Hayu memasuki ruang barunya dengan santai. Hari ini dia datang lebih pagi karena harus memastikan bahwa dia datang lebih dulu dati atasan. Begitulah kebiasaannya selama ini saat bekerja dengan bos besar. Letak ruangan itu memang didesign berdekatan dengan general manager, ruangan Tama. Sehingga memudahkan jika ada keperluan satu dengan yang lain.Hayu menadapatkan kuncinya tadi saat berpamitan di ruang HRD. Dia berpelukan lama dengan Vita dan mengucapkan banyak terima kasih karena selama ini telah banyak membantunya.Vita juga sama, mengucapkan terima kasih karena insiden kontraksinya di kantor malah mendekatkan gadis itu dengan Bayu, sehingga kini mereka berpacaran.Hayu membuka kunci dan kaget saat seseorang menyapa. "Pagi, Na.""Pagi, Pak.""Panggi nama aja, Tama. Gak enak dipanggil bapak," kata lelaki itu santai dengan kedua tangan di saku celana. Matanya tak lepas menatap Hayu lekat dari ujung rambut hingga ke kaki. Dulu, wanita ini berpenampilan lugu dan polos. Mungkin lama
Hayu menatap suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi dan memilih pakaian. Entah mengapa wajahnya selalu merona jika melihat pemandangan itu. Aksa dengan cueknya hanya mengenakan boxer sambil mengelap rambut yang basah. Bibirnya bahkan melantunkan lagu suka-suka. Sejak kecelakaan tubuhnya jadi lebih berisi dan terdapat timbunan lemak di beberapa bagian. Kulitnya juga menjadi lebih putih karena jarang terkena sinar matahari. Tangan lelaki itu mencari sesuatu di dalam lemari dan memilih baju apa yang akan dikenakan hari ini. "Gimana, cocok gak?" Dia mengeluarkan sebuah kemeja putih dan celana kain berwarna hitam, lalu memakainya dengan pelan."Kamu mau kemana?" tanya Hayu saat melihat suaminya malah bersiap hendak pergi, padahal mereka tidak ada rencana kemana-mana. Ini weekend dan dia ingin istirahat di rumah. Semenjak menjadi sekretaris Tama, pekerjaan memang menumpuk. Lelaki itu cukup berambisi hendak mengubah beberapa kebijakan perusahaaan. Mungkin karena dia masih muda. B
Sudah 1 bulan ini Hayu bekerja menjadi sekretarisnya, dan lelaki itu diam-diam memperhatikan. Sejak dulu, wanita itu memang pintar dan cekatan. Itulah alasan kenapa dia jatuh hati dan cinta masa remaja mereka tumbuh subur."Pagi," jawab Hayu saat lelaki itu masuk ke ruangannya. Padahal jika memang dia ada keperluan, bisa saja disampaikan lewat telepon seperti bos besar dulu. Hayu merasa, diam-diam lelaki itu ingin mendekatinya lagi. "Pagi, Na. Seger banget hari ini." Matanya berkeliaran menatap dan memperhatikan penampilan wanita itu. Dia berjalan mendekat sehingga tubuh mereka hampir tak berjarak. "Segerlah, biar semangat kerja," jawabnya sambil menyusun laporan yang sedikit berantakan di meja."Habis ngapain tadi malam?" pancing Tama yang membuat wajah Hayu berubah.Lelaki itu merasa tak enak hati dan sedikit menyesal karena telah mengucapkan itu. Maksudnya ingin mendekatkan diri, tapi salah berkata ternyata. "Mau tau aja. Rahasia suami istri," jawabnya sambil tersenyum.Ucapann
Hayu menunggu di lobby hotel sementara Tama sedang berdiri di depan resepsionis dan mengambil kunci kamar mereka.Tadi sepanjang perjalanan di travel, suasana hening karena Hayu tak mau berbicara kepada lelaki itu.Penerbangan Tama dan penerbangannya berbeda dan selisih waktunya satu jam lebih. Itu berarti lelaki itu sengaja menunggunya datang dan bukannya langsung ke hotel yang sudah di booking.Lagipula kenapa dia masuk ke bagian bagasi dan mengambilkan koper. Lelaki itu pasti menyogok petugas bandara sehingga bisa masuk kembali. "Ayo." Dia menyerahkan sebuah kunci kepada Hayu.Wanita itu berdiri dan mengambilnya, lalu berjalan menuju lift. "Buru-buru banget? Bareng, dong," ucap Tama sambil mensejajari langkahnya. Hayu tak menanggapi dan memencet tombol lift yang tak lama terbuka. Mereka langsung masuk ke dalam dan secara bersamaan memencet tombol lantai.Hayu menarik jemarinya namun malah digenggam Tama. Lelaki itu menatap sambil tersenyum."Aku juga lantai 3. Kamar kita sebelah
Hayu membuang wajah dan melanjutkan makan saat Tama menyebut kembali kenangan masa lalu. Bagi setiap insan yang pernah jatuh cinta, semua yang pertama itu memang selalu indah dan berkesan, bukan? Lelaki itu memang cinta pertama dan juga orang pertama yang menyentuh bibirnya. Masa-masa itu tak akan terlupakan, namun kini mereka sudah memiliki masa depan yang berbeda jalan."Kok diam?" tanya Tama sambil melirik wanita itu berkali-kali. Apa tadi dia salah bicara? Bukankah memang dia orang pertama bagi Hayu. "Aku mau tambah boleh?" tanya Hayu, sengaja pura-pura tak mendengar ucapannya tadi, juga malas membahas itu terus. Tama memanggil pelayan dan meminta tambahan. Sedikit kecewa saat menyinggung itu dan Hayu tak merespons sama sekali. Lelaki itu berharap jika sang mantan mau mengulang masa indah mereka walaupun cuma satu minggu ini.Dia tak berniat mengajak wanita itu selingkuh, tapi masa' Hayu sama sekali tak ingin bersenang-senang di momen seperti ini? Entah pikiran kotor apa yang b
Kedatangan mereka di kantor cabang Surabaya mendapat sambutan yang baik. Tama, dianggap salah satu pengusaha muda dan sukses di usia yang belum mencapai 30 tahun.Didampingi Hayu dia melakukan presentasi sebagai studi banding untuk kemajuan cabang mereka.Tugas Hayu disini adalah merekap semua hasil diskusi dan menyerahkannya, untuk Tama olah kembali sebagai laporan kepada atasan mereka.Lalu mereka juga melakukan survey ke beberapa divisi untuk melihat sejauh mana perkembangan yang terjadi di cabang ini. Lelaki itu merasa bahwa cabang pusat sangat lambat dalam menyerap informasi terkini mengingat manager yang lama kurang kooperatif dan komunikatif dengan bawahan."Good. Kerja kamu bagus." Tama memandang salinan yang diserahkan Hayu saat mereka sudah selesai dan duduk santai di sebuah kedai kopi dalam mall.Hayu mengucap syukur jika memang itu benar adanya. Selama bekerja di kantor ini, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik."Thanks. Setelah ini apa sesi kunjungan sudah selesai
Setelah selesai makan, mereka berdua hendak berpamitan pulang. Hayu sendiri akan mengurus kepulangannya besok. Dia tak betah berada di kota ini terlalu lama.Bayangan Ammar selalu menghiasi pelupuk mata, hingga Hayu begitu gelisah selama melakukan pertemuan."Loh, kok buru-buru?""Hayu besok kembali ke Jakarta, Pak. Dia hanya beberapa hari disini," jawab Tama meyakinkan."Oh, begitu. Pasti sudah kangen keluarga, ya.""Iya, Pak. Kangen anak sama suami," ucapnya sengaja menekankan kata-kata itu. "Kalau begitu, kita bersulang dulu sebelum Hayu pulang." Lelaki paruh baya itu memanggil pelayan dan meminta agar disediakan minuman.Hayu merasa serba salah kalau begini. Dia tahu apa maksud dari kata-kata itu. Bersulang itu berarti akan ada minuman beralkohol yang disajikan.Dia cukup lama tinggal di luar negeri jadi tahu kebiasaan dan kata-kata itu. Sang bos cabang maju ke depan dan mengambil microphone."Baiklah semua, terima kasih kami ucapkan karena kehadiran rekan sekalian. Ini bukan pe
Aksa sejak tadi gelisah menunggu di bandara. Hayu melepon pagi-pagi dan mengatakan bahwa dia akan pulang hari ini.Lelaki itu bertanya mengapa istrinya pulang cepat dari jadwal yang sudah diinfokam sebelumnya. Hayu hanya menjawab bahwa tugasnya selesai dan tidak ikut touring bersama yang lain.Flight yang ditumpangi Hayu berada di jam 9 pagi. Pada saat di check out dari hotel, petugas resepsionis merasa heran, karena kamar sudah di booking untuk 7 hari ke depan. Hayu beralasan bahwa ada urusan keluarga sehingga dia tidak bisa berlama-lama. Dia juga meminta bantuan pihak hotel untuk mencarikan taksi sehingga tak perlu repot menunggu.Bagaimana dengan Tama? Dia tak peduli sama sekali. Setelah kejadian malam kemarin, Hayu memblokir nomor lelaki itu agar tak menghubunginya.Besok, dia akan menghadap ke ruangan bos besar untuk mengajukan resign, atau paling tidak meminta untuk dipindahkan ke divisi lain supaya jangan berhubungan lagi dengan lelaki itu. "Sa!" Wanita itu melambaikan tanga