Cindy memandang pintu masuk dengan penuh harapan, tetapi tidak kunjung melihat kedatangan kereta sang Kaisar.Wajah kasim itu pucat pasi."Nyonya, Kasim Leonard menyampaikan bahwa Yang Mulia ... Yang Mulia kelelahan sejak pagi dan telah beristirahat. Beliau juga berpesan agar tidak ada yang boleh mengganggunya saat ini."Cristal terkejut."Kamu ini bodoh sekali! Apa kamu tidak menjelaskan bahwa Nyonya akan dipukuli?"Nyonya adalah kesayangan Yang Mulia, tentu tidak termasuk dalam larangan itu.Wajah Cindy memucat, tatapannya menusuk ke arah Kasim itu dengan penuh kebencian."Tidak berguna!"Pada saat yang genting, justru dia tidak bisa meminta bantuan Kaisar.Para pengawal istana saling pandang, lalu maju selangkah."Selir Terhormat, mohon maaf!"Ketika mereka akan datang dan menangkap Cindy, Cristal berteriak."Beraninya! Berani sekali kalian!"....Setengah jam kemudian.Cindy bersandar lemah di ranjang di dalam kamarnya.Cristal masuk, dia segera bertanya."Bagaimana dengan Yang Mul
Cindy yang biasanya begitu anggun dan menawan di hadapan Kaisar itu berubah menjadi menantang di hadapan Ratu."Maaf, Hamba datang terlambat.""Semua karena Kaisar sangat menyayangi Hamba, sehingga berpesan berkali-kali sebelum mengizinkan Hamba datang kemari."Nabila menatap dingin, tanpa ekspresi."Sampaikan pada Kaisar, dia tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga Selir Terhormat dengan baik."Dia menekankan kata "menjaga".Cindy sama sekali tidak takut, dia menutup mulutnya dan tertawa kecil, suaranya merdu seperti lonceng."Apakah Ratu lupa? Tadi pagi, Kaisar baru saja berpesan, agar Ratu dapat memimpin dengan baik, dan tidak sembarangan menghukum orang."Setelah itu, dia melewati Ratu dan duduk di bawah tenda peristirahatan, dikelilingi oleh para dayangnya.Para selir lainnya mengamati tindakan Selir Terhormat, melihatnya bertindak demikian, mereka pun melakukan hal yang sama.Ratu hanya menyuruh mereka berlatih di lapangan berkuda, tanpa menuntut hasil yang spesifik.Akibatnya, sa
Di sisi timur lapangan berkuda, Yohan dan Pangeran Rio berdiri berdampingan, seakan baru saja tiba di tempat itu.Felicia segera mengingatkan Jihan untuk melakukan penghormatan.Keduanya mendekati Yohan, suaranya lembut bagaikan awan."Hamba memberi salam, Yang Mulia."Pangeran Rio juga membalas dengan hormat kepada keduanya."Hamba memberi hormat kepada kedua Selir."Tatapannya selalu hangat dan penuh senyum, menunjukkan sikap yang ramah.Pandangan Yohan tertuju ke arah di mana Ratu menunggang kuda, lalu tertuju pada kedua wanita di hadapannya."Silakan berdiri."Felicia dengan anggun mundur ke belakangnya.Jihan memanfaatkan kesempatan langka ini dengan penuh semangat."Yang Mulia, apakah Anda juga datang untuk berkuda?"Yohan tidak menjawabnya, melainkan langsung berjalan melewatinya.Pangeran Rio mengikutinya dari belakang."Kedua Selir, satu tenang dan anggun, satu lagi lincah dan ceria, Yang Mulia benar-benar beruntung."Yohan mengerutkan kening, "Iri? Besok aku akan menjodohkanm
Yang Mulia sudah lama pergi setelah para selir berlari keluar.Mereka benar-benar menyesal.Kalau saja tidak malas, mungkin mereka masih dapat bertemu dengan Yang Mulia.Begitu langka kesempatan untuk dapat bertemu dengan Yang Mulia.Setelah semua orang pergi, hanya Cindy yang masih tetap tinggal di sana.Dia tidak sama dengan para selir lainnya yang begitu rakus.Dia dapat bertemu dengan Yang Mulia kapan saja dia mau, selama Cindy menginginkannya.Jihan tak bisa menahan kata-katanya lagi. Dia dengan tidak sabar ingin memberitahukan pada semua orang tentang hal itu.Berita itu menyebar begitu cepat. Makin menyebar, isi berita itu makin tidak dapat terkendali. Penuh dengan kebohongan.Hal itu tentu membuat iri para selir yang jarang bertemu dengan Yang Mulia.Lebih baik mencoba peruntungan di lapangan berkuda daripada hanya berdiam diri di kamar kosong.Keesokan harinya, para selir sudah tiba di lapangan berkuda meski belum tiba waktu untuk latihan.Hari terus berlalu, tapi Yang Mulia t
Cristal adalah orang kepercayaan Cindy. Dia begitu pintar.Dia mencoba menerka-nerka, "Ratu pasti ketakutan karena Nyonya ada di lapangan berkuda. Karena bila Yang Mulia datang, sudah jelas akan memperhatikan Nyonya dibanding yang lain."Cindy begitu percaya diri."Meskipun aku tidak berada di sana, Yang Mulia tidak akan memperhatikan mereka."Namun, sebenarnya Cindy juga merasa lelah karena hampir tiap hari dia harus pergi ke Lapangan Berkuda.Beberapa hari kemudian.Nabila pergi mencari pengelola Lapangan Berkuda karena ingin menanyakan sesuatu.Pengelola itu menjawab dengan tenang."Nyonya, akhir-akhir ini banyak orang yang berlatih Jurus Kecepatan Angin. Sesuai dengan instruksi Anda, Hamba memberikan sedikit petunjuk kepada mereka apabila mereka menemui kesulitan dalam berlatih.""Tapi, yang paling berbakat adalah Selir Jihan. Dia belajar dengan cepat dan bekerja keras. Hampir setiap malam dia diam-diam berlatih di sini."Nabila pun mengerti. Dia melambaikan tangannya menyuruh peng
Seorang pria memakai jubah sutra merah gelap yang sedang menghadapi pukulan Nabila itu tampak sangat mencolok.Dia terdorong mundur oleh kekuatan telapak tangan Nabila, dia yang hampir terluka lalu segera berteriak."Hei Yolo! Sialan! Aku hanya menyapamu, tidak perlu terlalu serius bisa tidak?"Nabila sedikit memiringkan kepalanya."Siapa yang sial?"Pria itu menggesekkan kakinya di tanah, memohon ampun dengan tergesa-gesa, "Ya, ya, aku yang sial!"Nabila baru saja ingin menarik kembali telapak tangannya.Dengan gerakan cepat, dia menutup pintu ruangan pribadi itu.Nabila dan mereka sudah saling mengenal sejak lama.Dia melepaskan tali yang mengikat Lukas dan menarik kain robek yang menyumpal mulutnya.Setelah bebas dari ikatan, Lukas menarik napas dalam-dalam."Yolo, bukan aku yang tak mengingatkanmu, tapi dia yang terlalu licik. Dia terus mengikutiku sepanjang jalan dan akhirnya menyergapku."Pria berpakaian merah itu pun langsung duduk di tepi jendela, angin sepoi-sepoi meniup rambu
Yohan yang biasanya sangat suka pergi ke lapangan berkuda kerajaan, tapi jika harus melihat pertunjukan para selir, dia sama sekali tidak tertarik.Namun, Ibu Suri tiba-tiba datang dan mengundangnya secara langsung."Yang Mulia sedang sibuk dengan urusan pemerintahan, seharusnya aku tidak mengganggu.""Tetapi akhir-akhir ini banyak desas-desus mengenai ketidakharmonisan antara kita berdua, demi stabilitas istana dan kerajaan, rasanya perlu untuk mengatasi hal ini.""Bagaimana jika kita memanfaatkan kesempatan hari ini untuk berjalan bersama?"....Lapangan berkuda kerajaan.Ibu Suri memandang beberapa selir yang sedang menunggang kuda, senyum tak pernah pudar dari wajahnya.Mereka begitu gigih berusaha demi mendapatkan perhatian sang Kaisar, betapa keras perjuangan mereka."Yang Mulia, kamu sangat mahir dalam berkuda. Menurutmu, apakah ada yang salah dalam cara mereka?"Yohan memasang wajah serius, matanya tertuju pada seorang selir yang sedang berjalan mendekat dengan menuntun kudanya
Cindy tampak seperti seorang pengintai, matanya memancarkan kecemburuan.Sebelumnya, tidak peduli berapa banyak rumor yang didengarnya, ataupun berapa lama Kaisar tidak datang ke Paviliun Dharma Senja, dia tetap yakin bahwa Kaisar tidak mungkin menyukai Selir Jihan.Tak disangka, dia melihat Jihan yang menjadi pusat perhatian dan melihat Jihan dipanggil menghadap Kaisar.Cindy yang berdiri di tempat yang teduh, kedua tangannya menggenggam erat, jantungnya berdegap kencang.Terhadap orang yang tidak disukainya, Kaisar tidak akan berpura-pura bersikap baik.Dia akan langsung pergi, atau menyuruh Jihan untuk pergi.Namun, sudah selama ini, Jihan masih ada di sana."Nyonya, di luar anginnya kencang, bagaimana kalau kembali ke Paviliun Dharma Senja saja?" tanya Cristal dengan suara pelan.Cindy sedang tidak dalam suasana hati yang baik.Jika terus di sini, takutnya akan sulit mengontrol emosi.Cindy pun bertanya dengan nada dingin dan tajam."Apakah benar cara berkuda Selir Jihan sangat mir