Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Gimana sekarang? " " Sepi gak ada kamu " " Jangan gitu Rin, kapan kapan aku main kesitu sekalian bawain novel yang menurut ku bagus buat kamu baca " " Aku selalu ngrepotin kamu yah??" " Hey heyy ngomong apa sih kamu ini Rinda " " Maaf yah, aku bukan temen yang baik buat kamu " Kita akan selalu bertemu dengan orang yang bisa membuat kita menjadi diri sendiri. Menerima kita apa adanya walaupun menurut orang lain kita terlihat tidak baik di matanya. Tapi siapa mereka berhak membenci orang lain tanpa alasan ? Siapa juga mereka yang berhak mencampuri urusan orang lain tanpa tahu pasti kebenaran nya ? Terbuat dari apa sebenarnya hati mereka ? Atau Tuhan tidak memberikan hati kenapa mereka ? ***** " Udah jam berapa sekarang vin? " Teriakku dari dapur yang tengah sibuk menggoreng omelatte untuk sarapan. Bentar bentar, bukan omelette tapi tepatnya Darmi atau dadar mie. Kurang lebih begitulah orang orang di desaku menyebut makanan satu ini. " Jam 6 kurang 15 menit " Teriak vina dari d
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipau
" Katanya suruh bayar DP minimal 400.000 buat satu kamar biar gak ditempatin orang lain. " " Yaudah pake uang ku dulu aja. " " Gapapa rin? Maaf loh, soalnya bapak ku belum ngasih uang " " Iya gapapa Vin, mau dibayar kapan ?" " Ibunya sih minta besok soalnya banyak yang tanya juga, jadi cepet cepetan. " " Yaudah hari ini aku bayar " " Beneran Rin?? Bapak ku belum punya uang. " " Santai aja sihh, udah gausah dipikirin "" Maaf yah aku selalu ngrepotin kamu " " Apaan sih. Udah cepetan beres beres. Besok kan mau pulang..." Nggak berasa udah mau semester 3 aja. Padahal rasanya baru kemarin aku duduk dibangku kuliah dengan jurusan yang tidak ku inginkan. Tapi hidup dengan orang yang bisa ngerti kita dengan baik ternyata menyenangkan. Yang awalnya terasa berat ternyata perasaan itu pergi tanpa disadari. Entah ini sebuah berkah atau jebakan tapi yang pasti aku bersyukur atas apa yang terjadi sekarang. " Udah liburan ya mba ?" " Iya pak... " " Semester berapa ??" " Semester 2 " "
" Aku gabisa lanjutin semua ini Rin. Aku pengen tapi aku gabisa " " Maksudnya?" " Bapak gak punya uang buat bayar UKT. Jadi aku kayaknya gak bisa lanjut kuliah. Bapak udah berusaha tapi uang 2 juta buat keluarga ku itu susah. Aku juga gamau kalau ibuku harus ngutang lagi padahal kemarin baru ditagih sama orang bank karena telat bayar " " Iya vin gapapa. Jangan dipaksa kalau gitu. " " Kamu jangan marah ya Rin. Aku pengen banget kuliah tapi gak ada uang nya. " " Iya Vin gapapa kalau emang memberatkan keluarga kamu jangan diterusin. " " Iya, tapi nanti kamu sendiri, Kita juga udah dp kos. " " Gampang itu mah, gausah di pikirin. " " Maaf banget ya Rin, padahal wacana kita masih banyak tapi aku gabisa lanjutin ini. " " Ngga vin, aku gak marah. Mungkin ini jalan yang terbaik buat kamu. " Aku langsung mematikan ponsel ku setelah percakapan kami selesai. Ada sedikit perasaan kecewa di dalam diriku. Entah lah, tapi berita itu membuat ku merasa sangat sedih. Aku masih belum terlalu de
" Gila kirain dapet yang sekamar dua orang, taunya empat orang! Mana kayak pesantren lagi kasurnya tingkat. " " Iyaa waktu di chat ibunya bilang satu kamar berdua kok. Eh ternyata pas dateng dapet nya begitu " " Kita cari kos sekitar sini aja kali yah?" " Boleh " " Lael, ada kos Ngga sebelah sini?" " Kalian ini yah, baru dateng langsung marah marah" Potong Fira disela sela pembicaraan ku dengan Meila yang terdengar menggebu gebu sampai belakang rumah. " Iyaa, sabar dulu kenapa sih. Makan dulu tuh mie nya keburu dingin nanti malah menggumpal " Tambah Lael yang berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang ini. Setelah kedatangan Meila tanpa berpikir panjang kami berdua langsung pergi ke kontrakan Lael dan Fira dengan semua barang barang kami yang di tinggal disana. " Tapi ini udah sore lohh, Kalian mending pulang aja " Ucap Fira setelah kami semua selesai memakan seporsi mie yang kami beli persis seperti yang dimakan oleh mbak mbak yang ada dikamar nomor 11 tadi. " Males mau
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M
" Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri
" Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad
" Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d
" Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me
Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh