Malam ini acara tiga hari pembacaan doa bersama di rumah H. Bahri. Sejak kematian istri pertama beliau Rosdiana, istri pertama H. Bahri meninggal di kamar mandi entah karena apa. Sebab kematiannya terus di cari oleh pihak yang berwajib. H. Bahri tidak ada di rumah saat itu, beliau sedang berada di rumah istri mudanya.
Dua hari di rumah istri mudanya, lima hari di rumah istri tuanya. Begitu perjanjian yang akhirnya di sepakati oleh H. Bahri dan Rosdiana. Hingga sepulang dari rumah istri mudanya, H. Bahri mendapati bau busuk dari kamar mandi. Saat dibuka ternyata istrinya sudah terbujur kaku di lantai kamar mandi. H. Bahri meminta bantuan warga untuk membantu mengangkat istrinya sembari ia menghubungi pihak yang berwajib.
Hari itu juga prosesi pemakaman Rosdiana dilakukan.
Beberapa keluarga datang melayat.
Adzan maghrib berkumandang, H. Bahripun bersiap melaksanakan sholat maghrib di musholla mungil namun megah di dalam rumahnya. Air wudhu ia alirkan ke wajahnya. Rakaat pertama ia lalui dengan khusyuk. Rakaat ke dua ia merasakan seseorang mengikuti gerakan sholatnya. Mungkin keponakan atau saudara-saudaranya yang turut berjamaah maghrib bersama. H. Bahri melanjutkan sholatnya namun kali ini tubuhnya meremang. Bulu kuduknya berdiri. Ia mulai tidak khusyuk terlebih saat ia mencium harum kenanga. H. Bahri mempercepat sholatnya. Ia makin tidak khusyuk ketika bayangan mukenah putih itu mengangkat tangannya terlihat dari jam tangan kaca.
H. Bahri ingin menoleh dan melihat siapa di belakangnya.
Usai salam ia perlahan membalikkan badan, namun kosong. Tak ada siapapun. Bau kenanga itupun hilang.
"Astaghfirullah... " desisnya perlahan.
Ia pun bangkit dari duduknya hendak meninggalkan musholla menuju para tamu yang akan memulai doa bersama.
Di depan musholla, ada alas kaki Rosdiana. Alas kaki yang biasa ia pakau ke musholla. Alas kaki ini tadinya berada di kamar lalu siapa yang membawanya ke musholla.
H. Bahri tidak ambil perduli, ia melangkah tegap menuju ruang tamu. Beberapa tamu telah datang. Mereka menjabat tangan H. Bahri sebagian anak muda mencium lengan bersahaja itu.
H. Bahri masih muda, usianya baru empat puluh dua tahun. Putra seorang pengusaha kaya yang memiliki banyak toko permata dan restaurant ternama di kalimantan selatan ini. Dimana-mana ada tempat usahanya. Itu sebabnya banyak wanita yang menggodanya. Wajahnya juga sangat tampan.
Ayah H. Bahri juga pengusaha kaya dan disegani. Pernikahannya dengan Rosdiana baru berjalan tujuh tahun dan dari pernikahan itu mereka tidak dikarunia anak. Hingga H. Bahri menikah lagi dengan istri barunya yang cantik jelita.
Karenina namanya. Wanita yang tinggal di Samarinda itu akhirnya bertekuk lutut pada H. Bahri setelah H. Bahri terus menerus meyakinkan perasaannya. Wanita cantik berkulit putih, bertubuh langsing, tinggi dan berhidung mancung meski bukan golongan wanita kaya, wanita itu cukup menarik perhatian H. Bahri hingga ia pun meminangnya.
Lantunan doa itu terus terpanjatkan hingga usai dan berakhir dengan makan malam bersama. Beberapa penganan di tata di atas karpet bulu yang indah.
Mereka pun berpamitan pada H. Bahri dan keluarga.
Saat H. Bahri akan menutup pintu rumah, ia melihat sesosok tubuh sedang duduk di bangku kayu halaman rumahnya. Perawakannya mirip Rosdiana.
H. Bahri menatap pemandangan itu dengan nanar, mungkinkah istrinya menjadi hantu usai meninggalnya. Bila benar demikian lalu apa penyebabnya?
H. Bahri nampak bersedih menyaksikan pemandangan tidak nyaman yang terjadi hari ini. Perlahan namun pasti ia menutup pintu rumahnya dan membiarkan wanita itu tetap berada di taman rumahnya.
Subuh tiba, adzan berkumandang di seluruh masjid dan musholla, suaranya terdengar hingga gendang telinga milik H. Bahri. Ia terbangun, menyingkap selimut tebal seraya berdoa kemudian turun dari ranjang empuk menuju kamar mandi.Usai mandi dan berwudhu ia gelar sajadah panjangnya seraya berdoa, ia panjatkan semua pinta pada Tuhan pemilik alam semesta.Menangis berlinang-linang air matanya.Hari ini adalah hari keempat kematian Rosdiana, istrinya.H
H. Bahri duduk sendiri di ruang keluarga, acara pembacaan doa oleh masyarakat sekitar terlampaui sudah. Tujuh hari berlalu, keluarga besar telah pulang ke rumah masing-masing. Yang tersisa hanya H. Bahri dan tiga pembantu juga seorang sopir yang demikian setia.Suasana sunyi ini telah terjadi berulang kali sejak Rosdiana pergi, biasanya di rumah ini suaranya sering melengking saat melihat rumah sedikit kotor atau saat tahu H. Bahri terlambat pulang. Rosdiana yang cantik molek itu tubuhnya telah bersatu dengan tanah. Keindahan tubuh itu telah ternikmati oleh cacing tanah yang menjadi temannya.H. Bahri menonton televisi sambil men
H. Bahri menghidupkan mesin mobilnya. Ia hendak menuju rumah yang ia sewa bersama Karenina istri ke duanya. Beberapa hari ini ia merasa penat sekali. Rasanya ia sedang berada dalam kemelut di rumahnya sendiri. Bagaimana tidak?Wajah itu menakutinya, ia memang tidak muncul secara utuh namun setiap sholat H. Bahri merasakan bahwa ada seseorang yang sedang menatapnya. Mengawasinya bahkan terkadang memunculkan aroma kembang yang menusuk hidung. H. Bahri mau tidak mau merasa stres dan bingung sendiri.Pagi buta H. Bahri mengemudikan mobilnya dengan sedikit kencang menuju rumah Kareinina di ujung kota. Kota yang teduh, Kota yang
Pagi yang cerah usai kejadian semalam saat Pak Bahri bersetubuh dengan Karenina istri ke duanya. Pak Bahri duduk di beranda rumah Karenina. Ia sedang berpikir keras bagaimana caranya menyingkirkan hantu Rosdiana yang setiap hari seolah mengikutinya kemanapun ia pergi hingga keresahanpun mendatangi dirinya sepanjang hari.Pak Bahri menjadi tidak fokus mengurus bisnisnya karena hatu itu seperti mengejar bayangannya tanpa ia ketahui apa maksudnya. Hingga Pak Bahri merasa resah yang terus menerus datang. Terlebih kejadian tadi malam. Kejadian tadi malam sudah teramat meresahkan.Dulu ia menikah dengan Rosdiana tidak murni karena cinta maka dari itu ia dengan sangat mudah jatuh hati dan tergoda pada banyak wanita, baginya saat itu Rosdiana adalah bunga yang layak disimpan sebagai pajangan dalam rumah saja. Tidak ada yang menarik dalam kehidupan rumah tangga pak. Bahri bersama Rosdiana. Setiap ada tamu dan keluarga jauh berkunjung pasti pujian yang datang saat mereka melihat R
Hari ini Pak Bahri memutuskan membawa Karenina pulang ke rumah pribadinya, Pak Bahri juga berjanji akan menikahi Karenina secara resmi. Ia mulai capek bermain-main seperti ini."Kamu siapkan semua keperluan ya. "Perintah Pak Bahri pada Karenina istri mudanya."Kakak yakin akan membawaku ke rumah itu? ""Aku yakin sayang. ""Lalu bagaimana dengan Abah dan mamah, apakah mereka tidak akan marah? ""Itu urusanku. Aku yang akan menceritakan semuanya pada beliau berdua. ""Kakak yakin? " Tanya Karenina lagi. Ia merasa tidak punya nyali untuk datang ke rumah itu, ruma
SUASANA KIAN MENCEKAMKarenina tiba di kediaman suaminya, Pak Bahri. Rumah megah berwarna biru muda dan putih nampak indah luar biasa.Rumah besar dengan menampikan kesan terbuka karena terbuat dari beberapa jendela panjang menjuntai mulai dari ruang tamu hingga dapur. Halaman luas dengan tanaman bunga melati menambah asri, ada beberapa kursi yang bertebaran ditaman itu lengkap dengan lampu redup yang terkesan romantis. Hari hampr senja ketika mereka tiba.Pak Bahri memebimbing Karenina masuk ke dalam rumah. Dengan hati hati Pak Bahri memapah lengan Karenina yang sibuk membawa tas berisi pakaian.“Masuklah sayang, rumah ini rumahmu.”Pak Bahri membuka pintu kamar sambil mengucapkan salam.Saat lengannya menyentuh gagang pintu, ia terkejut karena ternyata pintu rumah telah terkunci. Tidak biasanya pintu rumah di kunci pada sore hari begini.Pak Bahri menghubungi telephon rumah. Tiga kali dering akhirn
Aku akan terus menakutimuSampai kamu tahu bahwa aku ada di sampingmuKamu tak bisa melihat keberadaankuTapi aku melihatmuKamu nyata di depankuAku bisa saja merobohkan dinding ini dan menghancurkan tubuh kalian berdua hingga hancur lebur.Tapi untuk apa ?Kalian harus merasakan sakit yang sama.. Seperti aku..Kepedihan yang samaSeperti juga aku...Suara itu muncul begitu saja, menakuti semua insan yang mendengar lengkingannya. Rosdiana menjadi hantu penasaran karena tidak puas pada kenyataan hidup yang ia terima. Itu sebabnya ia terus mengganggu setiap orang yang berada di rumah itu. Ia tidak ingin ada yang bahagia di rumah itu. Semua orang harus menderita seperti derita yang ia sandang.
BERKUNJUNG KE RUMAH ABAHRumah Pak Bahri dengan abahnya tidak begitu jauh, mereka tinggal di kecamatan yang sama. Pak Bahri mengajak Karenina berkunjung kesana, Karenina memang wanita yang sangat cantik, hidungnya mancung, rambutnya pirang, dan berombak.Kali ini Karenina menggunakan atasan lengan panjang berwarna oranye dan bawahan lebar sebatas lutut berwarna hitam. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan bandana berwarna hitam berhias berlian. Bandana itu hadiah dari Pak Bahri suaminya. Hadiah pertama yang ia terima sebelum mereka menikah.Karenina keluar kamar menuju ruang makan tempat Pak Bahri menunggu. Pak Bahri mendongakkan kepalanya melihat Karenina.Sesaat ia tertegun. Makhluk di depannya cantik nian. Tak salah bila membuat dirinya jatuh cinta.“Kak...” Sapa Karenina pada suaminya Pak Bahri terhenyak mendengar panggilan itu.“Iya sayang.”“Kita jadi ke rumah abah ?”“Jadi dong tapi makan dulu.”