Kedatangan mereka di kantor cabang Surabaya mendapat sambutan yang baik. Tama, dianggap salah satu pengusaha muda dan sukses di usia yang belum mencapai 30 tahun.Didampingi Hayu dia melakukan presentasi sebagai studi banding untuk kemajuan cabang mereka.Tugas Hayu disini adalah merekap semua hasil diskusi dan menyerahkannya, untuk Tama olah kembali sebagai laporan kepada atasan mereka.Lalu mereka juga melakukan survey ke beberapa divisi untuk melihat sejauh mana perkembangan yang terjadi di cabang ini. Lelaki itu merasa bahwa cabang pusat sangat lambat dalam menyerap informasi terkini mengingat manager yang lama kurang kooperatif dan komunikatif dengan bawahan."Good. Kerja kamu bagus." Tama memandang salinan yang diserahkan Hayu saat mereka sudah selesai dan duduk santai di sebuah kedai kopi dalam mall.Hayu mengucap syukur jika memang itu benar adanya. Selama bekerja di kantor ini, dia selalu berusaha memberikan yang terbaik."Thanks. Setelah ini apa sesi kunjungan sudah selesai
Setelah selesai makan, mereka berdua hendak berpamitan pulang. Hayu sendiri akan mengurus kepulangannya besok. Dia tak betah berada di kota ini terlalu lama.Bayangan Ammar selalu menghiasi pelupuk mata, hingga Hayu begitu gelisah selama melakukan pertemuan."Loh, kok buru-buru?""Hayu besok kembali ke Jakarta, Pak. Dia hanya beberapa hari disini," jawab Tama meyakinkan."Oh, begitu. Pasti sudah kangen keluarga, ya.""Iya, Pak. Kangen anak sama suami," ucapnya sengaja menekankan kata-kata itu. "Kalau begitu, kita bersulang dulu sebelum Hayu pulang." Lelaki paruh baya itu memanggil pelayan dan meminta agar disediakan minuman.Hayu merasa serba salah kalau begini. Dia tahu apa maksud dari kata-kata itu. Bersulang itu berarti akan ada minuman beralkohol yang disajikan.Dia cukup lama tinggal di luar negeri jadi tahu kebiasaan dan kata-kata itu. Sang bos cabang maju ke depan dan mengambil microphone."Baiklah semua, terima kasih kami ucapkan karena kehadiran rekan sekalian. Ini bukan pe
Aksa sejak tadi gelisah menunggu di bandara. Hayu melepon pagi-pagi dan mengatakan bahwa dia akan pulang hari ini.Lelaki itu bertanya mengapa istrinya pulang cepat dari jadwal yang sudah diinfokam sebelumnya. Hayu hanya menjawab bahwa tugasnya selesai dan tidak ikut touring bersama yang lain.Flight yang ditumpangi Hayu berada di jam 9 pagi. Pada saat di check out dari hotel, petugas resepsionis merasa heran, karena kamar sudah di booking untuk 7 hari ke depan. Hayu beralasan bahwa ada urusan keluarga sehingga dia tidak bisa berlama-lama. Dia juga meminta bantuan pihak hotel untuk mencarikan taksi sehingga tak perlu repot menunggu.Bagaimana dengan Tama? Dia tak peduli sama sekali. Setelah kejadian malam kemarin, Hayu memblokir nomor lelaki itu agar tak menghubunginya.Besok, dia akan menghadap ke ruangan bos besar untuk mengajukan resign, atau paling tidak meminta untuk dipindahkan ke divisi lain supaya jangan berhubungan lagi dengan lelaki itu. "Sa!" Wanita itu melambaikan tanga
Mata lelaki paruh baya itu menatap sang bawahan dengan heran. Mencoba mencari kepastian apakah ini serius atau sedang bercanda."Jadi kamu benar-benar ingin resign?""Iya, kalau saya tidak dipindahkan ke divisi lain," jawab Hayu tegas. Pagi-pagi dia ke kantor padahal tubuhnya masih lelah karena perjalanan yang cukup jauh. "Alasan ingin dipindah ke divisi lain?""Karena saya tidak sanggup mengerjakan laporan yang cukup banyak. Bapak kan tahu Pak Tama sedang merevisi banyak aturan, sehingga tugas saya juga bertambah," jawab Hayu tenang.Tak mungkin juga dia membeberkan perbuatan Tama yang hendak menodainya. Hayu masih berusaha menutupi."Kamu kan bisa atur waktu. Kalau memang terlalu banyak beban yang seharusnya bukan tuga kamu, bicarakan dengan atasan secara baik-baik."Wanita itu menarik napas panjang. Lalu memberanikan diri untuk berbicara dengan lantang."Pak. Saya punya baby dan suami yang sakit. Bukannya bermaksud tidak profesional, tapi jika memang masih harus menjadi sekretari
"Bisa kamu menghadap saya sebentar?" Hayu mengiyakan lalu menutup panggilan, menarik napas dalam dan mencoba menenangkan hati.Bos besar pasti sudah menceritakan perihal permintaannya untuk mengajukan mutasi atau pengunduran diri, sehingga Tama perlu memanggil untuk memperjelas."Ya. Masuk." Suara lelaki itu terdengar dingin."Ada apa?" tanya Hayu tanpa basa-basi."Duduk dulu. Kita bicarakan."Hayu menarik kursi dan meletakkan tubuhnya sambil sedikit bersandar. Sejak kejadian itu, dia selalu memakai pakaian yang lebih tertutup. Celana kain panjang juga blouse yang sedikit longgar.Laki-laki jika sudah jatuh cinta, mau wanita berpakaian tertutup sekalipun, tetap saja mempengaruhinya. "Kamu mau bicara apa?""Soal permintaan kamu untuk pindah divisi," kata Tama dengan tenang."So?""Apa kamu yakin?""Tentu saja. Aku rasa memang sebaiknya begitu supaya harga diri tidak terancam," jawab Hayu. Sebenarnya dia malas berbasa-basi dengan orang yang sudah melecehkannya.Tama tersenyum pahit sa
Hari berganti, tak terasa kini saatnya Aksa kembali meneruskan pendidikannya yang sempat terlantar karena kecelakaan. Pagi-pagi saat Ammar masih tertidur, mereka bersiap-siap. Jam 5 subuh Hayu membangunkan suaminya. Namun, tubuhnya malah ditarik dan didekap mesra."Bangun," bisik Hayu karena mata Aksa masih saja terpejam."Udah, nih.""Buka matanya.""Males.""Jangan gitu. Katanya mau kuliah.""Aku masih mau meluk kamu. Lagian ini masih gelap," racaunya dengan mata terpejam. "Aku antar sekalian ke kampus. Jadi Mama Rani gak usah keluar. Kasiah mama udah capek ngurus Ammar, masa mau antar kamu juga," jelas Hayu. Dekapan Aksa semakin erat sehingga napasnya terasa sedikit sesak."Tapi, ini dulu. Baru aku mau buka mata." Lelaki itu menunjuk bibirnya. Aksa memang manja dan suka iseng. Jadi, kali Hayu ingin membalas. Diambilnya sebuah boneka monyet dan disentuhkannya ke bibir sang suami.Aksa yang menyadari itu langsung membuaka mata dan merubah posisi sehingga istrinya kini berada di
Setelah negosiasi yang cukup alot, akhirnya Hayu resmi pindah divisi dan kembali kw bagian administrasi sesuai permintaannya. Namun, Tama menolak Vita sebagai gantinya. Lelaki itu memilih calon lain sebagai sekretarisnya. Aksa sendiri sudah mulai aktif di kampus dan sesekali datang ke kantor papa."Bapak." Nisa tersenyum saat melihat bosnya datang setelah sekian lama. Terakhir mereka bertemu saat acara aqiqah Ammar dan Aksa tahu bahwa Nisa sudah berbohong dengan mengatakan bahwa mereka adalah kekasih."Saya hanya sebentar untuk mengambil barang-barang yang tertinggal," ucapnya. "Loh kenapa?""Saya sudah tidak berkantor disini."Wajah gadis itu seketika menjadi murung. Aksa sengaja mengabaikannya dan memasukkan beberapa benda yang memang dia perlukan untuk dibawa."Tapi, Pak. Gimana dengan hubungan kita? Bapak gak pernah balas pesan saya. Baca juga gak."Aksa mengernyitkan dahi."Kita gak punya hubungan apa-apa selama ini kecuali hubungan kerja. Jadi, berhentilah bersandiwara atau
Selama di kantor, pikiran Hayu tidak tenangn Aksa yang berjanji akan memberikan kabar hanya menelepon sebentar. Saat makan siang, Vita bertanya karena melkhat gelagat yang tidak biasa dari sahabatnya itu. "Kamu kayaknya banyak pikiran..Boleh sharing kalau mau.""Aksa berangkat ke Bali. Katanya studi tour. Tapi kok perginya sama cewek. Udah gitu aps aku cek ke kampus katanya gak ada tour.""Terus lu curiga?""Pasti. Soalnya itu cewek nge-chat sebelum keberangkatan dan minta suamiku cepat karena takut telat.""Laki-laki kadang memang suka merahasiakan sesuatu. Bayu juga," kata Vita."Perasaan aku gak enak.""Kamu berpikiran postif aja. Gak usah aneh-aneh.""Tapi ini benar-benar mencurigakan. Aku tanya mama mertua juga gak tahu. Kata mama, Aksa cuma bilang izin gak kuliah beberapa hari terus mau keluar kota.""Susah juga kalau begini. Aku aja kadang sebel kalau Bayu begitu."Mereka masih saling berbagi ceriga ketika seseorang berdiri mendekati sambil membawa nampan makanan."Pak Tama?"