Lily yang tidak bisa berenang berusaha untuk terus menggapai udara. Lily mulai merasakan sesak pada napasnya dan nyeri di dada.
Ia benar-benar tidak mampu untuk memposisikan mulut dan hidung di atas permukaan air, dan menahan napas ketika berada di dalam air karena ia memang tidak bisa berenang.
Air sudah masuk ke dalam saluran pernapasan Lily sehingga pasokan oksigen menjadi terhenti, ia sudah tidak bisa bersuara lagi.
Sementara Arsen masih memperhatikan Lily yang sedang berjuang dengan tatapan tak terbaca. "Dia benar-benar tidak bisa berenang rupanya." Gumam Arsen dengan santainya.
Sampai akhirnya sudah tidak terlihat pergerakan lagi dari Lily. Arsen berdecak dan memutar bola matanya malas, dan segera melompat ke dalam danau untuk menggapai tubuh Lily yang sudah terapung dengan mata tertutup.
Arsen segera mendekatinya dan membawa tubuh Lily ke tepi danau. Ia bergerak dan menari
Lily memandang mata Arsen yang sudah di penuhi oleh kabut hasrat yang menggebu. Ia menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya.Arsen mengangkat wajah Lily dengan telunjukkan dan membuat Lily mau tidak mau menatap wajah Arsen."Stop biting your lip," gumam Arsen dengan suara seraknya.Ia memajukan wajahnya dan bibirnya langsung menyentuh bibir Lily. Bibir Arsen sangat lembut dan Lily merasakan bahwa bibir Arsen menekan bibirnya untuk mendapat balasannya."Balas..." ucap Arsen di sela kecupannya.Lily mencoba untuk menurut, jika tidak menurutpun Arsen pasti akan memaksanya. Arsen mulai melumat Lily dengan berirama. Atas, bawah, atas, bawah. Lily tidak dapat berbuat apapun selain membalas kecupan Arsen, dan ia mulai terhanyut.Tanpa terasa Lily mulai terbuai dan jatuh dalam permainan Arsen. Arsen sangat lihai dalam urusan ini, sedangkan Lily? Meskipun bukan ka
Mata Lily membuka perlahan dalam keadaan badan letih dan nyeri. Ia seketika terkesiap dengan suara datar nan dingin tentu saja milik suaminya."Bersiaplah dalam 20 menit, kita pulang ke mansion!" ujar Arsen."B-baik..." Lily segera bangkit dari tempat tidur, meskipun badannya masih terasa sakit dan lelah. Perintah Arsen bersifat mutlak dan tidak bisa dibantah. Lily sudah mengetahui ini semenjak beberapa bulan hidup bersama Arsen.Dulu saat masih bekerja di perusahaan Arsen Lily tidak sampai berpikir bahwa Tuannya yang kini telah resmi menjadi suaminya ini memiliki sikap yang sangat otoriter. Bahkan sampai saat ini Lily belum mengetahui sepenuhnya mengenai Arsen. Terlalu banyak yang Arsen sembunyikan darinya. Lily merasakan kejanggalan itu, namun ia tidak bisa memastikannya, bahkan ia tak memiliki keberanian untuk itu.Lily melilitkan selimut untuk menutupi tubuh polosnya dan berjalan dengan sedikit terseok akibat ulah Arsen semalam, yang menyiksa dirinya tanpa henti. Namun entah menga
Arsen kembali ke mansion saat sudah larut malam, ia melihat Lily yang sudah tidur terbaring di tempat tidur. Ia kemudian segera menuju kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.Arsen yang telah selesai mandi segera mengenakan piyama yang ternyata sudah di siapkan oleh Lily sebelum ia tidur tadi.Setelah mengenakan piyama Arsen membaringkan tubuhnya di samping Lily. Tangannya memeluk pinggang Lily yang ramping.Lily sama sekali tidak terganggu oleh gerakan Arsen. Ia masih tidur dengan nyenyak, mungkin ia merasa lelah. Arsen menatap lekat wajah Lily yang menghadapnya. Pipinya tampak menggemaskan untuk Arsen.Arsen sering mencuri kesempatan untuk mengecupi pipi Lily saat ia sedang terlelap tanpa di ketahui oleh Lily sama sekali. Atau mengelus semua wajah Lily, seperti hidung, bibir atau mata Lily. Semuanya begitu sempurna di mata Arsen.Namun saat bersama Lily, ia akan bersikap seperti biasa. Tatapan, sikap bahkan aura yang kental akan intimidasi selalu ia keluarkan. Tidak ada yang berubah. T
Hari yang sulit untuk Arsen, setidaknya begitulah yang di rasakannya. Ia kembali ke mansion saat sudah larut malam. Pasti istrinya sudah tertidur dengan pulas. Pikirannya masih sedikit kacau dengan emosi yang tertahan di dada.Arsen sudah berdiri di depan pintu kamarnya. Namun ia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.Ia memutuskan untuk pergi untuk masuk ke dalam perpustakaan yang masih berada di lantai empat ini. Suasana perpustakaan akan membuatnya sedikit tenang.Ia menikmati segelas wine sambil terduduk di sofa dekat jendela di perpustakaan pribadinya. Entahlah apa yang kini ia rasakan.Amarah, kesal, emosi, semuanya berkecambuk di dadanya. Ya..., penyerangan ladang dan pabriknya di Vietnam membuatnya sedikit emosi. Tapi yang lebih membuatnya kesal adalah rasa takut jika suatu saat Lily yang akan kena imbas dari serangan para musuhnya.Arsen tidak bisa menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini, hanya rasa sesak."Shit!!" umpatnya sambil melemparkan ge
Lily seakan masih tak percaya dengan perlakuan Arsen semalam. Sungguh di luar pikirannya. Ia tidak dapat membayangkan hal seperti itu sebelumnya.Selepas membersihkan diri mereka di pagi hari, Arsen meminta Lily untuk mengenakan celana jeans panjang dan kaos yang nyaman, serta meminta istrinya untuk mengikat rambutnya dengan rapi.Lily sempat bingung, namun pertanyaannya terjawab sudah ketika Arsen membawanya ke sebuah tempat yang mirip dengan lapangan tempatnya latihan menembak, tapi kali ini di dalam sebuah ruangan.'Latihan menembak? Lagi?' ujarnya dalam hati, namun Lily tak dapat menolak perintah Arsen. Ia hanya bisa menghembuskan napas kasar. Bagaimanapun ia belum terbiasa dengan hal-hal seperti ini.Arsen yang berada di samping Lily sudah pasti mendengar hembusan napas kasar istrinya, namun ia tidak memperdulikannya."Kau tidak suka? Setelah ini kau akan belajar bertarung dengan beruang, kemarin aku membeli peliharaan baru, beruang grizzly. Sepertinya dia butuh teman," ujar Arse
Mike menghampiri Arsen yang sedang berlatih menembak dengan sedikit tergesa. Kemudian Mike tampak membisikan sesuatu di telinga Arsen. Dan Arsen tidak mengeluarkan ekspresi apapun di wajahnya."Riobard!" panggil Arsen, Riobard yang dipanggil dengan segera menghampiri Tuannya. "Ya, Tuan!" sahutnya segera."Bereskan semua ini." Arsen menunjuk dengan matanya ke arah peralatan miliknya dan istrinya yang sudah digunakan untuk berlatih menembak. "Kau ikut ke markas setelah ini," lanjut Arsen yang segera diangguki oleh Riobard.Lily hanya menatap saja apa yang di lakukan oleh suaminya dan anak buahnya. Ia sama sekali tidak paham. Sedikit penasaran namun ketakutannya melebihi rasa penasarannya. Sehingga ia memilih hanya untuk diam saja.Arsen menghampiri Lily. "Kita kembali ke mansion," ujar Arsen dengan nada datarnya. Lily mengangguk dan segera mengikuti langkah Arsen.Di dalam hatinya Lily sangat bersyukur, karena sesi latihan menembaknya sudah selesai. Ini sangat menyiksa bagi Lily."Kau b
"Cukur rambutnya." Perintah Arsen, Mike sempat mengernyit, namun dengan cepat ia bisa memahami arti ucapan Arsen. Tanpa basa-basi Mike segera mengambil alat pencukur rambut dan menyuruh anak buahnya untuk mencukurnya.Anak buah yang lain tampak kebingungan, mata penyusup itu semakin membelalak. Karena apa yang ia sembunyikan dapat diketahui dengan cepat oleh Black Nostra."Tuan.." Seru anak buah Arsen yang bertugas mencukur rambut penyusup tersebut. Menandakan bahwa ia telah selesai. Mike mengangguk.Kemudian Arsen menghampiri penyusup tersebut untuk melihat apakah tebakannya benar, diikuti oleh Mike.Dan ternyata itu sesuai dengan prediksinya. Di kepala sebelah kiri penyusup tersebut terdapat sebuah tatto lambang dari salah satu klan anggota Five Familia.Arsen tersenyum miring. "Tua bangka sialan.!" Umpatnya. "You wanna play, i will give you hard play." Gumamnya penuh amarah.Karena kini Arsen sudah mengetahui siapa klan Five Familia yang di maksud oleh mata-matanya yang berada di F
Giuseppe mengeram penuh emosi. Bagaimana tidak, mata-mata yang ia kirim ke dalam Black Nostra untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi yang berguna untuknya, kini sudah kembali pulang ke markas Gio Brucha.Ya kembali dalam keadaan tidak bernyawa, dan hanya bersisa kepalanya saja yang sudah di gunduli sehingga tato yang menggambarkan simbol kelompoknya terlihat dengan jelas.Kepala anak buahnya dimasukkan ke dalam sebuah kotak mewah berwarna merah dengan hiasan pita yang sangat mewah dan elegant. Kotak tersebut di titipkan oleh seorang kurir di pos penjagaan mansionnya.Tadinya ia kira itu hanya sebuah hadiah entah dari siapa. Namun begitu di buka alangkah terkejut dirinya begitu melihat kepala dengan simbol kelompoknya di potongan kepala itu.Dan yang lebih mengejutkan lagi ada sebuah surat, yang tertanda dari Arsenio. Sudah dapat di pastikan potongan kepala itu adalah anak buahnya yang di kirim ke dalam Black Nostra.Kelompok Gio Bruscha memang menandai semua anggota kelompokn
Sore ini semua ketua dari kelompok yang tergabung dengan Five Familia berkumpul di salah satu hotel yang di miliki oleh Arsen di tengah kota New York.Tentu saja pertemuan itu tanpa di hadiri oleh Giuseppe Bruscha dari Gio Bruscha. Karena ia sudah tewas kemarin dan menjadi makanan ikan peliharaan Arsen.Devonte Luciano, Bartolomeo, dan Edard Fabriano, duduk di meja panjang di sebuah ruangan khusus yang sudah Arsen persiapkan.Arsen duduk memimpin di temani oleh Mike, begitu juga dengan yang lainnya, mereka di temani oleh wakil dan 1 orang pengawal mereka.Beberapa makanan tersedia di atas meja serta minuman beralkohol maupun tidak beralkohol."Selamat sore, terima kasih kalian berkenan untuk datang hari ini." Seru Arsen membuka percakapan.Mereka saling bersahut membalas salam pembuka Arsen untuk rapat mereka kali ini.Arsen tampak serius duduk di kursi dengan penuh wibawa. Jiwa kepemimpinan nya begitu terlihat darinya."Aku tak ingin terlalu berbasa-basi, jadi sebaiknya kita langsung
Kini beberapa anggota inti Black Nostra sudah berkumpul di area kandang peliharaan Arsen. Jeofre, Camilio, Mike, Pascoe, Dante dan Alonzo.Mereka menemani Arsen untuk mengeksekusi Giuseppe. Giu sudah terbaring lemah di atas rumput begitu saja. Ia sudah sadar namun karena darah yang hilang begitu banyak membuatnya sangat lemas dan tak mampu banyak bergerak.Kali ini tak ada serigala, harimau maupun singa peliharaan Arsen. Arsen ingin mencoba dan melihat dengan langsung ketajaman dari gigi-gigi ikan piranha peliharaannya.Semuanya tampak sudah bersiap di sisi kolam piranha Arsen. Menurut Mike, ikan-ikan piranha peliharaannya sudah semakin bertambah besar.Giginya yang tajam dan sifatnya sebagai pemakan daging memang membuat piranha menjadi salah satu ikan yang ditakuti. Dan itulah alasan mengapa Arsen memelihara mereka, dan memasukkannya ke dalam salah satu peliharaan hewan buasnya.Gigi piranha terkenal tajam dan menakutkan yang tingginya bisa mencapai 4 milimeter. Gigi piranha juga bi
Mike masih saja tak mengerti dengan barang-barang yang diminta oleh Arsen. Hingga akhirnya Arsen meminta Mike untuk memasang jarum infus di pembuluh darah Giuseppe dan selang infus pada ujungnya.Meskipun bingung, Mike melakukan perintah Arsen tersebut. Begitupula dengan Giuseppe yang merasa heran.Camilio mengambil inisiatif untuk membantu Mike memegangi Giuseppe. Meskipun keadaan Giussepe terikat pada kursi, namun tetap saja tidak menutup kemungkinan ia akan bergerak dan memberikan perlawanan.Mike mengangguk saat Camilio mulai memegangi lengan Giuseppe. Dan benar saja, ia bergerak dan memberikan perlawanan, namun ikatannya cukup kuat. Kedua tangannya diikat pada pengangan kursi tersebut. Hingga gerakan dan perlawanannya hanyalah sia-sia.Jangan bayangkan jika Mike akan mengoleskan alkohol terlebih dahulu di sekitar area insersi agar tidak terjadi infeksi. Atau mengunakan anestesi topical untuk membantu mengurangi rasa sakit.Setidaknya Mike sudah sedikit terlatih untuk melakukan ha
Mike dan Camilio sudah membawa kembali Giuseppe yang sudah sadar ke ruang eksekusi, dan mengikatnya di kursi.Ia tak terlalu banyak berontak, karena tenaganya sudah habis akibat penyiksaan yang di dapatnya beberapa jam yang lalu, bahkan ia tak sadarkan diri sekitar satu jam lamanya setelahnya.Beberapa luka lebam terlihat di wajahnya, ke dua sudut bibirnya sudah robek dengan darah yang mengering. Hanya untuk meringis saja sudah tak mampu.Bahkan perutnya terasa nyeri karena Arsen tadi sempat melayangkan tinju kerasnya di perutnya. Pasti esok akan terlihat luka lebam di sana.Giuseppe hanya bisa terus mengumpat dalam hatinya. Rasanya ia ingin mati saat ini juga. Ia benar-benar sudah tak kuat untuk terus menerima semua siksaan-siksaan yang Arsen berikan. Ternyata kekejaman seorang Arsen yang santer ia dengar bukan hanya isapan jempol saja.Giuseppe tak suka untuk menyiksa terlalu lama musuhnya atau tawanannya. Ia lebih senang langsung membunuh dan menembaknya begitu saja. Tidak seperti
Mike berjalan cepat menuju mejanya yang ada di ruang rapat. Ia membuka laci dan mengambil sebuah kotak. Dengan ukuran sedang.Sore kemarin, anak buah Mike mengambil paket kiriman dari Richard di suatu perusahaan kurir yang ada di kota New York.Richard sudah memberitahu sebelumnya bahwa kotak tersebut berisi laptop, ponsel, passport dan dompet milik Pierre yang berisi semua identitas Pierre.Anak buah Mike sampai di markas sudah jam 6 sore dan saat itu Pascoe baru saja pulang sehingga Mike memutuskan kemarin hanya menyimpannya saja dulu untuk sementara waktu, namun karena tadi Arsen kembali menginterogasi Giu, membuatnya lupa.Mike segera mengambil cutter untuk membuka kotak yang tertutup lakban berwarna coklat tersebut.Pascoe, Dante, Jeofre dan Camilio tampak memperhatikan Mike, ditambah lagi Arsen yang memasuki ruangan dan berdiri tidak jauh dari Mike yang sedang membongkar isi paket tersebut."Pas, ini laptop dan ponsel milik Pierre." Seru Mike sambil menaruh laptop dan ponsel mil
Sebelum Theo bangun, setidaknya permainan 1 ronde harus ia selesaikan dan mandi. Selain Arsen merasa gemas dengan Lily yang selalu bersikap takut-takut namun terlihat sangat sexy saat keluar sisi sadisnya. Jadi Arsen bermaksud membuat Lily bisa melupakan rasa trauma setelah melihat kejadian sadis yang baru pertama kali disaksikannya.Tanpa basa basi Arsen langsung menggendong Lily kembali dan membawanya ke kamar mandi.Arsen berjalan sedikit tergesa karena mengejar waktu Theo yang akan bangun sekitar 1 jam lagi. Dan Lily langsung mengalungkan lengannya agar tak terjatuh.Sesampainya di kamar mandi, Arsen mendudukkan tubuh istrinya di atas wastafel yang terbuat dari marmer, kemudian berdiri di hadapannya."Mandi bersama, agar menghemat waktu.""Tap--hmpht" Mulut Lily langsung dibungkam oleh Arsen yang langsung mendaratkan bibirnya di bibir Lily, ketika Lily hendak bersuara.'Kenapa kau tidak tahu tempat, ada tempat yang lebih layak dari ini, Arsen.' Begitulah keluhan Lily dalam hatin
Greig mulai memposisikan kaki bagian depannya seakan hendak menerkam, tampak bulu di sekitar leher dan kepalanya mulai berdiri seraya memperlihatkan taringnya yang amat tajam.Dengan taring tajam nya Greig segera menerkam leher Margaret seketika dan mengigitnya dengan kuat.Margaret memekik dengan sangat kencang dan melengking, namun Greig sama sekali tak peduli. Ia terus menggigit leher Margaret dan sedikit menggoyang kan kepalanya untuk mengoyaknya hingga tak terdengar lagi suara pekikan Margaret. Tubuh Margaret bergetar hebat kemudian tampak kejang hingga akhirnya tak bergerak lagi.Lily yang melihatnya langsung memejamkan mata dan menyembunyikan wajahnya di lengan Arsen.Terdengar suara robekan daging, di susul suara 'krek' yang menandakan tulang leher Margaret putus, dan darah mulai mengalir dengan deras.Greig tampak menggoyangkan kepalanya lebih keras sedikit dan menariknya hingga akhirnya kepala Margaret terlepas dari tubuhnya. Begitupula dengan Winter yang terus menggigiti ka
Seketika Margaret meronta dan berteriak-teriak. Insting predator Greig dan Winter semakin kuat melihat seseorang bergerak-gerak melakukan perlawanan. Mereka menggeram dan mulai menunjukkan taringnya melihat aksi Margaret diseret oleh Jeofre dan Mike.Arsen sedikit menenangkan Greig dan Winter saat Mike dan Jeofre menyeret Margaret untuk mendekati kandang dan akan memasukkan.Hal itu ia lakukan, agar Greig dan Winter tak menyerang Mike dan Jeofre. Meskipun Mike ikut serta memasukkan Margaret, namun Arsen khawatir jika insting predator Greig dan Winter tak terkendali, karena mereka mulai mencium bau mangsa mereka, Margaret.Arsen terus mengulurkan tangannya untuk menyentuh Greig, Greig yang harus di tenangkan lebih dulu, karena ia adalah Alfa bagi Winter, dan Winter akan menyerang sesuai isyarat Greig.Kunci pintu kandang mulai dibuka, Margaret semakin meronta mengeluarkan semua tenaga dan usahanya.Jantungnya sudah berdetak dengan sangat cepat, keringat terus mengalir di tubuhnya, bahk
Kemudian Arsen menatap Lily. "Kini giliranmu berkenalan dengan mereka."Ucapan Arsen tersebut tentu saja sukses membuat Lily menelan salivanya susah payah.'Tuhan, tolong aku.' Gumam Lily dalam hatinya sambil terus berdoa."Ayo, mendekatlah kemari!" Titah Arsen. Lily sempat memejamkan matanya sejenak, kemudian menenangkan dirinya dan Lily pun milulai berjalan mendekat ke arah kandang Greig dan Winter.Arsen mengulurkan tangan kanannya untuk menggenggam tangan Lily. Tangan Lily terasa dingin dan gemetar di genggaman Arsen."Kau sudah lihat caraku dan Theo berkomunikasi dengan mereka, bukan?" Tanya Arsen berusaha mengalihkan perhatian Lily yang masih saja ketakutan namun ia sembunyikan."Iya," jawab Lily dengan singkat dengan bibir yang sedikit bergetar.Arsen kembali menghadapkan wajahnya pada Greig yang sedang mengamati Lily."Ini Lily, istriku. Ia tidak akan menyakitimu. Kau harus patuh pada istriku jika tidak ada aku!" Seru Arsen dengan penuh wibawa.Lily berusaha menatap mata Greig