Kemarin sore Alonzo dan Maria sudah kembali ke mansion. Mereka membawakan beberapa oleh-oleh yang beli dan memberikannya pada Lily dan Sasha. Sedangkan untuk Charlotte ia akan memberikannya setelah Charlotte kembali ke mansion.Dan hari ini Maria sudah kembali berkerja seperti biasa. Begitupula dengan Alonzo, yang tadi pagi sudah berangkat menuju markas Black Nostra. Karena giliran Camilio dan Charlotte yang mendapatkan cuti hari ini, hingga beberapa hari ke depan.Kini Lily sedang duduk menikmati makan siang bersama Maria dan Sasha di meja makan. Sedangkan Theo sedang terlelap di kamarnya, dijaga oleh Roza yang menggantikan Charlotte yang sedang cuti.Lily dan Sasha meminta Maria bercerita tentang liburannya bersama Alonzo di Mexico.Mata Lily dan Sasha berbinar saat Maria menceritakan detail keindahan Pantai Tulum dan tempat sekitarnya. Maria juga menunjukkan foto-foto keindahan alam di sana dan foto-foto mereka berdua."Kau punya account di sosial media, Maria?" tanya Sasha."Punya
Sehari sebelumnya.Camilio dan Charlotte segera bersiap untuk pergi dari mansion pagi ini juga. Mereka akan terlebih dahulu kembali ke rumah dan menjemput anak-anak. Sedangkan Maria dan Alonzo baru akan sampai ke mansion sore nanti."Cam, apa semuanya sudah siap?" tanya Charlotte kepada Camilio untuk memastikan barang bawaan mereka."Sudah, kau tidak usah mengkhawatirkannya," jawab Camilio dengan santai, yang kemudian langsung diangguki oleh Charlotte.Bukan tanpa alasan, Charlotte hanya ingin tak ada yang tertinggal. Karena ini merupakan liburan pertama mereka berempat. Ia ingin semuanya tampak sempurna.Tak berapa lama kemudian Charlotte dan Camilio segera pergi ke luar dari kamar dan berpamitan pada Lily.Setelah satu jam berkendara akhirnya Camilio dan Charlotte sampai di rumah. Mario dan Silvia langsung menyambut kedatangan ke dua orang tuanya dengan suka cita.Sambil menunggu Silvia dan Mario bersiap, Charlotte dan Camilio sedikit berbincang dengan ibu Camilio."Kalian berhati-h
Di mansion Lily dan Arsen sedang berada di kamarnya menemani Theo bermain. Arsen sangat bangga melihat perkembangan Theo yang sudah bisa tengkurap dengan sempurna. Apalagi saat tertawa, Theo seolah memamerkan satu gigi bawahnya yang mulai tumbuh.Sambil memegang mainan, Theo berceloteh riang dengan bahasa bayi sehingga sangat menggembirakan hati Arsen dan Lily.Setelah sekitar satu jam bermain, Theo mulai resah. Dia melepas mainannya dan tengkurap sambil merengek.Lily melihat jam yang ada di dinding lalu berkata, "sepertinya Theo haus dan lelah. Sudah waktunya tidur. Aku akan membuatkannya susu."Arsen menganggukkan kepala dan Lily segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar Theo.Arsen segera menggendong Theo dan berjalan ke kamarnya karena melihat Theo yang sepertinya sudah tidak sabar dan mulai menangis."Mommy sedang membuatkanmu susu. Sabarlah sedikit." Bujuk Arsen sambil menepuk-nepuk lembut punggung Theo."Biarkan aku saja." Seru Arsen saat Lily mendekati mereka s
Setelah menikmati sarapannya, Lily berjalan sambil menggamit lengan Arsen yang sedang menggendong Theo. Mereka berjalan beriringan menuju depan mansion untuk menuju ke rumah kayu yang ada di tengah hutan.Menuju tempat tersebut tak akan bisa menggunakan mobil, hingga Arsen memutuskan untuk membawa Lily dan Theo menggunakan motor ATV. Arsen sengaja tak membuat akses jalan yang dapat di lalui oleh mobil untuk mengelabui musuh atau pihak berwajib jika mereka berada di dalam hutan kawasan milik Arsen. Arsen tetap mempertahankan ke alamian hutan tersebut.Maria membantu Paman Albert membawa satu tas bayi yang berisi perlengkapan baju, perlengkapan tidur dan susu untuk Theo serta kereta bayi pagi tadi sebelum sarapan, di bantu oleh Alonzo dengan dua buah ATV untuk membawanya kesana.Arsen sebenarnya senang menggunakan kuda untuk pergi ke sana. Hingga ia pun menyuruh Paman Albert untuk membawa kuda hitam kesayangan nya siang nanti kesana.Saat Theo tertidur nanti, Arsen akan berkeliling deng
Menjelang siang benar saja Paman Albert membawakan kuda milik Arsen di temani anak buah Arsen yang menaiki motor ATV untuk membawa kembali Paman Albert.Setelah mengikat kuda di luar rumah kayu, Paman Albert segera pamit pada Arsen."Kau mau berkuda keliling hutan ini?" Tanya Arsen menawarkan diri, sepeninggal Paman Albert."Theo? Bagaimana dengan Theo?" Tanya Lily yang mikirkan Theo yang tidak mungkin ditinggalkan sendirian di dalam rumah."Kau gendong Theo. Aku bisa berkuda dan menjaga kalian." Seru Arsen.Lily tampak mengernyitkan dahinya untuk berpikir."Ck! Aku tidak mungkin membahayakan anak dan istriku. Jangan meragukanku." Seru Arsen seraya menarik tangan Lily untuk berjalan mendekati kuda kesayangannya ditambatkan."Aku mengambil gendongan bayi dulu supaya lebih aman dan nyaman untuk Theo." Kata Lily seraya berlari kecil menuju rumah kayu.Arsen menyerahkan Theo pada Lily yang sudah kembali membawa gendongan bayi Arsen berjalan mengambil kudanya.Arsen mengambil Theo lagi da
Hanya tinggal pakaian dalam saja yang membalut tubuh Lily. Dan Arsen pun sudah melepaskan pakaiannya yang kini hanya menyisakan celana pendek ketat sepahanya. Kini dada bidang dan perut sixpacknya dapat terlihat dengan jelas.Mereka menaruh pakaian kering mereka di atas port kayu." Ayo!" Ajak Lily dengan senyum yang sedikit dipaksakan, karena ia masih saja takut untuk memasukkan dirinya ke dalam air.Arsen sedikit berdecak kemudian kakinya mulai melangkah mendekati Lily."Sebelum berenang sebaiknya kau melakukan pemanasan. Jangan langsung masuk begitu saja." Jelas Arsen.Lily hanya menganggukkan kepalanya, sedangkan hatinya berujar.'Waktu itu kau langsung mendorongku begitu saja, tanpa pemanasan apapun.' Gerutunya dalam hati sedikit kesal. Namun, Lily tak memperlihatkan kekesalannya, jika terlihat oleh Arsen bisa saja ia kembali di dorong saat ini juga ke dalam danau.Arsen mulai menggerakkan tubuhnya di hadapan Lily, agar istrinya tersebut dapat mengikuti setiap gerakannya dengan m
Mike masih saja menekuk wajahnya, padahal beberapa menit yang lalu mereka sudah landing di Bandar Udara Internasional Grand Bahama.Ada beberapa bandara yang lainnya seperti Bandar Udara Internasional Lulynden Pindling, namun Mike memilih Grand Bahama karena lebih sepi selain itu mereka menggunakan pesawat pribadi milik Arsen.Bandar udara Grand Bahama adalah bandara milik swasta yang dimiliki bersama oleh Hutchison Port Holdings (HPH) dan The Port Group (atau Grand Bahama Port Authority).Bandara ini memiliki fasilitas yang meliputi tanah seluas 741 are yang bergabung dengan Freeport Harbour Company Limited dan mereka beroperasi dalam satu entitas, yang dikenal sebagai Sea Air Business Centre (SABC)."Handsome... Mengapa kau diam terus sih?? Masih marah padaku, hah?!"Namun, Mike tetap tak menggubris ucapan Sasha yang kini duduk di sampingnya. Saat ini mereka sudah berada di dalam kamar hotel mereka dengan pemandangan kamar yang langsung tertuju pada laut biru yang indah dengan panta
Ini adalah malam terakhir Mike dan Sasha berada di Bahama. Kemarin mereka habiskan dengan bermain di pantai, atas keinginan Sasha tentunya.Mulai dari snorkling, diving, dan water sport yang lainnya. Tentu saja Sasha menarik Mike untuk ikut bersamanya. Dengan terpaksa Mike melakukan apa yang diinginkan oleh istrinya tersebut.Bahkan, tubuh Mike dikagumi oleh wanita berbikini yang sedang berjemur di pantai hingga membuat Sasha cemburu dan selalu memeluk Mike. Membuat Mike sedikit jengkel.Bukan tanpa sebab, Mike sama sekali tak akan tertarik dengan wanita-wanita yang terang-terangan menggodanya seperti itu. Baginya, satu wanita sudah cukup untuk hidupnya, dan wanita itu adalah Sasha."Handsome, wanita itu menatapmu dengan mata laparnya, biar aku menusuk matanya.""Dadanya besar sekali, apa harus seperti dia? Agar kau tak melirik wanita lain?""Ck!! Apa aku dikira adikmu, lihat dia terang-terangan menggodamu, Handsome?"Itu lah beberapa gerutuan Sasha ketika di pantai. Yang membuat Mike
"Sashaaa...!!" Pekik Mike seraya menangkap tubuh Sasha yang ambruk supaya tidak jatuh ke lantai. Berkat kesigapan Mike Sasha tak terjatuh ke lantai, karena Mike berhasil menangkapnya.Riobard dan Camilio yang sedang mengobrol di dekat pintu masuk ruang meeting terkejut mendengar suara pekikan Mike. Dengan segera mereka mencari lokasi sumber suara dan segera berjalan cepat mendekati Mike dan Sasha.Sasha sudah dalam gendongan Mike saat Riobard dan Camilio datang menghampiri."Sasha kenapa Mike?" Tanya Camilio khawatir dan penasaran. Ia dapat melihat wajah Sasha yang tampak pucat. Begitu pula Riobard yang sedikit khawatir terlihat di wajahnya."Awalnya dia ikut kemari untuk bersenang-senang sedikit dengan Giu tapi mendadak ingat Tuan yang pernah memotong lengan Ken lalu dia mual dan malah pingsan!" Jelas Mike dengan sedikit panik."Bawa ke klinik saja Mike. Dokternya masih ada. Aku baru saja menengok Dante. Jeofre dan Alonzo tadi ke sana." Sahut Riobard dengan cepat."Baik, aku akan mem
Dengan perlahan Sasha melerai pelukan Mike, Mike tampak masih terlelap dalam tidurnya. Pagi sekali Mike sudah kembali ke kamar dan tidur di samping Sasha.Dengan perlahan Sasha mulai turun dari tempat tidurnya. Berusaha tak membangunkan Mike yang tampak raut kelelahan di wajahnya.Setelah mandi dan berpakaian rapi, Sasha segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Mike.Sasha memanggang beberapa lembar roti kemudian menaruh potongan daging asap, potongan tomat, selada dan satu lembaran keju di tengahnya, kemudian menaruhnya di atas piring. Sasha juga mengambil semangkuk salad kesukaan Mike dan dua gelas jus apel. Semua itu ditaruh di atas meja dorong dan dibawanya ke dalam kamar.Saat memasuki kamar, terlihat Mike mulai terbangun."Jam berapa ini?" Tanya Mike dengan suara serak seraya mengucek matanya."Hampir jam sembilan pagi. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." jawab Sasha."Hmm.. kebetulan sekali, aku agak lapar." Jawab Mike sambil turun dari ranjang dan mende
Anggota inti Black Nostra segera memasuki helikopter. Arsen dan Mike terbang kembali ke New York memakai helikopternya yang lebih kecil sedangkan seluruh anak buahnya dan Giuseppe yang tertawan berada di dalam helikopter yang besar.Misi penumpasan Gio Bruscha terbilang sukses, meskipun ada 6 pengawal mereka yang tewas, bahkan Sam dan Dante terkena tembakan. Meskipun tidak parah.Yang terpenting adalah mereka telah menghancurkan Gio Bruscha dan menangkap Giuseppe hidup-hidup. Mereka akan mengintrogasi Giuseppe untuk memastikan tidak ada orang lain lagi dalam persekongkolannya untuk menjatuhkan Black Nostra.Arsen dan Mike duduk bersebelahan untuk mendiskusi penghargaan apa yang akan diberikan kepada beberapa pengawal yang tewas, termasuk memantau Richard membereskan urusan di Miami agar semuanya berjalan aman.Sementara di dalam helikopter, Dante tak henti-hentinya merintih dan mengomel, sesaat sebelum helikopter diterbangkan hingga mulai lepas landas."Aduh.. lenganku sakit sekali..
Arsen dan seluruh anggota inti Black Nostra telah sampai di hanggar tempat kedua helikopter diparkirkan. Jeofre dan Enrico segera menggotong Giuseppe ke dalam helikopter, sedangkan Riobard dan Alonzo memindahkan semua perlengkapan senjata ke dalam helikopter."Buka jasmu, Dante. Aku akan memeriksa lukamu," seru Camilio sambil membuka ikatan sapu tangannya di lengan Dante, lalu mengambil kotak P3K dan senter yang selalu tersedia di dalam setiap mobil.Saat masih di militer, Camilio sudah terlatih untuk mengobati luka secara darurat, baik itu luka tembak maupun luka tusukan dengan peralatan sederhana.Dante melepas jasnya dibantu oleh Pascoe dan tampak kemeja Dante yang berwarna putih, banyak noda darah di sekitar luka tembaknya pada lengan atas sebelah kanan.Dante duduk di atas kursi mobil van bagian tengah dekat pintu mobil dan Camilio berdiri di dekatnya.Camilio menarik sedikit kain lengan panjang Dante ke atas dan melalui lubang yang kena tembak itu Camilio memasukkan satu jariny
"Tuan, bagaimana dengan pria bernama Pierre itu? Alonzo mengatakan bahwa ia tak menemukan pria itu di markas Giu." Seru Mike pada Arsen sambil menolehkan wajahnya pada Arsen yang duduk di kursi belakang."Minta Pascoe untuk mencari tahu keberadaan Pierre, kemudian perintahkan Richard untuk menghabisinya. Ia terlalu berbahaya untuk Black Nostra. Karena ia tahu pasti kita lah dalang di balik penghancuran Gio Bruscha. Dia bisa menjual informasi ini ke siapapun." Jelas Arsen."Baik Tuan."Mike segera menekan tombol di earphonenya, dan menghubungi Pascoe."Pas, kau cari keberadaan Pierre. Apapun caranya, dia harus ditemukan, dan cepat kabari aku jika kau sudah menemukannya." Titah Mike pada Pascoe."Tunggu sebentar, Mike. Tidak mudah untuk menemukannya, namun aku yakin akan bisa menemukan dimana ia berada sekarang." Jawab Pascoe dengan sangat yakin.Di tempatnya Pascoe kembali mengotak-atik laptop miliknya dan berusaha mencari tahu keberadaan Pierre.Memang membutuhkan waktu yang cukup lam
Dengan langkah pasti tanpa ragu dan tanpa takut sedikit pun Carla mulai berjalan menuju pintu dengan pistol miliknya di genggaman tangan kanannya.Dirinya sudah diselimuti emosi yang memuncak atas kematian anak sulungnya. Dengan kuat ia mendorong pintu kamar mandi.Brakkk...Dan langsung mengarahkan pistol pada orang yang ada di hadapan suaminya. Ia sudah bersiap untuk menarik pelatuknya sedikit lagi peluru yang berasal dari pistol nya akan berpindah dan bersarang di kepala musuh yang berdiri tak jauh di hadapan suaminya.Telunjuknya mulai bergerak, dan..Dorrr ....Carla terjatuh ke lantai dengan kepala yang berlubang dan mengeluarkan darah segar.Peluru Mike sudah lebih dulu sampai di kepalanya sebelum ia berhasil menarik pelatuk pistolnya."Carlaaaaaa!!!" Pekik Giuseppe seraya menghampiri tubuh Carla yang sudah terbaring tak bernyawa.Giuseppe mengeratkan genggaman tangannya menahan emosi nya. Belum reda ia mendengar kematian anaknya yang merupakan penerusnya, kini di hadapannya ia
Saat pintu kamar mandi terbuka tiba-tiba saja sebuah senjata api laras panjang terlihat dan membidik ke arah Arsen. Dan...Dorrr...Brukkk!!Dorrr... Camilio dengan sigap menembak kepala si penembak hingga ia jatuh terpental ke lantai dan tewas seketika.Arsen sempat terkesiap, namun ia segera menolong berjongkok mengecek kondisi Dante yang langsung menghadang tembakan yang ditujukan padanya."Duhhh sakitttt.." Lirih Dante seraya menyentuh lengan kanannya dengan tangan kirinya."Coba ku periksa lukamu." Seru Camilio. Kemudian melihat luka pada lengan Dante. Arsen pun hanya memperhatikan.Kemudian Arsen memerintahkan Mike untuk mengecek musuh yang ternyata anak Giu yang pertama."Peluru hanya masuk 2.5cm sampai 3cm saja Dante. Tak usah cengeng seperti itu." Seru Camilio setelah mengecek keadaan luka Dante kemudian mulai membalut luka Dante dengan sapu tangan miliknya agar pendarahannya tak keluar banyak."Hanyaaa?? Kau bilang hanya hah?? Ini sakit!!" Gerutu Dante.Camilio hendak menjaw
Mike mulai memerintahkan seluruh anak buahnya untuk mulai mendekati mansion Giu dengan perlahan dan sembunyi-sembunyi.Mereka lakukan pun tidak langsung bersamaan. Agar pergerakan mereka tak diketahui.Arsen pun mulai keluar dari dalam mobil dan ikut mengamati. Ia sudah menyiapkan dua buah pistol di balik jasnya. Ia akan ikut turun tangan untuk menghadapi Giuseppe Bruscha. Pria tua yang sudah berani-beraninya mengusiknya dan Black Nostra."Bagaimana?" Tanya Arsen."Semua sudah menuju posisi mereka masing-masing, kita hanya perlu menunggunya sebentar lagi." Jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, kemudian menatap mansion Giu yang akan mereka ratakan sebentar lagi.Rasanya Arsen sudah sangat tidak sabar ingin segera meratakannya saat ini juga. Namun, rasanya tidak akan menyenangkan jika Giu mati dengan mudah begitu saja.Arsen harus membalas atas semua yang sudah Giu lakukan pada keluarganya dan Black Nostra.Begitupula dengan Mike. Ia menyimpan dendam pada Giuseppe yang rupanya membuat Mor
Tepat pukul 00.30 kedua team berangkat menuju tempat tujuan mereka masing-masing dengan menggunakannya beberapa mobil. Team A menuju mansion Giuseppe, dan team B yang dipimpin oleh Alonzo menuju markas Gio Bruscha.Jarak antara markas sementara mereka dengan mansion dan markas Gio Bruscha memang lumayan agak jauh, hingga membutuh waktu hampir sejam untuk sampai di sana. Pascoe berada di dalam mobil Van ditemani oleh Enrico.Mobil Van tersebut sudah dirancang sedemikian rupa, dilengkapi dengan segala peralatan yang Pascoe butuhkan untuk bekerja.Mobil dikemudikan oleh seorang supir, Enrico membantu Pascoe mengawasi dua buah layar laptop yang memperlihatkan markas dan mansion Giuseppe.Pascoe terus memberi informasi kepada seluruh rekannya melalui earphone."Hanya 2 orang penjaga di gerbang depan markas. Sisanya di dalam, tidak terlalu banyak, di belakang hanya ada satu orang." Seru Pascoe."Noted! Thank you, Pas!" Seru Alonzo di dalam earphone."No problem!""Mansion, tiga orang penjag