Arsen segera berangkat ke kantor setelah menyelesaikan sarapannya, sedangkan Lily tetap diam di mansion. Meskipun baru kemarin Arsen melangsungkan pernikahannya, namun ia tetap memutuskan untuk menghabiskan waktu dan pergi bekerja seperti biasanya.
Masih banyak yang harus ia kerjakan di kantor. Berita mengenai pernikahannya menyebar luas, membuat banyak wanita yang merasa patah hati dan iri terhadap wanita yang Arsen nikahi.
Tidak ada yang tahu sebelumnya termasuk media, jika Arsen sebelumnya sudah menjalin hubungan dengan seorang wanita. Sampai kejadian empat hari lalu saat Arsen mengeluarkan statment mengenai hubungannya dengan Xaviera. Barulah semua orang mengetahui jika Arsen sedang menjalin hubungan bahkan akan segera melangsungkan pernikahan.
Selain media memberitakan pernikahan Arsen. Media juga di hebohkan oleh pemberitaan yang sangat menggemparkan masyarakat.
Bahkan beberapa media lokal dan
Karena jumlah obat-obat yang digunakan oleh Xaviera dan teman-temannya dalam ukuran besar. Maka D.E.A yang akan mengambil alih mengenai kasus Xaviera dari pihak N.Y.P.D.Ada kemungkinan bandar besar di belakang penyediaan obat-obat terlarang tersebut. Kartel misalnya.Pihak D.E.A dan pihak N.Y.P.D saling berargumen, masing-masing pihak merasa merekalah yang lebih berhak menangani kasus Xaviera. Pihak N.Y.P.D berusaha menahan agar pihak mereka tetap bertugas menangani dan mengusut tuntas kasus Xaviera.Namun dua anggota D.E.A tersebut tidak gentar melawan N.Y.P.D, mereka memberikan pemaparan serta bukti-bukti yang mereka miliki, jika kasus Xaviera berkaitan dengan kasus besar yang sedang di tangani oleh D.E.A.Dua anggota tersebut berdalih, bahwa bukan hanya bandar besar, tapi ini berhubungan dengan kartel dan mafia di belakangnya. Ini bukan skala kecil yang bisa di selesaikan oleh pihak kepolisian da
Alonzo, Dante dan Pascoe akhirnya sampai di markas Black Nostra.Mereka sampai lewat tengah malam dengan membawa Xaviera untuk di hadapkan pada tuan mereka, Arsenio Orlando Lazcano.Keadaan Xaviera masih dengan tangan terborgol dan mulut di lakban saat mereka menariknya masuk, Xaviera sempat memberikan perlawanan, ia meronta dan berusaha melarikan diri, namun sayang semua usahanya hanya sia-sia.Mereka membawanya ke sebuah ruangan dengan penerangan yang temaram, mereka mendudukannya di sebuah kursi di tengah ruangan di bawah cahaya lampu yang sedikit redup. Mereka biasa menyebutnya ruangan eksekusi. Di mana semua tahanan mereka di siksa dan dibunuh diruangan ini.Arsen memerintahkan anak buahnya untuk melepas borgol Xaviera dan mengikat kedua tangan serta kakinya di kursi. Xaviera kembali meronta.Arsen sudah duduk di sebuah sofa berbahan kulit mahal di dalam ruang eksekusi. Itu
"Tu--Arsen..." seru Lily kaget saat Arsen membaringkannya di tempat tidur, ia langsung menegakkan tubuhnya. Rupanya ia terbangun ketika Arsen baru saja membaringkannya.Lily mengucek matanya, agar ia bisa melihat sedikit lebih jelas pada Arsen yang tengah berdiri di samping tempat tidur dan menatapnya.Lagi pula Lily harus bangun, takut jika Arsen membutuhkan sesuatu. Namun mata Lily membulat seketika, ketika ia melihat noda darah di lengan kemeja Arsen."Kau terluka?" tanya Lily panik, ia langsung bangkit dari tempat tidurnya dan mendekati Arsen. Ia segera menyentuh dan mengecek lengan Arsen yang terdapat noda darah."Tidak…" jawab Arsen datar. Ia memang tidak terluka sama sekali, itu hanya cipratan darah Xaviera yang mengenai lengan kemejanya saat iya menyayat tubuh Xaviera. Dan ia belum sempat mengganti pakaiannya."Sungguh? Biar aku memeriksamu," ujar Lily dengan penuh perhat
Arsen segera menaiki kuda kesayangannya, kemudian membantu Lily untuk naik, sedikit terjadi drama saat Lily menaiki kuda, ia cukup ketakutan, namun setelah Arsen menatapnya dengan tajam membuat Lily lebih takut pasa Arsen dibanding dengan menaiki kuda tersebut. Hingga akhirnya mau tak mau Lily menuruti perintah Arsen.Arsen hanya menyeringai saat merasakan tubuh Lily yang bergetar ketakutan ketika ia memacu kuda miliknya. Hingga akhirnya mereka mulai memasuki kawasan hutan yang mengelilingi mansion milik Arsen. Arsen memacu kudanya lebih cepat hingga akhirnya mereka sampai disebuah tempat.Tempat tersebut seperti sebuah lapangan. Lily memejamkan mata sedari tadi sejak Arsen memacu kudanya. Ia sudah merapalkan doa dalam hati, berharap tidak terjadi apa-apa padanya. Terjatuh dari kuda misalnya.Terdapat beberapa orang sedang memegang senjata api dan mengarahkan pada sebuah papan target, terdapat sekitar 20 line target deng
Lily yang tidak bisa berenang berusaha untuk terus menggapai udara. Lily mulai merasakan sesak pada napasnya dan nyeri di dada.Ia benar-benar tidak mampu untuk memposisikan mulut dan hidung di atas permukaan air, dan menahan napas ketika berada di dalam air karena ia memang tidak bisa berenang.Air sudah masuk ke dalam saluran pernapasan Lily sehingga pasokan oksigen menjadi terhenti, ia sudah tidak bisa bersuara lagi.Sementara Arsen masih memperhatikan Lily yang sedang berjuang dengan tatapan tak terbaca. "Dia benar-benar tidak bisa berenang rupanya." Gumam Arsen dengan santainya.Sampai akhirnya sudah tidak terlihat pergerakan lagi dari Lily. Arsen berdecak dan memutar bola matanya malas, dan segera melompat ke dalam danau untuk menggapai tubuh Lily yang sudah terapung dengan mata tertutup.Arsen segera mendekatinya dan membawa tubuh Lily ke tepi danau. Ia bergerak dan menari
Lily memandang mata Arsen yang sudah di penuhi oleh kabut hasrat yang menggebu. Ia menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya.Arsen mengangkat wajah Lily dengan telunjukkan dan membuat Lily mau tidak mau menatap wajah Arsen."Stop biting your lip," gumam Arsen dengan suara seraknya.Ia memajukan wajahnya dan bibirnya langsung menyentuh bibir Lily. Bibir Arsen sangat lembut dan Lily merasakan bahwa bibir Arsen menekan bibirnya untuk mendapat balasannya."Balas..." ucap Arsen di sela kecupannya.Lily mencoba untuk menurut, jika tidak menurutpun Arsen pasti akan memaksanya. Arsen mulai melumat Lily dengan berirama. Atas, bawah, atas, bawah. Lily tidak dapat berbuat apapun selain membalas kecupan Arsen, dan ia mulai terhanyut.Tanpa terasa Lily mulai terbuai dan jatuh dalam permainan Arsen. Arsen sangat lihai dalam urusan ini, sedangkan Lily? Meskipun bukan ka
Mata Lily membuka perlahan dalam keadaan badan letih dan nyeri. Ia seketika terkesiap dengan suara datar nan dingin tentu saja milik suaminya."Bersiaplah dalam 20 menit, kita pulang ke mansion!" ujar Arsen."B-baik..." Lily segera bangkit dari tempat tidur, meskipun badannya masih terasa sakit dan lelah. Perintah Arsen bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah. Lily sudah mengetahui ini semenjak beberapa bulan hidup bersama Arsen.Dulu saat masih bekerja di perusahaan Arsen Lily tidak sampai berpikir bahwa Tuannya yang kini telah resmi menjadi suaminya ini memiliki sikap yang sangat otoriter. Bahkan sampai saat ini Lily belum mengetahui sepenuhnya mengenai Arsen. Terlalu banyak yang Arsen sembunyikan darinya. Lily merasakan kejanggalan itu, namun ia tidak bisa memastikannya, bahkan ia tak memiliki keberanian untuk itu.Lily melilitkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berjalan dengan sedikit terseok akibat ulah Arsen semalam, yang menyiksa dirinya tanpa henti. Namun entah menga
Arsen kembali ke mansion saat sudah larut malam, ia melihat Lily yang sudah tidur terbaring di tempat tidur. Ia kemudian segera menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.Arsen yang telah selesai mandi segera mengenakan piyama yang ternyata sudah di siapkan oleh Lily sebelum ia tidur tadi.Setelah mengenakan piyama Arsen membaringkan tubuhnya di samping Lily. Tangannya memeluk pinggang Lily yang ramping.Lily sama sekali tidak terganggu oleh gerakan Arsen. Ia masih tidur dengan nyenyak, mungkin ia merasa lelah. Arsen menatap lekat wajah Lily yang menghadapnya. Pipinya tampak menggemaskan untuk Arsen.Arsen sering mencuri kesempatan untuk mengecupi pipi Lily saat ia sedang terlelap tanpa di ketahui oleh Lily sama sekali. Atau mengelus semua wajah Lily, seperti hidung, bibir atau mata Lily. Semuanya begitu sempurna di mata Arsen.Namun saat bersama Lily, ia akan bersikap seperti biasa. Tatapan, sikap bahkan aura yang kental akan intimidasi selalu ia keluarkan. Tidak ada yang berubah. T
Kejadian Margaret yang di seret dengan kuda sudah berlalu dua hari. Dan Lily sudah kembali terlihat seperti biasanya.Namun, Arsen sudah berjanji pada dirinya akan memberikan hadiah bagi Lily atas keberaniannya membunuh Elliot dan menyiksa Margaret. Yang Arsen tahu, jika dalam kondisi biasa dan bukan mereka berdua, Lily tak akan mungkin melakukannya.Tapi setelah dua hari berlalu, Arsen masih belum bisa mendapatkan hadiah apa yang akan di berikan pada istrinya tersebut.Arsen menatap Lily yang sedang memakan sarapan paginya.Lily yang merasa di tatap menyadarinya kemudian menolehkan wajah pada Arsen."Ada apa?" tanyanya dengan lembut setelah menaruh sendoknya di atas piring."Tidak ada, hanya...., Hmm apa kau sedang menginginkan sesuatu?" tanya Arsen pada akhirnya.Lily tampak mengerutkan keningnya, ia tak mengerti dengan ucapan Arsen tersebut."Aku ingin memberimu hadiah, tapi belum menemukan yang cocok untukmu. Jadi katakan apa yang kau inginkan," seru Arsen."Hadiah?"Arsen mengang
Setelah membereskan meja makan dan dapur, Charlotte berjalan mendekati Mario dan Silvia yang sedang bersama menyusun sebuah puzzle yang cukup besar di atas meja.Sebelum sampai rumah, Camilio dan Charlotte menyempatkan diri untuk membeli kue untuk Chaterine dan mainan untuk anak-anak. Camilio membelikan lima buah puzzle dari yang paling mudah sampai agak sulit. Camilio juga membelikan dua buah magic block untuk Mario dan Silvia. Camilio ingin memberikan mainan yang bermanfaat untuk anak-anaknya dan melatih perkembangan otak mereka."Bagaimana? Bisa?" tanya Charlotte dengan lembut pada Mario dan Silvia yang tampak sangat serius menyusun puzzle milik mereka."Bisa," jawab Mario tanpa mengalihkan perhatiannya pada puzzle yang ada di hadapannya."Tadi sudah berhasil dua. Yang ini sulit, Mom," lapor Silvia dengan suara yang terdengar begitu menggemaskan."Sabar ya sayang. Kau menyusun puzzlenya tidak sendiri, tapi bersama Mario. Pasti kalian bisa. Anak-anak mommy kan pintar semua," kata Ch
"Mike, semua sudah selesai dan tidak ada yang dikerjakan lagi. Aku pulang dulu ya," pamit Alonzo seraya melambaikan tangan pada Mike dan menepuk lengan Camilio."Ya, aku juga pamit. ini sudah menjelang sore. Aku pulang dulu, Mike," pamit Camilio pada Mike."Kau pulang ke rumah ibumu hari ini?" tanya Mike pada Camilio."Ya, seperti biasa. Sabtu sore aku dan Charlotte pulang dan besok malam aku sudah sampai mansion lagi," jawab Camilio."Ok. Berhati-hatilah," kata Mike sambil tersenyum."Jika ada tugas mendadak, jangan sungkan untuk menghubungiku. Anytime," ujar Camilio."Ok Cam. Selamat menikmati waktu bersama anak-anakmu. Dan sampaikan salam ku pada ibumu, dan kedua anakmu," sahut Mike.Camilio hanya membalas dengan mengangkat tangan dan tersenyum tipis. Ia bergegas menuju mobilnya untuk menjemput Charlotte dan segera pulang bersama ke rumahnya dan bertemu dengan buah hati mereka, Mario dan Silvia.Mike memasuki ruangan rapat sebentar untuk mengecek segala sesuatu sebelum meninggalka
Margaret di seret dengan paksa oleh Alonzo dan Camilio ke halaman belakang mansion.Dengan sangat jelas Margaret masih ingat tempat ini, dimana ia harus menonton Lily yang sedang berlatih menembak dan Elliot lah yang menjadi target tembaknya.Margaret terus bertanya-tanya dalam hatinya, apakah kini gilirannya menjadi sasaran tembak Lily? Tapi, tadi ia mendengar kuda dan jalan-jalan. Ia benar-benar tak mengerti.Namun, pertanyaan-pertanyaan dalam hatinya terjawab sudah, saat kedua tangannya diikat menjadi satu dan diikatkan pada seekor kuda hitam yang tampak besar dan terlihat begitu gagah.Tampak pula Lily dan Arsen yang memperhatikannya saat dirinya diikat.'Aku salah memperhitungkan jalang cilik itu! Ia benar-benar berubah dan sangat berbeda dengan Lily yang dulu penakut dan penurut. Siall!!' umpat Margaret dalam hati."Ini kali kedua ku datang ke markasmu, jadi aku ingin tahu keadaan disekitar sini. Hingga memutuskan untuk berjalan-jalan," bisik Lily pada Arsen."Dengan senang hati
Bugh....Kali ini Lily meninju mulut Margaret untuk menghentikan ucapan Margaret.Hingga Margaret memekik kesakitan."Akhh..." Margaret memekik kesakitan."Brengsek!!" umpat Margaret.Sungguh Margaret sangat kesal pada Lily. Gara-gara Lily meninju hidungnya beberapa hari yang lalu. Hidungnya sedikit bengkok, sepertinya silikon hasil operasinya bergeser dari tempatnya.Bukan itu saja, wajah mulusnya hasil dari botox nya pun kini terdapat luka memanjang hasil cakaran Lily.'Aku harus membalasnya!' geram Margaret dalam hati.Operasi plastik yang sudah lama di mimpikan nya dirusak begitu saja. Tentu saja Margaret marah dan kesal. Susah payah Margaret merayu Elliot untuk membiayai operasi plastik ini.Margaret kembali meringis, karena tinjuan Lily di mulutnya membuat kepalanya pusing.Lily hanya tersenyum meremehkan, membuat Margaret semakin dongkol dan marah saja."Cuhhh..." Margaret meludah pada Lily, untung saja tidak mengenai wajah Lily karena dengan cepat Lily dapat menghindarinya.Ar
Sabtu pagi setelah Arsen dan Lily menikmati sarapannya, mereka kembali ke kamar untuk menyempatkan diri bermain-main dengan Theo sebentar sebelum pergi ke markas. Setelah sekitar dua jam kemudian, Theo mulai merengek karena sudah waktunya ia minum susu dan tidur.Saat Lily menemani Theo minum susu, Arsen mengirimkan pesan pada Mike bahwa ia akan menemani Lily bermain-main dengan wanita tua itu."Aku titip Theo pada kalian," kata Lily pada Charlotte dan Maria."Kami pasti akan menjaga Tuan Muda dengan baik, Nyonya," jawab Charlotte yang langsung diangguki oleh Maria.Lily segera keluar dari kamar Theo menuju kamarnya. Kali ini Lily mengenakan pakaian yang lebih kasual dan nyaman dikenakan. Kerena ia akan bersenang-senang hari ini, hingga ia memilih pakaian yang memudahkannya untuk bergerak.Legging yang sedikit tebal di padukan dengan atasan oversize yang panjangnya melebihi bokong. Memastikan lekuk pinggul tersembunyi dari pandangan orang lain. Karena Arsen tak akan menyukainya.Terak
Arsen mendengar kabar dari Camilio jika tangan Mike sempat terluka."Bagaimana dengan tanganmu? Aku mendengarnya dari Camilio," tanya Arsen.Mike menatap lengannya yang terluka di balik lengan jasnya. "Bukan luka besar, tidak masalah," jawab Mike pada Arsen, dan Arsen hanya mengangguk pelan."Han?" tanya Arsen seraya mengangkat sebelah alis matanya."Ya, anak dari Lam Phuong. Anak itu di rawat oleh Vargaz bahkan diangkatnya menjadi anak. Saat aku akan membunuh Vargaz dengan tiba-tiba anak itu muncul entah dari mana dan menikam lenganku," jelas Mike.Arsen mengangguk pelan, "aku mengerti. Apa kau sudah obati?" tanya Arsen."Sasha sudah mengobatinya sesampainya aku di mansion Subuh tadi," ujar Mike."Sebaiknya lain kali lebih berhati-hati lagi.""Baik Tuan. Terima kasih," ucap Mike dengan tulus."Kumpulkan anggota inti Mike, aku mau bicara dengan mereka," titah Arsen."Mereka ada di ruang rapat semua kecuali Enrico, Riobard dan Alonzo. Mereka sedang mempersiapkan barang untuk pengiriman
Mike segera melaporkan hasil penyergapan dan pengakuan Vargaz mengenai Morons pada Arsen, setelah mereka selesai mengeksekusi Vargaz dan seluruh anak buahnya. Karena saat ini sudah hampir pukul 02.00 pagi, Mike tahu jika Arsen sedang beristirahat makanya ia memberitahunya melalui sebuah aplikasi percakapan.Mike meminta Richard untuk membereskan semua kekacauan yang sudah mereka buat, dan segera menghilangkan semua bukti terkait eksekusi Vargaz dan seluruh anggota Bleeding Corp.Setelah dirasa semua selesai, Mike dan yang lainnya meninggalkan Jacksonville dini hari itu juga.Sedangkan bocah bernama Han itu, diserahkan pada Richard untuk di urus. Ada anak buah Richard yang bertahun-tahun menikah belum dikaruniai anak. Maka Han akan di asuh olehnya.Dalam waktu kurang lebih dua jam, akhirnya Mike dan yang lainnya sampai di New York. Tanpa menunggu lama, Mike memerintahkan yang lainnya untuk segera beristirahat. Mike tahu jika semuanya merasa lelah dan butuh istirahat, termasuk dirinya.
"Jawabbb!! Apa hubunganmu dengan Mark, Vargaz!!" pekik Mike lagi karena Vargaz masih diam dan menutup mulutnya.Kali ini Vargas sedikit tersentak karena Mike memekik tepat di depan wajahnya.Dorrr..Seorang pria yang merupakan anak buah Vargaz kembali terkapar di lantai dengan darah yang mengalir di dadanya.Mike kembali menembak salah satu anak buah Vargaz tanpa belas kasihan. Keringat dingin terlihat mengucur dari pelipis Vargaz. Mike dapat melihat, Vargaz mulai ketakutan kembali."M-Mark adalah temanku," jawabnya dengan mulut bergetar. Mike memang sudah terkenal tak kenal belas kasihan dan sadis. Kali ini ia melihat sendiri dengan mata kepalanya.Dan menurut Leonid dulu. Ketua Black Nostra yang sesungguhnya lebih sadis jika dibandingkan dengan Mike.Mike menyeringai mendengar ucapan Vargaz. Ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apakah pembelotan Morina karena Dimitri?."Apakah Morons membelot karena Dimitri!?" tanya Mike dengan nada tajamnya."A-aku tidak tahu secara pasti, tapi M