Setelah makan malam Arsen dan Lily kembali ke kamar mereka. Selama makan malam bersama Marissa tidak ada pembicaraan mengenai Sophia sore tadi sedikitpun. Meskipun Lily penasaran namun ia tidak memiliki keberanian untuk bertanya mengenai hal tersebut.Lily duduk di samping tempat tidur setelah ia mengenakan pakaian tidurnya, begitu juga dengan Arsen yang sudah mengenakan piyamanya. Lily bersiap untuk berbaring. Meskipun kehamilannya masih terbilang sangat muda, ternyata kini ia merasa lebih cepat lelah."Kau sudah minum susu mu?" Tanya Arsen masih dengan ciri khasnya, datar dan dingin.Lily membulatkan matanya. 'Astaga..' Pekiknya dalam hati."Maaf, sepertinya aku lupa." Sesal Lily sambil meringis. Sungguh Lily benar-benar lupa dengan hal itu. Sebenarnya ia sedikit malas harus minum susu hamil karena rasanya yang benar-benar membuatnya mual. Andai saja ia bisa menghindarinya. 2 kali sehari, ah.. Yang benar saja??."Ck!!" Arsen berdecak kesal, karena kelalaian dan kebodohan istrinya te
Mike belum mendapatkan informasi lagi mengenai Marco dan itu membuatnya sedikit frustasi. Sudah tiga hari ia berada di Moskow, semua ini benar-benar membuatnya emosi, ini terlalu lama. Sial, siapa sebenarnya dalang di balik Marco. Mike benar-benar belum mendapatkan pencerahan. Sedangkan tugas ini harus ia selesaikan secepat mungkin.Mike harus segera kembali mencari info mengenai keberadaan Marco. Ia sudah bersiap untuk kembali ke lapangan dan mencari info, sekecil apapun untuk membawanya pada keberadaan Marco. Namun, keinginannya itu harus ia tunda dahulu, karena saat ini ponselnya berdering dengan nama Pascoe terpampang jelas pada layar ponselnya."Hei Dude, bagaimana kabarmu brother ?" Tanya Pascoe dari seberang sana begitu Mike mengangkat panggilannya.Mike mendengus kesal mendengar ucapan Pascoe. Meskipun ucapan Pascoe terdengar serius, dan tidak pecicilan seperti biasanya."Mau apa kau Pascoe? Jika tidak penting tidak usah menghubungiku!." Desis Mike."Whoahaha..., Easy Dude, ap
Mobil yang ditumpangi oleh Mike dan Sasha melaju kencang menuju sebuah tempat. Kali ini sebuah tempat di daerah pinggiran kota Moskow. Lima menit yang lalu Sasha mendapatkan informasi dari rekannya mengenai keberadaan pria bernama Bykov di sebuah motel.Mereka akan memastikan apakah pria itu Bykov Vladislav aka Marco Estebat yang mereka cari atau bukan.Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit akhirnya mereka sampai di pelataran parkir motel tersebut.Benar-benar motel murah itulah kesan mereka saat pertama kali melihatnya. Kerusakan terlihat di mana-mana. Biasanya motel seperti ini digunakan untuk para wanita komersial melakukan transaksi short time mereka dengan para pelanggan. Atau sebagai tempat transit, bagi mereka yang melakukan perjalanan jauh. Dengan pembayaran yang bisa dihitung perjam.Mereka belum keluar dari mobil, masih mengamati keadaan sekitar untuk memastikan."Apa kau mengenali wajahnya?" Tanya Sasha sambil menatap Mike yang duduk di sampingnya.Mike men
Lily merasa bosan berada di dalam perpustakaan milik Arsen, sudah berjam-jam ia berada di sana. Dan sebuah Ia menatap taman dari beranda tampak sangat indah meskipun di luar tidak sedang panas. Cuaca memang mulai dingin dan sering mendung.Bahkan hari ini ia menggunakan sebuah dress cantik dengan motif bunga mawar yang sangat cantik. Sungguh cocok dengan penampakan taman itu.Lily memutuskan untuk bersantai di beranda bawah yang langsung berbatasan dengan taman. Di mana ia biasa menghabiskan sore hari menikmati teh bersama Grandma. Di jam 3 sore seperti ini sepertinya Grandma belum berada disana.Maria dan Charlotte serta pengawal wanita mengikuti langkah Lily kemanapun ia mau."Saya siapkan teh nya Nyonya. " Seru Maria sebelum mereka sampai di beranda tersebut."Terima kasih Maria." Ucap Lily lembut.***Rasanya tubuhnya sudah mulai sedikit pegal dan lelah, namun ia sudah terbiasa dengan hal ini. Ia sudah berada di atas sebuah pohon yang cukup tinggi ini kurang lebih 6 jam lamanya.
Lily menikmati pemandangan indah dari beranda tempat biasa ia dan Grandma berada di sore hari untuk menikmati teh nya. Namun kali ini bukan waktu biasanya, hingga Grandma belum muncul untuk menemani Lily.Hingga Lily mengajak Maria dan Charlotte bergabung dengannya untuk menikmati teh. Ia menyuruh Maria dan Charlotte untuk duduk bersamanya di kursi beranda, sedangkan pengawal wanita berderet di belakang Lily dan mengawasi sekitar, memastikan keselamatan Nyonya muda mereka.Maria sudah menuangkan teh ke tiga buah cangkir. Lily mengambil cangkir dan menyesap tehnya, namun entah mengapa tangan Lily terasa licin hingga cangkir yang di pegangnya jatuh ke lantai hingga dengan reflek ia membungkuk untuk mengambil cangkir yang terjatuh itu, dan untungnya bukan cangkir yang mudah pecah. Di saat bersamaan seorang pengawal yang berada di tepat belakang Lily jatuh tersungkur."Nyonyaaa merundukkk!!" Pekik salah satu pengawal.Terdengar suara pekikan Maria dan Charlotte.Seketika Lily sempat meras
"Mungkin kau penasaran.." Ucap Arsen sedikit ragu, namun ia berhasil menyembunyikannya dalam wajah datarnya. "Mengapa banyak orang yang mengincarmu dan hendak membunuhmu.." Lanjutnya, Arsen bersiap untuk mengatakan semua pada Lily saat ini. Karena ia tahu Lily baik-baik saja ketelah kejadian di beranda tadi.Arsen tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk menyembunyikan semua ini dari Lily. Karena semakin lama nyawa Lily akan semakin terancam jika ia benar-benar tidak mengetahui apapun. Setidaknya jika ia tahu, ia akan berusaha untuk lebih berhati-hati.Arsen bersiap dengan segala kemungkinan setelah ia mengutarakan semua ini. Lily mungkin akan shock dan histeris setelah mengetahui ini. Besar kemungkinan Lily akan berteriak mengusirnya, menangis, mencoba untuk kabur atau apapun itu. Kembali pingsan, mungkin saja.Ini memang bukan hal yang mudah di terima oleh orang biasa. Mengenai keberadaan dunia bawah tanah, memang menakutkan.Arsen berusaha mengenyahkan pikirannya mengenai Lily yan
Jeofre dan Camilio berhasil menangkap sniper yang di sewa seseorang untuk membunuh Nyonya muda mereka. Dan mereka sudah memberitahukannya kepada Tuan mereka.Kini mereka sudah membawa pria tersebut ke markas Black Nostra dan menyiksanya. Arsen akan melihatnya di keesokan hari. Karena saat ini ia hanya ingin menemani istrinya untuk melalui hari yang berat yang sudah di laluinya.Hanya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan istrinya sudah dua kali mengalami percobaan pembunuhan. Kini ia mencoba untuk memperlakukan istrinya lebih baik dan lebih lembut. Ia ingin berada di sisi istrinya.Arsen sangat senang dengan apa yang sudah diungkap oleh istrinya tadi, ia tak menyangka istrinya akan bisa menerimanya dengan mudah.Setelah makan malam selesai, Arsen dan Lily kembali ke dalam kamar mereka. Lily ingin makan di ruang makan, karena dia memang tidak mengalami luka sedikitpun, pengawal wanita yang terkena tembakan itu meninggal di tempat. Karena peluru menembus organ vitalnya dan mengeluark
"Kau sudah pulang?" seru Lily lembut, begitu melihat suaminya datang. Lily sedang duduk di sofa kamar sambil membaca buku. Ia langsung menutup dan menyimpan bukunya. Semenjak kejadian kemarin Arsen kembali melarang Lily keluar mansion, ia hanya diijinkan berjalan-jalan di dalam mansion saja.Sedangkan Charlotte dan Maria keluar kamar, untuk memberi waktu Lily beristirahat karena ini jam tidur siang. Namun Lily tidak bisa memejamkan matanya, hingga ia membaca buku."Yang kau lihat?" Arsen menjawab pertanyaan Lily dengan pertanyaan, namun ia mendekati Lily dan mengecup kening istrinya tersebut."Ah.., maafkan aku..."uUjar Lily merasa bodoh. Sudah jelas suaminya berada di hadapannya, artinya ia memang sudah pulang.Arsen tidak menimpali ucapan Lily, kemudian ia duduk di sebelah istrinya. "Kau mau sesuatu? Akan aku buatkan," tawar Lily."Tidak, aku hanya ingin memelukmu," ujar Arsen datar."Heh?" Namun Lily segera mengenyahkan rasa kagetnya. Dan segera memeluk Arsen. "Apa yang terjadi?" t
5 buah senjata api jenis pistol dan revolver berjejer rapi di atas meja, serta satu set pisau survival di tambah pisau kesayangan Sasha yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama.Lily, Maria dan Charlotte berkumpul mengelilingi meja dan memperhatikan Sasha dengan seksama. Hingga akhirnya Sasha mulai menjelaskan satu persatu mengenai senjata tersebut pada mereka bertiga.Sebelumnya Sasha sudah mengeceknya terlebih dahulu satu persatu dan mengeluarkan peluru dari dalamnya. Agar tak berbahaya, mengingat kedua orang tersebut awam terhadap senjata, dan takut jika mereka salah memegang, dan menekan pelatuk senjata berpeluru, maka akan berbahaya.Penggunaan pistol tentunya harus digunakan dengan hati-hati karena berkaitan dengan nyawa seseorang.Pertama Sasha mengambil sebuah senjata api berwarna hitam, dengan moncong yang cukup pendek. Keningnya sedikit berkerut, mengingat asal dan dan jenisnya, karena ia jarang sekali menggunakan tipe senjata api ini."Pistol G2 Combat Kal. 9 mm, menggunaka
Arsen sudah memerintahkan Mike untuk meminta Riobarf menyiapkan beberapa senjata yang dibutuhkan oleh Sasha untuk melatih Lily dan yang lainnya.Riobard mengambil senjata dari gudang senjata yang berada di mansion. Selain di markas, di mansion pun terdapat gudang senjata, namun tak sebesar yang berada di markas.Letaknya ada di ruang bawah tanah mansion. Setelah mendapatkan perintah langsung dari Mike. Riobard segera menyiapkan senjata tersebut dan kemudiam menyerahkannya pada Mike.Ada sekitar 5 senjata api berjenis pistol, laras pendek dan laras panjang, serta beberapa jenis pisau survival yang kecil dan ringan, cocok di gunakan oleh wanita.Mike membawanya pagi ini, kemudian memberikannya pada Sasha setelah sarapan pagi."Mari kubantu bawa ke lantai 5," tawar Mike"Tidak usah, handsome. Ini tidak berat kok," seru Sasha."Ck! Kau tidak mau kuperhatikan? Nanti protes lagi!" Mike berdecak, seraya memutar bola matanya jengah, karena Sasha selalu mengatakan bahwa dirinya tak perhatian.
Setelah Sasha berlatih mereka berbincang sejenak. Maria mengingat obrolannya bersama Alonzo tempo hari, agar Maria setidaknya bisa menguasai salah satu bela diri atau senjata.Namun hingga kini Alonzo belum sempat mengajarinya sama sekali."Sasha, apa kau bisa mengajariku?" tanya Maria."Mengajari? " tanya Sasha sedikit tidak paham seraya mengernyitkan dahinya. Namun kemudian ia sadar pada arah pembicaraan Maria, "Bela diri? Atau senjata? Itu maksudmu?" tanya Sasha.Maria mengangguk pelan, dan menatap Sasha dengan penuh harapan.Sasha memberikan cengiran lebarannya, "Tentu saja aku bisa mengajarimu, serahkan padaku," ujar Sasha dengan penuh semangat.Lily yang mendengarnya ikut tertarik, karena ia pun harus bisa menguasai senjata, namun keadaannya yang kini tengah hamil menghalanginya."Aku juga mau, karena Arsen meminta ku untuk bisa menjaga diriku," timpal Lily.Sasha, Maria dan Charlotte menolehkan pandangannya pada Lily. Dan menatapnya tak percaya."Hmm..., maksudku tidak sekarang
Tak terasa kini pagi sudah menjelang. Lily masih terlelap dalam pelukan Arsen yang hangat dan nyaman. Seolah ia mengetahui jika suhu di luar sana masih terasa dingin menusuk kulit.Arsen yang sudah terbangun menatap wajah polos istrinya yang masih terlelap itu.Ia ingin bangkit, namun ia enggan untuk membuat Lily terbangun. Wajah damai istrinya membuat Arsen menghangat.Arsen mengurungkan niatnya untuk segera bangkit, dan membasuh diri dan bersiap untuk pergi ke kantor. Dalam beberapa hari ke depan, acara amal yang di adakan oleh perusahaannya akan segera digelar. Ia harus mengecek semua kesiapannya.Laporan final dari Ivanov dan Anna sudah masuk ke dalam emailnya tadi malam.Arsen membelai lembut pipi Lily. Kemudian tersenyum kecil. Hatinya selalu menghangat tatkala menatap wajah istrinya yang begitu cantik dan lembut.Namun, rupanya sentuhan lembut di pipi sang istri malah membuatnya mengeliat dan perlahan membuka matanya."Arsen..." seru Lily pelan seraya menatap Arsen yang sedang
Salju kembali turun di luar sana, namun tak begitu lebat. Para pelayan yang bertugas untuk membereskan peralatan pesta Mike masih mengerjakan tugasnya meski suhu dingin mulai menusuk kulit mereka.Arsen dan Lily sudah bergelut di balik selimut yang hangat di kamar mereka. Saling berpelukan dan menyelami mimpi indahnya, menanti pagi menjelang.Dante sedang memadu kasih dengan kekasih barunya Laura di apartemen milik Laura. Hingga tak peduli pada salju yang turun dan suhu yang semakin dingin, karena kamar mereka begitu panas membara."Kau mau gaya apa lagi sayang? Aku masih kuat sampai pagi," seru Dante pada Laura yang kini ada di bawahnya.'Haha, bukan Mike saja yang bisa first night,' pekik Dante dalam hati.Kemudian mulai memasuki Laura kembali."Uhgg, babyyyy..." lengguh Laura begitu Dante memasuki dirinya."Feel it, sayang..." bisik Dante dengan lembut di telinga Laura."Oh..., Damn!!" racau Laura begitu Dante memasukinya lebih dalam.Dante sangat bangga pada dirinya sendiri saat m
"Hmm.., .tapi..." ujar Sasha terhenti."Apa lagi? Hemm..""Itu..., itu..." ucapan Sasha masih tertahan di mulutnya, padahal hatinya lancar mengucapkannya."Katakan," ujar Mike tak sabar lagi.Sasha kembali menelan salivanya susah payah. "Dua hari yang lalu, aku menemani Nyonya untuk mengecek kandungannya, dan..." Sasha menelan salivanya lagi. Sedangkan Mike mengangkat kedua alis matanya untuk meminta Sasha melanjutkan ucapannya."Hmm..., Hehe..., hanya itu saja," Sasha menyengir lebar."Hanya itu?""Ya, hanya itu yang ingin ku katakan," jelas Sasha."Hmmm..., bagaimana kalau kita mandi bersama saja, menghemat waktu juga. Jadi setelah ini kita bisa langsung tidur," Sasha memberikan tawaran, kemudian ia menarik lengan Mike.Mike hanya mendengus, "Baiklah..., baiklah..." ucapnya seraya melepaskan pegangan tangan Sasha, kemudian Mike melepaskan pakaiannya satu persatu. Sedangkan Sasha hanya memperhatikan Mike yang mulai melepaskan pakaiannya.Lagi-lagi ia menelan salivanya, Mike begitu t
"Mario..." terdengar suara bariton memecah lamunan Charlotte.Dengan spontan Charlotte menolehkan wajahnya pada asal suara tersebut, begitupula dengan anak laki-laki yang rupanya bernama Mario tersebut."Daddy..." seru Mario seraya beranjak dari kursi dan segera berlari menghampiri seseorang yang dipanggilnya ayah tersebut.Charlotte yang mengetahui siapa kini ayah dari Mario langsung menundukan kepala sedikit untuk menghormatinya."Tuan.." seru Charlotte pelan dan sopan.Camilio tampak memperhatikan Charlotte yang kini sudah berdiri."Dad, tadi aku jatuh dan Tante itu yang mengobati lukaku," jelas Mario seraya menunjuk Charlotte kemudian menunjukkan luka di lututnya pada Camilio."Tidak besarkan lukanya?" tanya Camilio."Tidak," jawab Mario dengan cepat"Kau tidak menangis bukan?" tanya Camilio seraya menaikkan alis matanya."Tentu saja tidak Dad, kan aku kuat," jawab Mario dengan diiringi cengirannya."Bagus," kemudian Camilio kembali menatap Charlotte yang masih berdiri."Terima ka
Acara pernikahan Mike dan Sasha masih berlangsung. Kini hanya tinggal acara ramah tamah saja dan makan bersama. Sedangkan acara puncaknya sudah di lewati.Semua orang tampak asik mengobrol dengan satu sama lainnya. Entah apa yang diperbincangkan. Tidak banyak memang tamu undangan yang datang, karena acara ini bersifat tertutup dan rahasia karena mengingat siapa Mike dan Sasha.Tampak Tuan dan Nyonya Lazcano sedang berbicara dengan para tamu, pengantin yang sedang berbincang dengan para tamu pula. Bahkan Maria dan Alonzo sedang menikmati makanan mereka.Charlotte menghembuskan napas panjang. Jika ia bukan perawat pribadi Lily ia tak mungkin diijinkan hadir dalam acara ini. Sama seperti pelayan yang lainnya. Yang tak bertugas di acara ini maka tak boleh masuk atau sekedar melihatnya.Charlotte sangat senang, namun ia sedikit bosan karena hanya sendirian berada di sini tanpa teman untuk mengobrol. Lily dan Maria sedang sibuk dengan dunianya.Protes?? Tak mungkin, siapa dirinya? Lebih bai
Sasha dan Yuri berjalan keluar kamar perlahan-lahan menuju tempat di mana acara pernikahan dilangsungkan.Semua tamu yang hadir langsung bangkit berdiri melihat Sasha dan Yuri telah tiba di depan pintu masuk ruangan.Sasha mulai resah melihat semua yang hadir berdiri dan mengarahkan pandangan matanya kepadanya.Tangan Sasha agak gemetar dalam genggaman tangan Yuri dan ia sedikit menundukkan mukanya. Yuri menepuk-nepuk tangan Sasha yang ada dalam kaitan lengan kirinya dan berbisik "Tenanglah. Lihat ke depan! Mike sudah menunggumu. Tersenyumlah!"Sasha mengangkat pandangan matanya dan melihat Mike telah berdiri di depan altar sedang memandang Sasha dan Yuri. Mike kelihatan sangat gagah dan begitu tampan dalam balutan setelah celana panjang dan tuxedo putih.'Handsome.'seru Sasha dalam hati. Mike tersenyum melihat penampilan Sasha saat ini. Begitu sangat berbeda.Mike pernah melihat Sasha berhias memakai gaun pesta berwarna merah saat hendak menjebak Leonid. Tapi kali ini Sasha kelihata