Aksa sejak tadi gelisah menunggu di bandara. Hayu melepon pagi-pagi dan mengatakan bahwa dia akan pulang hari ini.Lelaki itu bertanya mengapa istrinya pulang cepat dari jadwal yang sudah diinfokam sebelumnya. Hayu hanya menjawab bahwa tugasnya selesai dan tidak ikut touring bersama yang lain.Flight yang ditumpangi Hayu berada di jam 9 pagi. Pada saat di check out dari hotel, petugas resepsionis merasa heran, karena kamar sudah di booking untuk 7 hari ke depan. Hayu beralasan bahwa ada urusan keluarga sehingga dia tidak bisa berlama-lama. Dia juga meminta bantuan pihak hotel untuk mencarikan taksi sehingga tak perlu repot menunggu.Bagaimana dengan Tama? Dia tak peduli sama sekali. Setelah kejadian malam kemarin, Hayu memblokir nomor lelaki itu agar tak menghubunginya.Besok, dia akan menghadap ke ruangan bos besar untuk mengajukan resign, atau paling tidak meminta untuk dipindahkan ke divisi lain supaya jangan berhubungan lagi dengan lelaki itu. "Sa!" Wanita itu melambaikan tanga
Mata lelaki paruh baya itu menatap sang bawahan dengan heran. Mencoba mencari kepastian apakah ini serius atau sedang bercanda."Jadi kamu benar-benar ingin resign?""Iya, kalau saya tidak dipindahkan ke divisi lain," jawab Hayu tegas. Pagi-pagi dia ke kantor padahal tubuhnya masih lelah karena perjalanan yang cukup jauh. "Alasan ingin dipindah ke divisi lain?""Karena saya tidak sanggup mengerjakan laporan yang cukup banyak. Bapak kan tahu Pak Tama sedang merevisi banyak aturan, sehingga tugas saya juga bertambah," jawab Hayu tenang.Tak mungkin juga dia membeberkan perbuatan Tama yang hendak menodainya. Hayu masih berusaha menutupi."Kamu kan bisa atur waktu. Kalau memang terlalu banyak beban yang seharusnya bukan tuga kamu, bicarakan dengan atasan secara baik-baik."Wanita itu menarik napas panjang. Lalu memberanikan diri untuk berbicara dengan lantang."Pak. Saya punya baby dan suami yang sakit. Bukannya bermaksud tidak profesional, tapi jika memang masih harus menjadi sekretari
"Bisa kamu menghadap saya sebentar?" Hayu mengiyakan lalu menutup panggilan, menarik napas dalam dan mencoba menenangkan hati.Bos besar pasti sudah menceritakan perihal permintaannya untuk mengajukan mutasi atau pengunduran diri, sehingga Tama perlu memanggil untuk memperjelas."Ya. Masuk." Suara lelaki itu terdengar dingin."Ada apa?" tanya Hayu tanpa basa-basi."Duduk dulu. Kita bicarakan."Hayu menarik kursi dan meletakkan tubuhnya sambil sedikit bersandar. Sejak kejadian itu, dia selalu memakai pakaian yang lebih tertutup. Celana kain panjang juga blouse yang sedikit longgar.Laki-laki jika sudah jatuh cinta, mau wanita berpakaian tertutup sekalipun, tetap saja mempengaruhinya. "Kamu mau bicara apa?""Soal permintaan kamu untuk pindah divisi," kata Tama dengan tenang."So?""Apa kamu yakin?""Tentu saja. Aku rasa memang sebaiknya begitu supaya harga diri tidak terancam," jawab Hayu. Sebenarnya dia malas berbasa-basi dengan orang yang sudah melecehkannya.Tama tersenyum pahit sa
Hari berganti, tak terasa kini saatnya Aksa kembali meneruskan pendidikannya yang sempat terlantar karena kecelakaan. Pagi-pagi saat Ammar masih tertidur, mereka bersiap-siap. Jam 5 subuh Hayu membangunkan suaminya. Namun, tubuhnya malah ditarik dan didekap mesra."Bangun," bisik Hayu karena mata Aksa masih saja terpejam."Udah, nih.""Buka matanya.""Males.""Jangan gitu. Katanya mau kuliah.""Aku masih mau meluk kamu. Lagian ini masih gelap," racaunya dengan mata terpejam. "Aku antar sekalian ke kampus. Jadi Mama Rani gak usah keluar. Kasiah mama udah capek ngurus Ammar, masa mau antar kamu juga," jelas Hayu. Dekapan Aksa semakin erat sehingga napasnya terasa sedikit sesak."Tapi, ini dulu. Baru aku mau buka mata." Lelaki itu menunjuk bibirnya. Aksa memang manja dan suka iseng. Jadi, kali Hayu ingin membalas. Diambilnya sebuah boneka monyet dan disentuhkannya ke bibir sang suami.Aksa yang menyadari itu langsung membuaka mata dan merubah posisi sehingga istrinya kini berada di
Setelah negosiasi yang cukup alot, akhirnya Hayu resmi pindah divisi dan kembali kw bagian administrasi sesuai permintaannya. Namun, Tama menolak Vita sebagai gantinya. Lelaki itu memilih calon lain sebagai sekretarisnya. Aksa sendiri sudah mulai aktif di kampus dan sesekali datang ke kantor papa."Bapak." Nisa tersenyum saat melihat bosnya datang setelah sekian lama. Terakhir mereka bertemu saat acara aqiqah Ammar dan Aksa tahu bahwa Nisa sudah berbohong dengan mengatakan bahwa mereka adalah kekasih."Saya hanya sebentar untuk mengambil barang-barang yang tertinggal," ucapnya. "Loh kenapa?""Saya sudah tidak berkantor disini."Wajah gadis itu seketika menjadi murung. Aksa sengaja mengabaikannya dan memasukkan beberapa benda yang memang dia perlukan untuk dibawa."Tapi, Pak. Gimana dengan hubungan kita? Bapak gak pernah balas pesan saya. Baca juga gak."Aksa mengernyitkan dahi."Kita gak punya hubungan apa-apa selama ini kecuali hubungan kerja. Jadi, berhentilah bersandiwara atau
Selama di kantor, pikiran Hayu tidak tenangn Aksa yang berjanji akan memberikan kabar hanya menelepon sebentar. Saat makan siang, Vita bertanya karena melkhat gelagat yang tidak biasa dari sahabatnya itu. "Kamu kayaknya banyak pikiran..Boleh sharing kalau mau.""Aksa berangkat ke Bali. Katanya studi tour. Tapi kok perginya sama cewek. Udah gitu aps aku cek ke kampus katanya gak ada tour.""Terus lu curiga?""Pasti. Soalnya itu cewek nge-chat sebelum keberangkatan dan minta suamiku cepat karena takut telat.""Laki-laki kadang memang suka merahasiakan sesuatu. Bayu juga," kata Vita."Perasaan aku gak enak.""Kamu berpikiran postif aja. Gak usah aneh-aneh.""Tapi ini benar-benar mencurigakan. Aku tanya mama mertua juga gak tahu. Kata mama, Aksa cuma bilang izin gak kuliah beberapa hari terus mau keluar kota.""Susah juga kalau begini. Aku aja kadang sebel kalau Bayu begitu."Mereka masih saling berbagi ceriga ketika seseorang berdiri mendekati sambil membawa nampan makanan."Pak Tama?"
Aksa dengan penuh percaya diri berdiri di depan beberapa orang yang sedang menilai hasil gambarnya.Dengan pelan dia menjelaskan satu persatu secara rinci. Apa saja yang ditonjolkan dalam gambar yang dia rancang. "Kami meminta konsep tradisional. Biasanya arsitek lain akan membuat design ruang berwarna cokelat atau hitam. Mengapa Anda memilih biru gelap?"Aksa menarik napas sebelum menjawab. "Karena warna itu sudah pasaran. Elemen cokelat baiknya kita pakai pada perabotan. Untuk dinding tetap memakai biru.""Tapi tisak sinkron?""Kita bermain di lampu. Bisa juga di-combine dengan biru laut. Mungkin lukisan pewayangan bisa memberikan kesan lebih tradisional. Design yang saya bikin ini untuk lobby, bukan kamar." jelasnya tenang. Jika gugup maka semua akan berantakan."Baiklah. Berapa budget yang Anda tawarkan untuk satu ruang lobby ini?" Aksa menyebutkan nominal angka setelah melakukan survey harga bahan bangunan.""Apa Anda yakin?""Tentu saja. Untuk furniture kita bisa memanfaatkan
Mata lelaki itu berkaca-kaca saat dipanggil kembali dan dinyatakan lolos. Aksa diminta ikut bergabung dalam proyek pembuatan hotel ini.Setitik air matanya menetes karena Tuhan mengabulkan apa yang biatkan dengan tulus. Membahagiakan Hayu dengan hasil usaha sendiri."Kapan Saya harus bergabung, Pak?" tanya lelaki itu."Awal bulan depan kita mulai proyeknya.""Kira-kira berapa lama, Pak?""Dua bulan bahkan bisa jadi lebih.""Anda siap?""Ya, Pak. Saya siap. Cuma memang harus izin keluarga dan curi kuliah.""Kamu memang berbakat. Padahal belum punya gelar.""Memang suka gambar dari kecil, Pak." Aksa mengucapkan itu dengan mantap hati, sehingga semua orang di ruangan itu benar-benar yakin akan kinerjanya."Kami memilih Anda karena design-nya yang unik juga berani dan tidak seperti yang beredar dipasaran."Aksa mengucap syukur berulang kali dalam hati dan akhirnya keluar ruangan dengan hati lega. Saat pintu tertutup, dia bersujud di lantai dengan bercucuran air mata karena tak kuasa mena