. Lima keping Lyrac saja aku harus menabung berbulan-bulan tahu! Itu sebabnya aku baru bisa ke ibukota untuk menemuimu.
"Tapi ... meski semua hukuman menjadi ringan. Aku kalah. Semua orang akan memakan bulat-bulat hal-hal buruk tentangku. Apa kau percaya bahwa aku telah memukuli Sofia?"
Aku belum menjawab. Kami memandang satu sama lain. Selama beberapa saat hanya hentakan kereta kuda saja yang terdengar.
"Lord Korzakov ... Anda adalah Dewa Perang Kekaisaran. Anda ... telah membunuh ribuan orang dalam perang. Kalau pun kenyataannya memang begitu, apa itu urusan saya?" tanyaku balik.
"Aku mempertaruhkan semua yang kumiliki untuk mendapat keadilan, Levitski. Turun temurun keluargaku dibesarkan oleh ksatria. Bahkan gelar bangsawan yang didapat oleh kakek buyutku juga karena dia telah menjadi ksatria yang diakui kekaisaran. Tuduhan itu telah melukai martabatku dan nama keluargaku. Bagaimana jika seorang pemimpin ksatria dan militer melakukan hal tercela seperti itu?"
"Anda sangat peduli dengan omong kosong di pergaulan kelas atas?"
Seketika Lord Korzakov mendelik padaku. Aku sudah memasang badan kalau-kalau aku menjadi Sofia kedua yang ia aniaya di kereta kuda ini.
"Omong kosong pergaulan kelas atas katamu? Cih!" tiba-tiba sebuah seringai terlihat mencemoohku. "Kau bilang begitu karena kau sudah tak punya apa-apa lagi, Levitski. Yang tersisa padamu hanya gelar semata."
Aku meremas rok. Sebuah rasa jengkel berkecamuk dalam dadaku. Nafasku mulai cepat.
"Anya Levitski, perawan tua yang tidak laku-laku. Anya Levitski, punya banyak utang. Anya Levitski, menjual adiknya pada bangsawan tua. Kau pikir aku tidak tahu cibiran orang-orang desa padamu? Apa kau yakin itu tidak mengganggumu?" Pria itu mengabsen.
Kepalaku telah jatuh tertunduk. Air mataku nyaris tumpah. Sekuat tenaga kutahan ucapan pedas itu, kini aku harus mendengarnya lagi. Meski sangat jengkel, aku tak bisa melawan ucapan Lord Korzakov. Yang kurasa hanya penyesalan setiap kali aku mengingat Seva.
Pria itu menghela nafas.
"Aku mempertaruhkan segalanya. Sedang kau ... tak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Oleh karena itu, aku ingin memberimu sebuah penawaran."
Batinku masih belum kering dari cemoohan yang ia ucapkan barusan. Perlahan ... aku mendongak. Aku sadar betul saat mata kami bertemu, dia menatapku begitu dalam dan kaku.
"Menikahlah denganku."
"Apa?!"
"Me-Menikah?!" pekikku hingga menarik tubuh.'Dengan monster sepertimu?!'"Aku mengundangmu ... bukan hanya karena akan membeli aset dan membebaskan dirimu dari utang. Tapi ... karena aku ingat namamu, Anya Levitski."Wajahku terkejut. Aku masih belum percaya pada apa yang barusan dia ucapkan.Menikah dengannya?! Yang benar saja! Laki-laki itu bisa memotong-motongku hingga tiga puluh bagian dan menyimpan cuilan-cuilannya di perkakas rumah. Apa dia tidak dengar putusan pengadilan tadi?! Kau menganiaya Putri Sofia, kawan!"Kau tidak ingat padaku?" tanya Lord Korzakov.Alisku mengerut. Aku meraba ke sudut kepalaku yang paling dalam. Aku tidak mungkin pernah bertemu orang ini. Pria seeksklusif Lord Korzakov, mana mungkin bangsawan kelas rendah sepertiku pernah bertemu dengannya.Kepalaku hanya bisa menggeleng pelan."Kita bertemu di Debyutanka, dua belas tahun lalu. Di istana kekaisaran. Gaun itu ... kau memakainya juga," ia menunjuk gaun zamrudku yang kuno. "Aku tidak mengira akan meliha
"Haaah ...," erangku berat.'Kenapa aku beli benda seperti ini sih?'Aku, Anya Levitski, telah menyetujui lamaran Lord Alexey Korzakov di atas kereta kuda sebulan lalu. Hanya semudah itu, dengan cap keluarga Korzakov, seluruh asetku telah berpindah tangan. Pabrik dan gudang. Aku menolak menjual mansion karena itu satu-satunya yang menjadi milikku. Semua berkas telah dibereskan oleh Vadim.Lord Korzakov telah membeli gudang dan pabrikku. Sekaligus membayarkan utang paman sebesar lima ribu keping Lyrac. Lalu, menurut kurator, pabrik dan gudangku hanya bisa dihargai dua ribu lima ratus keping Lyrac. Sedangkan Lord Korzakov memutuskan untuk membeli seharga tiga ribu keping Lyrac.Itu uang yang bisa kupakai selama berbulan-bulan. Aku bisa membeli sepetak tanah, rumah kecil, mungkin beberapa sapi dan domba. Tapi tidak. Dengan konyolnya telah kuhabiskan dalam sehari.Kini aku tengah memandangi benda itu. Kupegang di tangan.Sepasang cufflink tersemat di tempatnya, di kotak kecil yang dilapis
Aku tak menyangka, meski Igor hanya kepala pelayan, tapi dia seperti telah dididik dengan tata krama bangsawan. Sedang aku, sepertinya telah memiliki ingatan yang kabur soal bagaimana cara berjalan ala bangsawan. Mungkin karena pekerjaan kasar yang bertahun-tahun melekat dalam diriku hari demi hari ....Membuatku semakin mirip rakyat jelata.Pasti ... mereka juga berpikir hal yang sama. Mataku melirik canggung pada dua orang pelayan yang ada di samping kiri dan kananku. Mereka begitu tenang. Igor di depan kami memandu jalan.Kami menyusuri koridor kastil kediaman keluarga Korzakov yang mewah. Dindingnya dibalut permadani, sepertinya diimpor dari luar negeri. Lampu gantung begitu setia mencengkram langit-langit kastil. Belum lagi di atas sana terhampar lukisan bertema ksa
"Tuan ingin makan malam dengan Lady." Begitu kata Yulia.Kini aku sudah berada di meja makan dengan beberapa pelayan. Ini ruang makan yang sangat besar! Aku tidak yakin pernah berada di ruang makan seluas ini. Mejanya panjang dengan banyak sekali kursi. Mungkin dua puluh? Ada lampu gantung raksasa di sana.Kami semua menunggu Lord Korzakov, majikan nomor satu di kastil megah ini.Jantungku berdebar. Waktu terasa begitu lama kala aku menanti apa yang akan terjadi pada makan malam kami. Tak berapa lama kemudian, pintu ruang makan terbuka. Pria yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.Ketika Lord Korzakov melangkah, semua membungkuk. Sepatunya nyaris tak terdengar hentakan apapun. Aku tidak tahu apa aku juga harus
Apa barusan aku benar-benar mendengarnya?Bola mataku tak lagi tertancap pada bayangan di cermin, tapi pada Madam Petrov. Wanita gemuk nan ceria itu ... kecut."A-Apa ... maksud Anda,madam?""Apa Anda yakin dengan Tuan Duke?" tanyanya lagi. Begitu pelan. Aku yakin Yulia atau Elena yang sedang ikut menyiapkan pakaian lain tidak dengar."Memangnya kenapa?" bisikku juga."Jangan salah paham,my lady. Tapi ... saya juga membuat gaun untuk Her Royal Highness Prinsessa Sofia Romanov. Saya ... tidak ingin apa yang telah terjadi pada beliau, terjadi pada Anda," desis Madam Petrov cemas.
"Aku tak menyangka kau adalah wanita yang serakah," sindir Lord Korzakov lagi. Alisku mengerut bingung. "S-Saya ... tidak mengerti ...my lord." "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Anya Levitski? Uang? Kebahagiaan? Apa?" cecarnya. "Aku sudah melakukan semua syaratmu. Lalu kau seenaknya membatalkan begitu saja?" Kedua mata birunya memicing tajam. Tubuh kami berdua masih dekat. Dia tak berteriak padaku, tapi suaranya yang serak dan dalam membuatku merinding setengah mati. "Sa ... saya ...," aku kehabisan kata-kata. "Katakan padaku yang sebenarnya. Kau ingin mempermainkanku? Saat aku telah menyi
Paras yang rupawan, ia semakin terlihat gagah. Rambut emasnya rapi, wajahnya tak menyiratkan amarah atau hal yang menakutkan sama sekali. Ia begitu tenang. Yah ... wajar saja. Dia sudah pernah melakukan ini kan?Sedang aku, ini lumayan membuatku gugup.Di altar telah berdiri pendeta agung dengan baju yang paling ramai. Topinya yang tinggi dengan tunik putih dan bolero merah terlihat cukup mencolok.Saat aku tiba dan berdiri sejajar dengan Lord Korzakov musik dan paduan suara berhenti. Pendeta agung mulai berucap."Alexey Korzakov, apa Anda menerima wanita ini sebagai istri, dan hidup bersama dalam nama Tuhan, akan mencintainya, menghormatinya, dan menjaganya dalam sakit dan sehat, selama Anda hidup?"
"Aku tak menyangka kau bisa begitu," puji Lord Korzakov lagi."Aku hanya menjalankan apa yang tertulis pada perjanjian kita," simpulku. Kemudian membungkuk sedikit penuh kebanggaan. Lord Korzakov mengangguk-angguk sambil tersenyum geli."Tapi tadi itu baru permulaan. Bangsawan-bangsawan itu bisa lebih menyebalkan lagi. Count dan Countess Kaverin pernah terjerat kasus penggelapan upeti pada Tsar.""Begitu rupanya. Hari ini sebaiknya kita gencatan senjata untuk menghadapi orang-orang ini."Aku berdiri dari kursi. Setelah memberikan sapu tangan bekas air mata palsu pada Vadim, kami bersiap meninggalkan ruang serbaguna kediaman Korzakov.Lord Korzakov kembali mengg
Aku menghela napas. Aku tidak bisa pura-pura terkejut. Aku sudah tahu betul itu. Tetapi ... mengapa mendengarnya langsung dari bibir Alexey membuatku merasa sakit hati. Aku berusaha keras menahan perasaanku ini di depan Alexey. Aku berusaha tegar."Aku bersumpah demi Tuhan, Anya. Aku tidak pernah menyakitinya. Dia memutar semua itu di pengadilan, di pergaulan kelas atas," lirih Alexey.Kemudian, suamiku itu mulai bercerita.Prinsessa Sofia Romanov. Anak dari mendiang Boris Romanov, yang seharusnya menjadi pewaris tahta Kekaisaran Levron. Ayahnya meninggal karena sakit, kemudian ibunya yang depresi pun bunuh diri. Kejadian itu menyisakan Sofia Romanov seorang. Pamannya, yakni Tsar Nikolay Romanov pun mengambilnya untuk diasuh. Seperti seharusnya, karena mereka tidak punya
Aku, Vadim dan Alfred, kami tidak tahu apa yang telah terjadi pada Alexey. Kembali ke penjara istana Tsar juga rasanya bikin mual."Aku tidak bisa diam saja!" hardikku.Alfred berusaha menenangkan dan bahkan membungkam kami. Enak saja!"Tapi, my lady ... ini terjadi di bawah istana Tsar. Jika Anda gegabah, bisa-bisa Anda berurusan dengan keluarga Tsar."Tanganku meremas erat begitu jengkel hingga buku-buku jariku memutih."Seseorang harus bertanggung jawab! Mereka sudah menganiaya Alexey!""My lady," Vadim angkat bicara. Sedari tadi hanya aku dan Alfred yang cekcok. "Saya ingin bicara berdua dengan Anda."
Jam besuk usai. Sel penjara Alexey nampak lebih mewah ketimbang yang lain. Banyak barang-barang di sana yang bisa membuatnya hangat di ruang bawah tanah ini. Aku mendengar tahanan lain menggerutukan sumpah serapah kepadaku. Meskipun begitu, petugas sipir tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya mereka tahu siapa aku, siapa Alexey. Tentulah kami sudah sepatutnya dapat perlakuan super istimewa dari sipir istana Tsar.Namun bukan itu yang membuatku senang hingga membuatku berdebar tidak karuan. Sepanjang di kereta kuda, aku tidak bisa menahan diri senyum-senyum sendiri. Aku bahkan mendapat tatapan curiga dari Vadim. Apa ia menduga kalau aku tengah memikirkan siasat-siasat jahat untuk Alexey? Tak lama tatapan curiga itu pudar, saat kami sampai di rumah dan aku meminta Vadim dan Alfred menuliskan surat permintaan pembebasan Alexey dari tahanan di istana Tsar, dan mengembalikannya pada perin
Aku duduk di lantai sel dingin, memeluk lutut. Sedari tadi Alexey memanggil namaku, namun aku belum mau bicara. Jujur saja aku ingin pulang. Pulang ke mansionku di wilayah Barony Levitski. Menyendiri di kebun.Tapi ... jika aku melakukan itu, pria di sebelahku ini pasti akan merasa lebih buruk. Dia tahu aku sedang tidak ingin diajak bicara. Dia juga pada akhirnya cuma diam di sampingku."Dia memanggilmu Alex ya?" tanyaku.Alexey tidak berani menjawab. Kurasa jawabannya iya.Aku menarik napas berat."Dia ... sangat cantik ya. Dia sangat sempurna," gunamku lirih. Sedikit pedih juga."Tidak! Kau beribu-ribu k
Esok harinya, pagi-pagi saat jam besuk sudah buka, kami berbondong ke penjara bawah tanah. Membawa makanan, teko berisi teh panas, dan buku-buku untuk menghilangkan kebosanan Alexey di sini.Aku cuma balas menggalaki petugas setelah mereka menegurku karena membawa terlalu banyak barang ke sel.Kubilang, "Suamiku seharusnya adalah tahanan rumah! Bukan tahanan penjara untuk sel ini! Dia hanya suka rela untuk berdiam di sini! Jadi dia bukan tahananmu!"Dia jadi ciut setelah kugalaki. Beruntungnya Alfons juga selalu lengkap dengan surat-surat dari pengadilan. Ia menyerocos untuk menjelaskan bagaimana Alexey adalah bukan tahanan di sel ini.Di rumah tadi, Alfons menerangkan, jika ini bukan perintah dari pengadil
Aku belum pernah ke penjara ruang bawah tanah seumur hidupku. Sama sekali.Tempat ini temaram, nyaris sulit melihat apapun. Dingin dan lembap, serta pengap. Tidak ada apa-apa di tempat ini, tidak ada kasur, selimut, atau setidaknya tumpukan jerami yang bisa membuat lebih hangat. Hanya ada sebuah ember untuk buang air.Aku tidak pernah menyangka akan mendatangi tempat seperti ini. Di sinilah aku, berdiam duduk di lantai, menemani suamiku."Apa kau sudah makan?"Ia menggeleng pelan. "Kenapa?! Apa mereka tidak memberimu makan?"Ia hening.
"Bagaimana ini bisa terjadi?!" Aku berteriak sekuatku tanpa menahan diri. "Bukankah seharusnya suamiku adalah tahanan rumah?! Kenapa mereka membawanya?!"Vadim tertunduk. Masih meringis. Masih juga dengan tangannya yang memegangi es di dahi."Maafkan saya, my lady. Saya berusaha menghalau mereka, tapi saya malah dihajar. Padahal saya juga meminta surat perintah atau surat penahanan Tuan. Mereka menolak. Katanya saya bukan siapa-siapa. Hanya pengacara yang bisa membaca surat itu.""Lalu? Sudah? Begitu saja? Mereka membawanya pergi?!" Kali ini aku mendelik padanya."Pengawal kita juga mencoba melawan, tapi ... Tuan melarang kami. Tuan tidak ingin masalahnya jadi lebih besar lagi."
'Anya, istriku.Kau sedang apa? Di sini membosankan. Berisik sekali. Aku tidak tahu bagaimana orang-orang ini bertahan hidup. Mereka berteriak-teriak, dan kau tahu soal mobil yang Stepan berikan untuk kita? Mereka mulai memakainya di jalan-jalan. Ada pompa-pompa yang mereka pakai untuk membunyikan suara terompet yang melengking. Mereka menyebutnya klakson. Kemarin dari jendela aku melihat ada dua orang kaya bergulat di tepi jalan setelah mereka saling adu klakson. Menggelikan. Kalau kau ada di sini kau pasti akan mengata-ngatai mereka juga.Aku cuma bisa baca buku. Tidak ada hal lain yang bisa kulakukan. Rasanya aku bisa gila kalau begini terus. Aku ingin cepat pulang.'Surat yang singkat. Berhasil membuatku tersenyum. Aku bisa bilang dia memang baik-baik saja kalau bisa mengomel begini.'Aku harus balas apa ya?'Aku mengawang ke langit-langit seolah di atas sana ada contekan untuk suratku berikutnya. Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu."Elena, bisa kau panggil Igor?""Tentu, my lady."D
Kami menuju perjalanan pulang. Aku dan Seva sudah berjanji untuk sering-sering mengirim surat mulai sekarang. Alexey juga berpesan pada Maxim, supaya dia tak perlu segan untuk meminta bantuan apapun jika diperlukan.Aku lega. Rasanya seluruh beban di pundakku terangkat. Aku tidak pernah merasa seringan ini.Meskipun begitu, aku kepikiran dengan pertanyaan Seva waktu itu. Seva mungkin tidak tahu banyak hal, tapi yang jelas dia jauh lebih tahu soal cinta daripada aku.Apa aku mencintai Alexey?Aku meliriknya. Sedari tadi ia masih menggenggam tanganku. Pria itu memandang keluar jendela kereta kuda. Hari mulai sore. Mungkin sebentar lagi kami akan tiba di kediaman, di Kota Balazmir. Di kastil yang menjulang paling tingg