Putri Sofia masuk ke ruang persidangan. Ia memakai gaun biru pastel yang terlihat begitu elegan. Rambut emasnya dibiarkan jatuh bergelombang. Semua orang melihatnya datang. Bagai bidadari sekaligus simbol kecantikan kekaisaran.
Kalau aku laki-laki, aku pasti sudah naksir padanya. Ia cantik dan memukau. Sempurna. Ia berjalan anggun, tapi dengan wajah yang sendu.
Jika diperhatikan, tentulah Putri Sofia sangat cocok dengan Lord Korzakov. Keduanya rupawan, terlihat seperti bangsawan kelas atas, dan sama-sama memiliki status yang penting.
Semua mata tertuju pada wanita itu ... kecuali Lord Korzakov.
Punggungnya tak bergeming dan masih menatap ke depan. Setelah itu Putri Sofia dan beberapa orang duduk di kursi paling depan sebelah kiri.
Pengawal menutup pintu, dan persidangan pun dimulai. Udara di ruangan megah ini begitu mencekam. Begitu menegangkan. Igor di sampingku langsung duduk tegak. Bulir-bulir keringat menetes dari pelipisnya yang agak keriput. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.
Hakim mengetuk dua kali palu kecil di meja kayunya.
"Karena pihak penggugat dan tergugat telah hadir, kita mulai persidangan hari ini. Pihak penggugat, Her Highness Putri Sofia Romanov, menggugat His Grace Lord Alexey Korzakov, dalam kasus penganiayaan dan kekerasan rumah tangga."
Jantungku berdentum-dentum. Aku melirik Igor. Jemarinya berkait kencang.
"Berdasarkan bukti-bukti dan para saksi, juga penilaian hakim dan juri, maka Lord Alexey Korzakov dinyatakan bersalah dan terbukti atas penganiayaan dan kekerasan pada Putri Sofia Romanov."
Putri Sofia, wanita lembut itu tumpah ruah, menangis dan memeluk rekan di sebelahnya. Ia menangis pahit tapi terlihat bahagia. Kubu mereka bertepuk rius seketika. Sementara dari belakang sini, aku tak bisa melihat respon sang Duke. Pria itu masih duduk dengan punggung kakunya di samping Vadim.
Wajah seperti apa yang ia buat sekarang ini?
'Apa ... pria itu akan dipenjara? Apa orang sekuat Lord Korzakov akan dihukum dengan berat?'
Pertanyaan-pertanyaan itu mengalir deras dalam kepalaku.
"Dengan ini ... Lord Alexey Korzakov menerima hukuman berupa denda sebesar seratus ribu keping Lyrac yang akan diberikan pada pihak penggugat, Putri Sofia Romanov."
Aku tertegun. Seratus ribu keping Lyrac?! Kau pasti bercanda. Uang sebanyak itu bagaimana mendapatkannya?!
"Hukuman kurungan selama tujuh tahun diperingan menjadi sebulan dan ditangguhkan. Mengingat jasa Lord Alexey Korzakov pada kekaisaran dan karena peperangan yang sedang berlangsung," lanjut hakim. "Dengan ini ... kasus telah ditutup."
Aku menggeleng-geleng setengah kagum. Hukuman tujuh tahun menjadi satu bulan. Beginikah kemewahan darah bangsawan kaya? Kalau orang-orang sepertiku atau rakyat jelata yang lain, pasti sudah dipenggal atau dibakar hidup-hidup setelah mencelakai seorang putri.
Lalu semua orang bangkit dari kursinya. Kubu Putri Sofia nampak gembira dan bersuka cita. Sementara Lord Korzakov ... ia bangkit dari kursinya dengan wajah penuh amarah, lebih dari hari kemarin. Ia melangkah jengkel dengan Vadim yang berusaha lari supaya bisa mengimbanginya.
"Keadilan bagi sang putri!" seru seseorang.
Aku dan Igor mengikuti mereka dari belakang.
Ketika kami menuruni tangga gedung pengadilan, dua kereta kuda keluarga Korzakov telah menunggu.
Vadim, pria dengan rambut klimis, muka culun serta kacamata tebal dan pakaian hitam-hitam membuka pintu kereta kuda untuk Lord Korzakov. Aku dan Igor masuk ke kereta kuda di belakangnya.
Saat duduk, Igor menghela berat dengan wajah kecewa.
"Hhhh. Pada akhirnya kita kalah juga. Siapa yang bisa melawan keluarga kekaisaran di pengadilan?" gumamnya sambil menekan jemari di dahi.
Ia terlihat lelah, bukan fisiknya, tapi mungkin mental dan pikirannya. Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lalui sampai ke titik ini.
Sebuah ketukan terdengar di pintu kereta yang telah kami tutup rapat. Igor membukanya.
"Ada apa Vadim?"
Pria culun itu memandang kami. "Lady Levitski diminta untuk menemani Tuan. Beliau ingin bicara," singkatnya.
Tulang belakangku terasa menggigil saat Vadim mengatakannya. Perutku dikocok-kocok oleh sesuatu hingga aku tak bisa mengeluarkan kata-kata untuk menolak.
"Mari, lady," ucap Igor sopan. Pria itu sudah turun menengadahkan tangannya untuk membantuku keluar dari kereta kuda.
Suasana hatinya pasti sedang kacau. Aku harus apa?! Aku lihat mukanya tadi! Seperti iblis yang meronta-ronta di kekang besi neraka.
Tanpa sadar, tanganku gemetar saat meraih genggaman Igor. Mungkin pria tua itu juga bisa merasakan ujung-ujung jariku yang membeku.
Langkahku berat meski hanya beberapa meter ke kereta kuda di depan. Begitu mudahnya Igor membuka pintu kereta kuda itu. Aku melihat mata biru Lord Korzakov melirikku tajam. Wajahnya masih terlihat sangat jengkel.
"Masuk," ketusnya.
Hanya dengan perintah singkat itu, kakiku secepat kilat telah naik dan sedetik kemudian tubuhku masuk ke sarang singa. Aku takut jika menundanya lebih lama, dia bisa mengoyak daging kurusku.
Tak butuh waktu lama bagi kusir memacu kuda-kudanya. Roda mulai bergulir meninggalkan gedung pengadilan.
Yang tidak meninggalkan tempatnya adalah tatapan menyelidik Lord Korzakov padaku. Dia menyapukan pandangannya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas. Aku memilih untuk melihat keluar jendela dibandingkan membalas pria itu.
"Levitski," panggilnya. Aku menelan ludah dan terpaksa memandang pria itu.
"I-Iya my lord?"
Wajah pria itu memperlihatkan sebuah siluet apik, ditimpa cahaya emas sore yang mengintip dari jendela. Rambut pirangnya masih tertata rapi.
"Gaun itu masih muat padamu?"
Mata birunya menunjuk pada bajuku. Aku pun ikut menunduk dan meraba pandangan pada gaunku sendiri. Gaun hijau zamrud sederhana. Satu-satunya yang tak kujual untuk membayar utang. Modelnya pasti sudah ketinggalan jaman. Tapi ya ... ini gaun terbaikku.
Meskipun begitu, aku tidak paham maksud pria ini.
"M-Maksud Anda?"
Wajah Lord Korzakov begitu dingin.
"Kenapa kau memilih untuk memenuhi undanganku? Padahal kau pasti sudah dengar rumor di jalanan. Kau sudah lihat dengan mata kepalamu sendiri soal putusan pengadilan."
Alisku mengerut. Bukankah sudah jelas? Mengapa ia harus bertanya.
"Saya ... hanya ingin menjual pabrik dan gudang saja, my lord. Tuduhan itu bukan urusan saya. Yang saya tahu, Anda adalah pebisnis ulung. Maka saya mengirimkan penawaran pada Anda."
Entah bagaimana, tapi air muka Lord Korzakov berubah. Alisnya terangkat menggurat sedikit rasa takjub. Ia tak setegang dan segalak tadi, meski masih getir dan dingin.
"Kau tahu aku ini pebisnis ulung, tapi kau mengirim penawaran itu padaku? Pabrik kaca dan gudangmu, tidak akan berarti apa-apa untukku."
"Ya ... tentu," lirihku. Mungkin nyaris tak terdengar karena suara roda kereta kuda yang menimpa kerikil jalanan. "Semenjak perang, Tsar Nikolai memutus hubungan diplomasi dengan beberapa kerajaan. Sedangkan ... bisnis kami adalah mengekspor produk olahan kaca ke negara-negara itu. Kami kesulitan mencari pembeli."
Aku menarik nafas dalam. Bersiap memuntahkan segala keluhanku delapan tahun belakangan ini.
"Yang paling mendapatkan keuntungan dari perang ini adalah Anda. Bukan begitu, Your Grace?"
Pertama kalinya aku melihat alis pria itu mengerut.
"Anda punya tambang permata, pabrik senjata, dan pasukan militer. Tentu Anda bisa menjadi kaya raya karena perang ini," kataku dengan nada iri.
"Kau benar," ucapnya sambil bersedekap. "Kau lihat hasil keputusan pengadilan kan? Vadim sudah bekerja sangat baik untukku. Aku hanya perlu membayar seratus ribu keping Lyrac pada Sofia dan hukuman penjaraku diperingan dan ditangguhkan."
'Hanya?!' batinku jengkel. Lima keping Lyrac saja aku harus menabung berbulan-bulan tahu! Itu sebabnya aku baru bisa ke ibukota untuk menemuimu.
"Tapi ... meski semua hukuman menjadi ringan. Aku kalah. Semua orang akan memakan bulat-bulat hal-hal buruk tentangku. Apa kau percaya bahwa aku telah memukuli Sofia?"
Aku belum menjawab. Kami memandang satu sama lain. Selama beberapa saat hanya hentakan kereta kuda saja yang terdengar.
"Lord Korzakov ... Anda adalah Dewa Perang Kekaisaran. Anda ... telah membunuh ribuan orang dalam perang. Kalau pun kenyataannya memang begitu, apa itu urusan saya?" tanyaku balik.
"Aku mempertaruhkan semua yang kumiliki untuk mendapat keadilan, Levitski. Turun temurun keluargaku dibesarkan oleh ksatria. Bahkan gelar bangsawan yang didapat oleh kakek buyutku juga karena dia telah menjadi ksatria yang diakui kekaisaran. Tuduhan itu telah melukai martabatku dan nama keluargaku. Bagaimana jika seorang pemimpin ksatria dan militer melakukan hal tercela seperti itu?"
"Anda sangat peduli dengan omong kosong di pergaulan kelas atas?"
Seketika Lord Korzakov mendelik padaku. Aku sudah memasang badan kalau-kalau aku menjadi Sofia kedua yang ia aniaya di kereta kuda ini.
"Omong kosong pergaulan kelas atas katamu? Cih!" tiba-tiba sebuah seringai terlihat mencemoohku. "Kau bilang begitu karena kau sudah tak punya apa-apa lagi, Levitski. Yang tersisa padamu hanya gelar semata."
Aku meremas rok. Sebuah rasa jengkel berkecamuk dalam dadaku. Nafasku mulai cepat.
"Anya Levitski, perawan tua yang tidak laku-laku. Anya Levitski, punya banyak utang. Anya Levitski, menjual adiknya pada bangsawan tua. Kau pikir aku tidak tahu cibiran orang-orang desa padamu? Apa kau yakin itu tidak mengganggumu?" Pria itu mengabsen.
Kepalaku telah jatuh tertunduk. Air mataku nyaris tumpah. Sekuat tenaga kutahan ucapan pedas itu, kini aku harus mendengarnya lagi. Meski sangat jengkel, aku tak bisa melawan ucapan Lord Korzakov. Yang kurasa hanya penyesalan setiap kali aku mengingat Seva.
Pria itu menghela nafas.
"Aku mempertaruhkan segalanya. Sedang kau ... tak punya apa-apa lagi untuk dipertaruhkan. Oleh karena itu, aku ingin memberimu sebuah penawaran."
Batinku masih belum kering dari cemoohan yang ia ucapkan barusan. Perlahan ... aku mendongak. Aku sadar betul saat mata kami bertemu, dia menatapku begitu dalam dan kaku.
"Menikahlah denganku."
"Apa?!"
"Me-Menikah?!" pekikku hingga menarik tubuh.'Dengan monster sepertimu?!'"Aku mengundangmu ... bukan hanya karena akan membeli aset dan membebaskan dirimu dari utang. Tapi ... karena aku ingat namamu, Anya Levitski."Wajahku terkejut. Aku masih belum percaya pada apa yang barusan dia ucapkan.Menikah dengannya?! Yang benar saja! Laki-laki itu bisa memotong-motongku hingga tiga puluh bagian dan menyimpan cuilan-cuilannya di perkakas rumah. Apa dia tidak dengar putusan pengadilan tadi?! Kau menganiaya Putri Sofia, kawan!"Kau tidak ingat padaku?" tanya Lord Korzakov.Alisku mengerut. Aku meraba ke sudut kepalaku yang paling dalam. Aku tidak mungkin pernah bertemu orang ini. Pria seeksklusif Lord Korzakov, mana mungkin bangsawan kelas rendah sepertiku pernah bertemu dengannya.Kepalaku hanya bisa menggeleng pelan."Kita bertemu di Debyutanka, dua belas tahun lalu. Di istana kekaisaran. Gaun itu ... kau memakainya juga," ia menunjuk gaun zamrudku yang kuno. "Aku tidak mengira akan meliha
"Haaah ...," erangku berat.'Kenapa aku beli benda seperti ini sih?'Aku, Anya Levitski, telah menyetujui lamaran Lord Alexey Korzakov di atas kereta kuda sebulan lalu. Hanya semudah itu, dengan cap keluarga Korzakov, seluruh asetku telah berpindah tangan. Pabrik dan gudang. Aku menolak menjual mansion karena itu satu-satunya yang menjadi milikku. Semua berkas telah dibereskan oleh Vadim.Lord Korzakov telah membeli gudang dan pabrikku. Sekaligus membayarkan utang paman sebesar lima ribu keping Lyrac. Lalu, menurut kurator, pabrik dan gudangku hanya bisa dihargai dua ribu lima ratus keping Lyrac. Sedangkan Lord Korzakov memutuskan untuk membeli seharga tiga ribu keping Lyrac.Itu uang yang bisa kupakai selama berbulan-bulan. Aku bisa membeli sepetak tanah, rumah kecil, mungkin beberapa sapi dan domba. Tapi tidak. Dengan konyolnya telah kuhabiskan dalam sehari.Kini aku tengah memandangi benda itu. Kupegang di tangan.Sepasang cufflink tersemat di tempatnya, di kotak kecil yang dilapis
Aku tak menyangka, meski Igor hanya kepala pelayan, tapi dia seperti telah dididik dengan tata krama bangsawan. Sedang aku, sepertinya telah memiliki ingatan yang kabur soal bagaimana cara berjalan ala bangsawan. Mungkin karena pekerjaan kasar yang bertahun-tahun melekat dalam diriku hari demi hari ....Membuatku semakin mirip rakyat jelata.Pasti ... mereka juga berpikir hal yang sama. Mataku melirik canggung pada dua orang pelayan yang ada di samping kiri dan kananku. Mereka begitu tenang. Igor di depan kami memandu jalan.Kami menyusuri koridor kastil kediaman keluarga Korzakov yang mewah. Dindingnya dibalut permadani, sepertinya diimpor dari luar negeri. Lampu gantung begitu setia mencengkram langit-langit kastil. Belum lagi di atas sana terhampar lukisan bertema ksa
"Tuan ingin makan malam dengan Lady." Begitu kata Yulia.Kini aku sudah berada di meja makan dengan beberapa pelayan. Ini ruang makan yang sangat besar! Aku tidak yakin pernah berada di ruang makan seluas ini. Mejanya panjang dengan banyak sekali kursi. Mungkin dua puluh? Ada lampu gantung raksasa di sana.Kami semua menunggu Lord Korzakov, majikan nomor satu di kastil megah ini.Jantungku berdebar. Waktu terasa begitu lama kala aku menanti apa yang akan terjadi pada makan malam kami. Tak berapa lama kemudian, pintu ruang makan terbuka. Pria yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga.Ketika Lord Korzakov melangkah, semua membungkuk. Sepatunya nyaris tak terdengar hentakan apapun. Aku tidak tahu apa aku juga harus
Apa barusan aku benar-benar mendengarnya?Bola mataku tak lagi tertancap pada bayangan di cermin, tapi pada Madam Petrov. Wanita gemuk nan ceria itu ... kecut."A-Apa ... maksud Anda,madam?""Apa Anda yakin dengan Tuan Duke?" tanyanya lagi. Begitu pelan. Aku yakin Yulia atau Elena yang sedang ikut menyiapkan pakaian lain tidak dengar."Memangnya kenapa?" bisikku juga."Jangan salah paham,my lady. Tapi ... saya juga membuat gaun untuk Her Royal Highness Prinsessa Sofia Romanov. Saya ... tidak ingin apa yang telah terjadi pada beliau, terjadi pada Anda," desis Madam Petrov cemas.
"Aku tak menyangka kau adalah wanita yang serakah," sindir Lord Korzakov lagi. Alisku mengerut bingung. "S-Saya ... tidak mengerti ...my lord." "Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Anya Levitski? Uang? Kebahagiaan? Apa?" cecarnya. "Aku sudah melakukan semua syaratmu. Lalu kau seenaknya membatalkan begitu saja?" Kedua mata birunya memicing tajam. Tubuh kami berdua masih dekat. Dia tak berteriak padaku, tapi suaranya yang serak dan dalam membuatku merinding setengah mati. "Sa ... saya ...," aku kehabisan kata-kata. "Katakan padaku yang sebenarnya. Kau ingin mempermainkanku? Saat aku telah menyi
Paras yang rupawan, ia semakin terlihat gagah. Rambut emasnya rapi, wajahnya tak menyiratkan amarah atau hal yang menakutkan sama sekali. Ia begitu tenang. Yah ... wajar saja. Dia sudah pernah melakukan ini kan?Sedang aku, ini lumayan membuatku gugup.Di altar telah berdiri pendeta agung dengan baju yang paling ramai. Topinya yang tinggi dengan tunik putih dan bolero merah terlihat cukup mencolok.Saat aku tiba dan berdiri sejajar dengan Lord Korzakov musik dan paduan suara berhenti. Pendeta agung mulai berucap."Alexey Korzakov, apa Anda menerima wanita ini sebagai istri, dan hidup bersama dalam nama Tuhan, akan mencintainya, menghormatinya, dan menjaganya dalam sakit dan sehat, selama Anda hidup?"
"Aku tak menyangka kau bisa begitu," puji Lord Korzakov lagi."Aku hanya menjalankan apa yang tertulis pada perjanjian kita," simpulku. Kemudian membungkuk sedikit penuh kebanggaan. Lord Korzakov mengangguk-angguk sambil tersenyum geli."Tapi tadi itu baru permulaan. Bangsawan-bangsawan itu bisa lebih menyebalkan lagi. Count dan Countess Kaverin pernah terjerat kasus penggelapan upeti pada Tsar.""Begitu rupanya. Hari ini sebaiknya kita gencatan senjata untuk menghadapi orang-orang ini."Aku berdiri dari kursi. Setelah memberikan sapu tangan bekas air mata palsu pada Vadim, kami bersiap meninggalkan ruang serbaguna kediaman Korzakov.Lord Korzakov kembali mengg
Kami menuju perjalanan pulang. Aku dan Seva sudah berjanji untuk sering-sering mengirim surat mulai sekarang. Alexey juga berpesan pada Maxim, supaya dia tak perlu segan untuk meminta bantuan apapun jika diperlukan.Aku lega. Rasanya seluruh beban di pundakku terangkat. Aku tidak pernah merasa seringan ini.Meskipun begitu, aku kepikiran dengan pertanyaan Seva waktu itu. Seva mungkin tidak tahu banyak hal, tapi yang jelas dia jauh lebih tahu soal cinta daripada aku.Apa aku mencintai Alexey?Aku meliriknya. Sedari tadi ia masih menggenggam tanganku. Pria itu memandang keluar jendela kereta kuda. Hari mulai sore. Mungkin sebentar lagi kami akan tiba di kediaman, di Kota Balazmir. Di kastil yang menjulang paling tingg
Pipiku masih basah air mata, tapi bisa-bisanya Alexey punya pikiran seperti itu. Padahal barusan dia melihatku menangis hebat hingga sesenggukan. Dasar aneh.Aku tidak ingat kapan terakhir kali kami bercumbu atau bercinta. Sepertinya sudah lama sekali. Tapi di sinilah ia. Di tengah kunjunganku yang jauh dan melelahkan ke tempat adikku yang telah lama tidak bersua, dia malah merampas bibirku semena-mena.Kedua tangan Alexey menangkup wajahku, berusaha menguasaiku. Sementara bibirnya kian melumat seluruh mulutku. Aku tidak melawan, tentu saja. Meski ini begitu tiba-tiba, aku menikmatinya. Aku merindukan lelaki ini.Alexey melepas singkat ciuman kami. Ia memandangiku dekat."Manis," gumamnya. Kemudian ia kembali menciu
"Seorang janda menikahi ksatria dari bangsawan kelas rendah," ucap Seva luwes. "Aku sudah sering mendengar itu kok. Kalau mau bicara begitu, langsung saja. Aku tidak akan tersinggung, Your Grace~," cemooh Seva dengan nada memuakkan."Seva ... aku tidak-.""Lady Seva, aku sama sekali tidak mengungkapkan kalimat yang merendahkanmu, atau calon suamimu."Aku terkejut mendapati Alexey yang kian tenang. Sementara Maxim beringsut kebingungan. Aku juga mulai risau. Takut mereka berdua akan menghadapi apa yang mereka tidak ketahui soal Alexey. Bahwa dia adalah pria yang berbahaya."Aku tidak ada bedanya dengan Anda dan Kakak, Your Grace.""S-Seva ... apa maksudmu?"
"Kukira kau akan senang karena akan bertemu dengan adikmu," kata Alexey tiba-tiba."Maksudmu?""Kita sudah dua hari melakukan perjalanan jauh untuk datang ke pernikahan adikmu. Kukira kau akan senang."Tempat Seva memang jauh. Kediaman mereka dari wastuku di desa mungkin lebih jauh lagi. Seperti ada di ujung dunia. Bisa empat hari perjalanan. Sedangkan tempat Alexey sekarang hanya butuh dua hari."Bertahun-tahun aku tidak bertemu dengannya."Yang terdengar kini adalah suara derap kaki kuda yang riuh menjejak tanah. Mungkin hanya beberapa jam lagi kereta kuda kami beserta iring-iringan ksatria sampai di kediaman Marchioness Seva Gusev. Adikku.
'Untuk adikku terkasih, Marchioness Seva Gusev.'Penaku telah melumuri kertas putih begitu kontras, tetapi tanganku berhenti.Selepas Paman Dimitri ditangkap, diadili dan dicabut gelarnya, situasi memburuk. Mereka bilang saat pengadilan berlangsung, dia menyebut-nyebut namaku. Meneriak-neriakkannya hingga melengking dan bikin suara serak. Namun kuasa hukum keluarga kami melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia mewakiliku menjelaskan dan mengatakan segala yang diperlukan. Hingga aku sama sekali tidak perlu datang. Toh dari awal aku bukanlah tersangka.Meskipun begitu, aku dengar Alexey bicara pada Vadim tempo hari."Anya tidak boleh melihat orang itu lagi," begitu katanya. "Jangan pernah!"
Makan malam.Aku dan Alexey masih belum bicara. Rasanya aku sangat lelah. Badanku pegal-pegal.Dmitri dibawa ke rumah tahanan bangsawan untuk penyelidikan. Nampaknya kejadian ini begitu serius. Aku tahu bangsawan bisa dicabut gelarnya apabila mereka melakukan pengkhianatan atau kegiatan-kegiatan kriminal lainnya. Aku baru pertama kali melihat sendiri kasus berat yang membuat orang lain terancam dengan pencabutan gelar."Apa kau mengkhawatirkan pamanmu?" tanya Alexey. Sepertinya ia menatap iba padaku.Aku menggeleng pelan. "Tidak.""Kau tidak makan?"Aku menghela. Daging panggang di atas piring rasanya tida
Aku, Igor, Vadim, Alexey, Dmitri dan ... dua orang lagi yang kelihatannya sangat penting. Mereka adalah pegawai pemerintah, dari pengadilan.Dmitri begitu sumringah ketika dia tahu siapa orang-orang itu. Hanya dengan satu kalimat darinya, kami bisa langsung diseret ke gereja dan pengadilan untuk bercerai. Dia masih waliku."Saya tidak sangka kalau akan secepat ini, Your Grace. Apa Anda memang sangat buru-buru menginginkan restu dari saya?" katanya setengah mencemooh."Aku ingin menyelesaikan perkara aset-asetmu, Baron Levitski.""Tentu, tentu," jawab Dmitri dengan anggukan yang percaya diri. "Lebih cepat lebih baik. Aku tinggal tanda tangan untuk surat serah terimanya saja kan? Sesuai yang kita sepakati. Setelah itu
Entah sudah berapa lama aku cuma berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Gelisah. Bibirku merengut dengan kepalaku yang mungkin sudah berasap"Duh ... bagaimana ini," gumamku lirih."Apa ada yang bisa saya lakukan untuk Anda, my lady?" tanya Yulia menggugahku. Wajahnya yang kalem nampak seperti dia akan mematuhi perintahku tanpa pertanyaan."Hhh. Bukan apa-apa. Kau ... tidak perlu khawatir.""Apa ini soal paman Anda, my lady?"Kakiku berhenti dengan sendirinya, aku memandang Yulia lemas."Ya. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," keluhku lirih. "Aku cuma ingin dia segera pergi dari rumah ini. Aku t
"Apa maksudmu?! Aku berhutang?! Justru kaulah yang membuatku membayar semua utang-utang yang kau tinggalkan! Sementara kau kabur seperti pengecut!"Susah payah aku menahan suaraku agar tak berteriak di ruang tamu."Hehe. Kau kira aku orang bodoh, hah?" sindir Dmitri. "Kau kira kau bisa membodohiku? Kau pikir aku tidak tahu berapa nilai asetku jika dibandingkan dengan utang-utangku?" Dmitri mulai menaikkan suaranya padaku."Asetmu?!" pekikku jengkel. "Bunga utangmu membengkak! Mansion, gudang dan pabrik kita bahkan tidak bisa melunasi semuanya!" sanggahku. Aku sudah tidak bisa menahan diri. Kubiarkan Vadim yang sedari tadi berdiri di sudut ruang tamu mendengarku. Aku sudah masa bodoh. "Kerjamu cuma minum-minum dan berjudi!"