Seorang pria memakai jubah sutra merah gelap yang sedang menghadapi pukulan Nabila itu tampak sangat mencolok.Dia terdorong mundur oleh kekuatan telapak tangan Nabila, dia yang hampir terluka lalu segera berteriak."Hei Yolo! Sialan! Aku hanya menyapamu, tidak perlu terlalu serius bisa tidak?"Nabila sedikit memiringkan kepalanya."Siapa yang sial?"Pria itu menggesekkan kakinya di tanah, memohon ampun dengan tergesa-gesa, "Ya, ya, aku yang sial!"Nabila baru saja ingin menarik kembali telapak tangannya.Dengan gerakan cepat, dia menutup pintu ruangan pribadi itu.Nabila dan mereka sudah saling mengenal sejak lama.Dia melepaskan tali yang mengikat Lukas dan menarik kain robek yang menyumpal mulutnya.Setelah bebas dari ikatan, Lukas menarik napas dalam-dalam."Yolo, bukan aku yang tak mengingatkanmu, tapi dia yang terlalu licik. Dia terus mengikutiku sepanjang jalan dan akhirnya menyergapku."Pria berpakaian merah itu pun langsung duduk di tepi jendela, angin sepoi-sepoi meniup rambu
Yohan yang biasanya sangat suka pergi ke lapangan berkuda kerajaan, tapi jika harus melihat pertunjukan para selir, dia sama sekali tidak tertarik.Namun, Ibu Suri tiba-tiba datang dan mengundangnya secara langsung."Yang Mulia sedang sibuk dengan urusan pemerintahan, seharusnya aku tidak mengganggu.""Tetapi akhir-akhir ini banyak desas-desus mengenai ketidakharmonisan antara kita berdua, demi stabilitas istana dan kerajaan, rasanya perlu untuk mengatasi hal ini.""Bagaimana jika kita memanfaatkan kesempatan hari ini untuk berjalan bersama?"....Lapangan berkuda kerajaan.Ibu Suri memandang beberapa selir yang sedang menunggang kuda, senyum tak pernah pudar dari wajahnya.Mereka begitu gigih berusaha demi mendapatkan perhatian sang Kaisar, betapa keras perjuangan mereka."Yang Mulia, kamu sangat mahir dalam berkuda. Menurutmu, apakah ada yang salah dalam cara mereka?"Yohan memasang wajah serius, matanya tertuju pada seorang selir yang sedang berjalan mendekat dengan menuntun kudanya
Cindy tampak seperti seorang pengintai, matanya memancarkan kecemburuan.Sebelumnya, tidak peduli berapa banyak rumor yang didengarnya, ataupun berapa lama Kaisar tidak datang ke Paviliun Dharma Senja, dia tetap yakin bahwa Kaisar tidak mungkin menyukai Selir Jihan.Tak disangka, dia melihat Jihan yang menjadi pusat perhatian dan melihat Jihan dipanggil menghadap Kaisar.Cindy yang berdiri di tempat yang teduh, kedua tangannya menggenggam erat, jantungnya berdegap kencang.Terhadap orang yang tidak disukainya, Kaisar tidak akan berpura-pura bersikap baik.Dia akan langsung pergi, atau menyuruh Jihan untuk pergi.Namun, sudah selama ini, Jihan masih ada di sana."Nyonya, di luar anginnya kencang, bagaimana kalau kembali ke Paviliun Dharma Senja saja?" tanya Cristal dengan suara pelan.Cindy sedang tidak dalam suasana hati yang baik.Jika terus di sini, takutnya akan sulit mengontrol emosi.Cindy pun bertanya dengan nada dingin dan tajam."Apakah benar cara berkuda Selir Jihan sangat mir
Meskipun Cindy bisa berkuda, tapi dia sudah lama tidak menunggang kuda.Sebelum menunjukkan penampilannya kepada Kaisar, dia juga perlu berlatih terlebih dahulu. Satu-satunya tempat di dalam istana yang bisa digunakan untuk berkuda adalah lapangan kuda kerajaan."Apa kamu bilang? Nyonya-ku tidak diizinkan masuk?" wajah Cristal penuh dengan ketidakpercayaan.Bisa-bisanya pengurus di lapangan kuda kerajaan ini, berani menghalangi Cindy.Di pintu masuk lapangan kuda kerajaan.Pengurusnya mengerutkan wajah, tampak kesulitan."Nyonya, sungguh bukan karena Hamba tidak mengizinkan, tetapi ini adalah perintah dari atas, Hamba tidak bisa menentang perintah itu!"Wajah Cindy penuh dengan kekesalan.Apakah masih ada tempat di dalam harem yang tidak bisa dia masuki?Soal ini tidak seharusnya dia yang mengatakannya.Cristal maju dan menanyakan."Beberapa hari lalu Nyonya bisa masuk, mengapa hari ini tidak bisa? Siapa yang membuat aturan ini?"Pengurus itu mengelap keringatnya."Ya ... Ini adalah pe
Cindy tidak memedulikan Nabila, malah langsung bermanja-manja dengan Kaisar."Yang Mulia, Anda tahu kemampuan berkuda Hamba."Yohan dengan wajah tampannya memandang Nabila dengan tatapan yang sangat dingin."Kemampuan berkudanya jauh melampaui orang-orang itu. Ratu, Anda terlalu khawatir."Nabila seolah tampak santai."Kalau begitu, Selir Terhormat tidak perlu mengikuti seleksi. Sepuluh hari lagi, langsung ikut pertandingan polo."Cindy merasa tidak senang.Tujuan dia berlatih berkuda untuk menyenangkan Kaisar, bukan untuk mengikuti pertandingan polo."Yang Mulia, Hamba tidak mau!"Nabila juga terus bersikap tegas."Kalau begitu, kita hanya bisa menunggu sampai pertandingan polo berakhir!""Kamu ...."Cindy yang marah tapi tidak bisa mengeluarkannya, hanya bisa meminta bantuan pada Kaisar.Di luar Ruang Kerja Istana.Sifa yang melihat Nabila keluar dan segera menyambutnya."Nyonya, apakah semuanya baik-baik saja?"Nabila tampak tenang dan santai."Tambahkan nama Selir Terhormat di perta
Nabila sangat jarang menaiki kuda, kebanyakan dia hanya menonton dari pinggir.Hari ini, saat latihan hampir selesai, Pangeran Rio datang ke arena berkuda."Hamba memberi hormat pada Ratu."Biasanya Pangeran Rio selalu datang bersama Kaisar.Nabila refleks melihat ke arah belakangnya, tapi tidak melihat sosok Kaisar."Hari ini hanya Hamba yang datang." Pangeran Rio tersenyum, memberikan kesan lembut seperti angin sejuk setelah hujan.Nabila mengangguk sebagai balasan, kemudian mengarahkan pandangannya ke kejauhan. Ke arah beberapa selir yang sedang menunggang kuda.Dia kira Pangeran Rio akan pergi setelah menyapa, tapi dia malah berdiri di sampingnya dan mulai mengobrol."Ratu sudah bekerja keras, jika dibutuhkan Hamba akan membawa Yang Mulia untuk sering datang ke sini."Sifa sedikit terkejut, tampaknya Pangeran Rio tidak bercanda. Sorotan matanya selalu tampak lembut dan ramah."Tidak perlu." Nabila menolak dengan tegas, bahkan tidak menoleh ke arah Pangeran Rio.Pangeran Rio sedikit
Setelah beberapa hari pelatihan, pertandingan polo pun tiba sesuai yang dijadwalkan.Di bangku penonton, Kaisar duduk di tengah, sementara sang Ratu duduk di sebelah kanannya, dan yang lainnya duduk secara berurutan.Pangeran Rio yang tampak puas dan kagum.Ini adalah pertama kalinya istana mengadakan pertandingan polo, Ratu benar-benar sudah berusaha keras.Saat berbicara, dia sedikit melirik ke arah Kaisar.Yohan hanya diam membeku."Ini memang pertama kalinya. Jika dibandingkan dengan para Ratu lainnya dari keluarga Feno, ini memang belum pernah terjadi sebelumnya."Orang-orang yang hadir dapat mendengar ketidakpuasan Kaisar terhadap ratunya.Untuk mengalihkan suasana, Ibu Suri hanya bisa tersenyum lembut dan memuji."Ratu memiliki pemikiran yang cermat, pertandingan polo ini pasti akan sangat menarik."Yohan mengernyitkan alisnya sedikit, jelas tidak setuju dengan pernyataan Ibu Suri.Pangeran Rio tidak lagi berkomentar, dia hanya mengambil gelas di depannya dan meneguk dalam diam.
Pertandingan polo pun dimulai, para selir yang berpartisipasi mengenakan pakaian berkuda, memasuki arena sambil menunggang kuda.Ibu Suri dengan santai membuka suara."Memang menyenangkan menjadi muda, mereka terlihat sangat berbeda dari biasanya. Tidak seperti selir di dalam istana, mereka lebih mirip seorang jenderal wanita!"Bibi Asih membungkuk menyetujui."Ibu Suri adalah ibu bagi seluruh negeri, Kaisar sangat bijaksana, tentu saja istana ini tempat yang nyaman untuk tinggal."Yohan melirik ke arena, jaraknya terlalu jauh sehingga dia tidak bisa melihat dengan jelas.Wajah tampannya sulit dibaca, antara senang dan marah."Ibu Suri hanya bercanda.""Selama ratusan tahun, Negara Naki belum pernah memiliki seorang jenderal wanita."Pangeran Rio mengangkat gelasnya."Berkat Kaisar, Negara Naki diberkati tanah yang subur dan orang-orang yang berbakat.""Hamba yakin, tidak lama lagi, Negara Naki akan memiliki seorang jenderal wanita. Dia akan membuka jalan bagi Negara Naki dan menaklukk