Sabtu pagi setelah Arsen dan Lily menikmati sarapannya, mereka kembali ke kamar untuk menyempatkan diri bermain-main dengan Theo sebentar sebelum pergi ke markas. Setelah sekitar dua jam kemudian, Theo mulai merengek karena sudah waktunya ia minum susu dan tidur.Saat Lily menemani Theo minum susu, Arsen mengirimkan pesan pada Mike bahwa ia akan menemani Lily bermain-main dengan wanita tua itu."Aku titip Theo pada kalian," kata Lily pada Charlotte dan Maria."Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Charlotte yang langsung diangguki oleh Maria.Lily segera keluar dari kamar Theo menuju kamarnya. Kali ini Lily mengenakan pakaian yang lebih kasual dan nyaman dikenakan. Kerena ia akan bersenang-senang hari ini, hingga ia memilih pakaian yang memudahkannya untuk bergerak.Legging yang sedikit tebal di padukan dengan atasan oversize yang panjangnya melebihi bokong. Memastikan lekuk pinggul tersembunyi dari pandangan orang lain. Karena Arsen tak akan menyukainya.Terak
Bugh....Kali ini Lily meninju mulut Margaret untuk menghentikan ucapan Margaret.Hingga Margaret memekik kesakitan."Akhh..." Margaret memekik kesakitan."Brengsek!!" umpat Margaret.Sungguh Margaret sangat kesal pada Lily. Gara-gara Lily meninju hidungnya beberapa hari yang lalu. Hidungnya sedikit bengkok, sepertinya silikon hasil operasinya bergeser dari tempatnya.Bukan itu saja, wajah mulusnya hasil dari botox nya pun kini terdapat luka memanjang hasil cakaran Lily.'Aku harus membalasnya!' geram Margaret dalam hati.Operasi plastik yang sudah lama di mimpikan nya dirusak begitu saja. Tentu saja Margaret marah dan kesal. Susah payah Margaret merayu Elliot untuk membiayai operasi plastik ini.Margaret kembali meringis, karena tinjuan Lily di mulutnya membuat kepalanya pusing.Lily hanya tersenyum meremehkan, membuat Margaret semakin dongkol dan marah saja."Cuhhh..." Margaret meludah pada Lily, untung saja tidak mengenai wajah Lily karena dengan cepat Lily dapat menghindarinya.Ar
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah mendapat kabar dari Mike, Arsen bergegas menutup laptopnya sambil menghubungi Rudolf untuk segera bersiap mengantarnya meninggalkan kantor menuju ke markas. Sebelum meninggalkan kantor, Arsen berpamitan pada Ivanov."Tuan, jam empat nanti Tuan ada meeting dengan bagian keuangan dan pengadaan barang terkait dengan proyek baru kita di Greenwood, Missisippi," jawab Ivanov saat Arsen berpamitan dengannya.Arsen mengerutkan dahinya untuk berpikir sejenak."Aku harus pergi segera untuk urusan yang sangat mendesak di markas. Jadi kau saja yang memimpin rapat dengan mereka. Jangan diundur lagi karena proyek pembangunan harus dimulai tiga minggu lagi. Email kan hasil rapatnya padaku supaya bisa kupelajari dan kita bisa segera rapatkan ulang dengan bagian lapangan. Semua hasil rapat harus mulai dijalankan minggu depan. Jangan terlalu mepet karena banyak hal tak terduga yang bisa saja terjadi," kata Arsen."Saya paham, Tuan," sahut Ivanov."Aku akan pergi sekarang," pamit Arsen seraya me
Dan Alonzo kembali mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan club seraya berjalan menuju meja bar untuk memesan sebuah minuman.Setelah menerima segelas Blueberry martini cocktail yang terbuat dari campuran vodka dengan blueberry yang berpadu menciptakan rasa minuman yang sempurna dari bartender, Blueberry martini dikenal sebagai minuman premium di antara penikmat vodka. Alonzo kemudian mencari tempat duduk yang kosong untuk menikmati minuman dan mencari keberadaan Dimitri di ruangan ini.Beberapa wanita malam cantik dengan memakai baju terbuka yang sexy mencoba menyapa Alonzo dan menggodanya. Alonzo hanya mengangkat satu tangan dan mengarahkan pandangannya lurus ke depan, yang secara tidak langsung mengisyaratkan dia sedang tidak ingin diganggu. Wanita-wanita penghibur itu memahami isyarat tersebut dan segera menyingkir untuk mencari mangsa lainnya.Seorang pelayan pria sejak tadi mengamati sikap Alonzo yang dingin dan acuh, lalu mencoba berjalan mendekatinya."Selamat malam, Tuan
Menjelang siang benar saja Paman Albert membawakan kuda milik Arsen di temani anak buah Arsen yang menaiki motor ATV untuk membawa kembali Paman Albert.Setelah mengikat kuda di luar rumah kayu, Paman Albert segera pamit pada Arsen."Kau mau berkuda keliling hutan ini?" Tanya Arsen menawarkan diri, sepeninggal Paman Albert."Theo? Bagaimana dengan Theo?" Tanya Lily yang mikirkan Theo yang tidak mungkin ditinggalkan sendirian di dalam rumah."Kau gendong Theo. Aku bisa berkuda dan menjaga kalian." Seru Arsen.Lily tampak mengernyitkan dahinya untuk berpikir."Ck! Aku tidak mungkin membahayakan anak dan istriku. Jangan meragukanku." Seru Arsen seraya menarik tangan Lily untuk berjalan mendekati kuda kesayangannya ditambatkan."Aku mengambil gendongan bayi dulu supaya lebih aman dan nyaman untuk Theo." Kata Lily seraya berlari kecil menuju rumah kayu.Arsen menyerahkan Theo pada Lily yang sudah kembali membawa gendongan bayi Arsen berjalan mengambil kudanya.Arsen mengambil Theo lagi da
Setelah menikmati sarapannya, Lily berjalan sambil menggamit lengan Arsen yang sedang menggendong Theo. Mereka berjalan beriringan menuju depan mansion untuk menuju ke rumah kayu yang ada di tengah hutan.Menuju tempat tersebut tak akan bisa menggunakan mobil, hingga Arsen memutuskan untuk membawa Lily dan Theo menggunakan motor ATV. Arsen sengaja tak membuat akses jalan yang dapat di lalui oleh mobil untuk mengelabui musuh atau pihak berwajib jika mereka berada di dalam hutan kawasan milik Arsen. Arsen tetap mempertahankan ke alamian hutan tersebut.Maria membantu Paman Albert membawa satu tas bayi yang berisi perlengkapan baju, perlengkapan tidur dan susu untuk Theo serta kereta bayi pagi tadi sebelum sarapan, di bantu oleh Alonzo dengan dua buah ATV untuk membawanya kesana.Arsen sebenarnya senang menggunakan kuda untuk pergi ke sana. Hingga ia pun menyuruh Paman Albert untuk membawa kuda hitam kesayangan nya siang nanti kesana.Saat Theo tertidur nanti, Arsen akan berkeliling deng
Di mansion Lily dan Arsen sedang berada di kamarnya menemani Theo bermain. Arsen sangat bangga melihat perkembangan Theo yang sudah bisa tengkurap dengan sempurna. Apalagi saat tertawa, Theo seolah memamerkan satu gigi bawahnya yang mulai tumbuh.Sambil memegang mainan, Theo berceloteh riang dengan bahasa bayi sehingga sangat menggembirakan hati Arsen dan Lily.Setelah sekitar satu jam bermain, Theo mulai resah. Dia melepas mainannya dan tengkurap sambil merengek.Lily melihat jam yang ada di dinding lalu berkata, "sepertinya Theo haus dan lelah. Sudah waktunya tidur. Aku akan membuatkannya susu."Arsen menganggukkan kepala dan Lily segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar Theo.Arsen segera menggendong Theo dan berjalan ke kamarnya karena melihat Theo yang sepertinya sudah tidak sabar dan mulai menangis."Mommy sedang membuatkanmu susu. Sabarlah sedikit." Bujuk Arsen sambil menepuk-nepuk lembut punggung Theo."Biarkan aku saja." Seru Arsen saat Lily mendekati mereka s
Sehari sebelumnya.Camilio dan Charlotte segera bersiap untuk pergi dari mansion pagi ini juga. Mereka akan terlebih dahulu kembali ke rumah dan menjemput anak-anak. Sedangkan Maria dan Alonzo baru akan sampai ke mansion sore nanti."Cam, apa semuanya sudah siap?" tanya Charlotte kepada Camilio untuk memastikan barang bawaan mereka."Sudah, kau tidak usah mengkhawatirkannya," jawab Camilio dengan santai, yang kemudian langsung diangguki oleh Charlotte.Bukan tanpa alasan, Charlotte hanya ingin tak ada yang tertinggal. Karena ini merupakan liburan pertama mereka berempat. Ia ingin semuanya tampak sempurna.Tak berapa lama kemudian Charlotte dan Camilio segera pergi ke luar dari kamar dan berpamitan pada Lily.Setelah satu jam berkendara akhirnya Camilio dan Charlotte sampai di rumah. Mario dan Silvia langsung menyambut kedatangan ke dua orang tuanya dengan suka cita.Sambil menunggu Silvia dan Mario bersiap, Charlotte dan Camilio sedikit berbincang dengan ibu Camilio."Kalian berhati-h
Kemarin sore Alonzo dan Maria sudah kembali ke mansion. Mereka membawakan beberapa oleh-oleh yang beli dan memberikannya pada Lily dan Sasha. Sedangkan untuk Charlotte ia akan memberikannya setelah Charlotte kembali ke mansion.Dan hari ini Maria sudah kembali berkerja seperti biasa. Begitupula dengan Alonzo, yang tadi pagi sudah berangkat menuju markas Black Nostra. Karena giliran Camilio dan Charlotte yang mendapatkan cuti hari ini, hingga beberapa hari ke depan.Kini Lily sedang duduk menikmati makan siang bersama Maria dan Sasha di meja makan. Sedangkan Theo sedang terlelap di kamarnya, dijaga oleh Roza yang menggantikan Charlotte yang sedang cuti.Lily dan Sasha meminta Maria bercerita tentang liburannya bersama Alonzo di Mexico.Mata Lily dan Sasha berbinar saat Maria menceritakan detail keindahan Pantai Tulum dan tempat sekitarnya. Maria juga menunjukkan foto-foto keindahan alam di sana dan foto-foto mereka berdua."Kau punya account di sosial media, Maria?" tanya Sasha."Punya
"K-kau mendengar pembicaraanku?" tanya Maria kaget dan tak percaya.Alonzo tak menjawab, ia hanya mengangkat satu alisnya menunggu jawaban Maria.Maria menundukkan kepalanya dan menarik napas panjang."Dia teman masa kecilku dulu saat aku tinggal di Mexico. Paman Nando berbicara pada orang tuaku, bermaksud menjodohkan kami tapi aku menganggap hal itu aneh. Jadi tidak pernah menanggapinya. Aku bahkan sudah lupa akan hal itu," jawab Maria."Kau tidak menjawab pertanyaanku," ujar Alonzo dengan tatapan tajamnya.Maria mengerutkan keningnya."Kau ini sudah bersuami tapi berbincang ramah dengan seorang pria yang kau bilang teman masa kecilmu. Lalu tadi kau bilang sudah lupa kalau pernah dijodohkan. Setelah ingat lagi, kau masih bisa bersikap ramah dengannya. Apa karena kau suka dipuji karena terlihat lebih cantik?" tanya Alonzo lebih tajam.Mata Maria membulat dengan semua tuduhan Alonzo yang dirasanya berlebihan. Maria merasa sia-sia saja menjawab pertanyaan Alonzo yang lebih mirip dengan
"Danteeeeee!!!!" geram Mike dengan kesal dan marah. Membuat Dante menelan salivanya susah payah.'Mati aku, malam ini aku matiiiii!' pekik Dante dalam hati."Mike, maafkan aku, aku hanya bercanda, lagipula... iyuhhh.." Dante memasang wajah jijiknya."Aku masih menyukai wanita, serius! Sangat malah, ya ampun tak mungkin aku berpaling dari pelukan wanita-wanitaku dan memilih bermain anggar. Ya, Tuhan itu sangat menjijikan," cerocos Dante bak kereta api Shinkansen."Heh!! Bercanda? Bercanda apanya hah??! Tadi jelas-jelas kau mengurungku dan hendak menciumku!! Itu menjijikan, aishh, harga diriku hampir saja tercoreng olehmu," kini Pascoe ikut berbicara dengan masih menyembunyikan tubuhnya di balik tubuh Mike dan hanya menyembulkan kepalanya saja."Aku hanya bercanda, astaga!! Aku hanya ingin menggoda perjaka bodoh seperti mu!!" kilah Dante."Perjaka perjaka, itu lebih baik dari pada maniak sepertimu yang tiap hari celup sana sini dan menabur benih dimana-mana, apa kau petani yang sedang b
Selama dua hari di Pantai Tulum, Maria dan Alonzo begitu bahagia, mereka sangat menikmati indahnya pantai serta angin laut yang menerpa tubuh mereka.Rasanya Maria dan Alonzo enggan untuk meninggalkan tempat tersebut. Benar-benar memanjakan mata mereka dan deburan suara ombak membuat hati mereka begitu tenang. Benar-benar tak puas jika hanya dua hari saja berada di sini. Sudah seperti surga.Namun, sayangnya. Di setiap ada perjumpaan, maka akan ada perpisahan. Begitu pula Maria dan Alonzo dengan Pantai Tulum yang sudah merebut hati mereka.Pagi ini Alonzo dan Maria bersiap meninggalkan hotel untuk menuju ke Cancun. Perjalanan dari Tulum ke Cancun memakan waktu sekitar dua jam. Mereka memiliki rencana setelah menaruh koper di kamar hotel, mereka ingin berjalan-jalan ke Torre Eschenica dan sekitar kota Cancun.Torre Eschenica adalah sebuah menara yang dapat berputar dan memberikan pemandangan menakjubkan. Cancun, Meksiko dapat terlihat 360 derajat dari atas menara ini.Setelah menikmat
Maria dan Alonzo sudah mengemasi barang mereka tadi malam, sebentar lagi mereka akan segera berangkat, namun sebelum itu mereka akan berpamitan terlebih dahulu pada Lily, karena Arsen sudah berangkat setelah sarapan."Nyonya, kami pamit," seru Maria pada Lily yang sedang menggendong Theo, sedangkan Charlotte berada di sampingnya.Lily mengangguk pelan seraya tersenyum dengan lembut. "Nikmati waktu libur kalian. Maria, Al berhati-hati lah," ujar Lily."Tentu saja Nyonya," jawab Maria."Terima kasih atas perhatian Anda, Nyonya," timpal Alonzo.Setelah berpamitan Maria dan Alonzo segera memasuki mobil mereka. Alonzo segera menyalakan mesin mobil miliknya, kemudian mulai melakukannya perlahan dan mulai meninggalkan pekarangan mansion."Mari, Nyonya, kita kembali ke dalam," ajak Charlotte."Ayo, di luar sedikit berangin, tidak baik bagi Theo," seru Lily. Kemudian mereka berdua berjalan masuk kembali ke dalam mansion.Alonzo memang sengaja membawa mobil sendiri dan akan memarkirkannya di ba