Hayu menunggu di lobby hotel sementara Tama sedang berdiri di depan resepsionis dan mengambil kunci kamar mereka.Tadi sepanjang perjalanan di travel, suasana hening karena Hayu tak mau berbicara kepada lelaki itu.Penerbangan Tama dan penerbangannya berbeda dan selisih waktunya satu jam lebih. Itu berarti lelaki itu sengaja menunggunya datang dan bukannya langsung ke hotel yang sudah di booking.Lagipula kenapa dia masuk ke bagian bagasi dan mengambilkan koper. Lelaki itu pasti menyogok petugas bandara sehingga bisa masuk kembali. "Ayo." Dia menyerahkan sebuah kunci kepada Hayu.Wanita itu berdiri dan mengambilnya, lalu berjalan menuju lift. "Buru-buru banget? Bareng, dong," ucap Tama sambil mensejajari langkahnya. Hayu tak menanggapi dan memencet tombol lift yang tak lama terbuka. Mereka langsung masuk ke dalam dan secara bersamaan memencet tombol lantai.Hayu menarik jemarinya namun malah digenggam Tama. Lelaki itu menatap sambil tersenyum."Aku juga lantai 3. Kamar kita sebelah
Hayu membuang wajah dan melanjutkan makan saat Tama menyebut kembali kenangan masa lalu. Bagi setiap insan yang pernah jatuh cinta, semua yang pertama itu memang selalu indah dan berkesan, bukan? Lelaki itu memang cinta pertama dan juga orang pertama yang menyentuh bibirnya. Masa-masa itu tak akan terlupakan, namun kini mereka sudah memiliki masa depan yang berbeda jalan."Kok diam?" tanya Tama sambil melirik wanita itu berkali-kali. Apa tadi dia salah bicara? Bukankah memang dia orang pertama bagi Hayu. "Aku mau tambah boleh?" tanya Hayu, sengaja pura-pura tak mendengar ucapannya tadi, juga malas membahas itu terus. Tama memanggil pelayan dan meminta tambahan. Sedikit kecewa saat menyinggung itu dan Hayu tak merespons sama sekali. Lelaki itu berharap jika sang mantan mau mengulang masa indah mereka walaupun cuma satu minggu ini.Dia tak berniat mengajak wanita itu selingkuh, tapi masa' Hayu sama sekali tak ingin bersenang-senang di momen seperti ini? Entah pikiran kotor apa yang b
Kedatangan mereka di kantor cabang Surabaya mendapat sambutan yang baik. Tama, dianggap salah satu pengusaha muda dan sukses di usia yang belum mencapai 30 tahun.Didampingi Hayu dia melakukan presentasi sebagai studi banding untuk kemajuan cabang mereka.Tugas Hayu disini adalah merekap semua hasil diskusi dan menyerahkannya, untuk Tama olah kembali sebagai laporan kepada atasan mereka.Lalu mereka juga melakukan survey ke beberapa divisi untuk melihat sejauh mana perkembangan yang terjadi di cabang ini. Lelaki itu merasa bahwa cabang pusat sangat lambat dalam menyerap informasi terkini mengingat manager yang lama kurang kooperatif dan komunikatif dengan bawahan."Good. Kerja kamu bagus." Tama memandang salinan yang diserahkan Hayu saat mereka sudah selesai dan duduk santai di sebuah kedai kopi dalam mall.Hayu mengucap syukur jika memang itu benar adanya. Selama bekerja di kantor ini, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik."Thanks. Setelah ini apa sesi kunjungan sudah selesai
Setelah selesai makan, mereka berdua hendak berpamitan pulang. Hayu sendiri akan mengurus kepulangannya besok. Dia tak betah berada di kota ini terlalu lama.Bayangan Ammar selalu menghiasi pelupuk mata, hingga Hayu begitu gelisah selama melakukan pertemuan."Loh, kok buru-buru?""Hayu besok kembali ke Jakarta, Pak. Dia hanya beberapa hari disini," jawab Tama meyakinkan."Oh, begitu. Pasti sudah kangen keluarga, ya.""Iya, Pak. Kangen anak sama suami," ucapnya sengaja menekankan kata-kata itu. "Kalau begitu, kita bersulang dulu sebelum Hayu pulang." Lelaki paruh baya itu memanggil pelayan dan meminta agar disediakan minuman.Hayu merasa serba salah kalau begini. Dia tahu apa maksud dari kata-kata itu. Bersulang itu berarti akan ada minuman beralkohol yang disajikan.Dia cukup lama tinggal di luar negeri jadi tahu kebiasaan dan kata-kata itu. Sang bos cabang maju ke depan dan mengambil microphone."Baiklah semua, terima kasih kami ucapkan karena kehadiran rekan sekalian. Ini bukan pe
Aksa sejak tadi gelisah menunggu di bandara. Hayu melepon pagi-pagi dan mengatakan bahwa dia akan pulang hari ini.Lelaki itu bertanya mengapa istrinya pulang cepat dari jadwal yang sudah diinfokam sebelumnya. Hayu hanya menjawab bahwa tugasnya selesai dan tidak ikut touring bersama yang lain.Flight yang ditumpangi Hayu berada di jam 9 pagi. Pada saat di check out dari hotel, petugas resepsionis merasa heran, karena kamar sudah di booking untuk 7 hari ke depan. Hayu beralasan bahwa ada urusan keluarga sehingga dia tidak bisa berlama-lama. Dia juga meminta bantuan pihak hotel untuk mencarikan taksi sehingga tak perlu repot menunggu.Bagaimana dengan Tama? Dia tak peduli sama sekali. Setelah kejadian malam kemarin, Hayu memblokir nomor lelaki itu agar tak menghubunginya.Besok, dia akan menghadap ke ruangan bos besar untuk mengajukan resign, atau paling tidak meminta untuk dipindahkan ke divisi lain supaya jangan berhubungan lagi dengan lelaki itu. "Sa!" Wanita itu melambaikan tanga
Mata lelaki paruh baya itu menatap sang bawahan dengan heran. Mencoba mencari kepastian apakah ini serius atau sedang bercanda."Jadi kamu benar-benar ingin resign?""Iya, kalau saya tidak dipindahkan ke divisi lain," jawab Hayu tegas. Pagi-pagi dia ke kantor padahal tubuhnya masih lelah karena perjalanan yang cukup jauh. "Alasan ingin dipindah ke divisi lain?""Karena saya tidak sanggup mengerjakan laporan yang cukup banyak. Bapak kan tahu Pak Tama sedang merevisi banyak aturan, sehingga tugas saya juga bertambah," jawab Hayu tenang.Tak mungkin juga dia membeberkan perbuatan Tama yang hendak menodainya. Hayu masih berusaha menutupi."Kamu kan bisa atur waktu. Kalau memang terlalu banyak beban yang seharusnya bukan tuga kamu, bicarakan dengan atasan secara baik-baik."Wanita itu menarik napas panjang. Lalu memberanikan diri untuk berbicara dengan lantang."Pak. Saya punya baby dan suami yang sakit. Bukannya bermaksud tidak profesional, tapi jika memang masih harus menjadi sekretari
"Bisa kamu menghadap saya sebentar?" Hayu mengiyakan lalu menutup panggilan, menarik napas dalam dan mencoba menenangkan hati.Bos besar pasti sudah menceritakan perihal permintaannya untuk mengajukan mutasi atau pengunduran diri, sehingga Tama perlu memanggil untuk memperjelas."Ya. Masuk." Suara lelaki itu terdengar dingin."Ada apa?" tanya Hayu tanpa basa-basi."Duduk dulu. Kita bicarakan."Hayu menarik kursi dan meletakkan tubuhnya sambil sedikit bersandar. Sejak kejadian itu, dia selalu memakai pakaian yang lebih tertutup. Celana kain panjang juga blouse yang sedikit longgar.Laki-laki jika sudah jatuh cinta, mau wanita berpakaian tertutup sekalipun, tetap saja mempengaruhinya. "Kamu mau bicara apa?""Soal permintaan kamu untuk pindah divisi," kata Tama dengan tenang."So?""Apa kamu yakin?""Tentu saja. Aku rasa memang sebaiknya begitu supaya harga diri tidak terancam," jawab Hayu. Sebenarnya dia malas berbasa-basi dengan orang yang sudah melecehkannya.Tama tersenyum pahit sa
Hari berganti, tak terasa kini saatnya Aksa kembali meneruskan pendidikannya yang sempat terlantar karena kecelakaan. Pagi-pagi saat Ammar masih tertidur, mereka bersiap-siap. Jam 5 subuh Hayu membangunkan suaminya. Namun, tubuhnya malah ditarik dan didekap mesra."Bangun," bisik Hayu karena mata Aksa masih saja terpejam."Udah, nih.""Buka matanya.""Males.""Jangan gitu. Katanya mau kuliah.""Aku masih mau meluk kamu. Lagian ini masih gelap," racaunya dengan mata terpejam. "Aku antar sekalian ke kampus. Jadi Mama Rani gak usah keluar. Kasiah mama udah capek ngurus Ammar, masa mau antar kamu juga," jelas Hayu. Dekapan Aksa semakin erat sehingga napasnya terasa sedikit sesak."Tapi, ini dulu. Baru aku mau buka mata." Lelaki itu menunjuk bibirnya. Aksa memang manja dan suka iseng. Jadi, kali Hayu ingin membalas. Diambilnya sebuah boneka monyet dan disentuhkannya ke bibir sang suami.Aksa yang menyadari itu langsung membuaka mata dan merubah posisi sehingga istrinya kini berada di