Share

2

Author: Dinda Minkha
last update Last Updated: 2021-08-24 19:27:15

" Kamu gak mau nonton Rin?? "

" Gak ah, takut kalau film begituan mah "

" Ngga serem kok, sini "

" Ngga mau ah "

Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang.

" Btw, Ghibran ganteng yah "

" Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia."

" Ohhh "

Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran.

" Kenapa sih? Kok dipause film nya "

" Iya... "

Pembicaraan aku dan Fira tiba-tiba teralihkan oleh suara ribut mereka bertiga.

" Kamu suka sama Ghibran? Gaboleh !! Ghibran kan punya Meila "

" Alah emang sukanya halu "

" Ihhhh... Lael nanti dulu. Kan Meila lagi ngomong jangan di lanjut dulu film nya. "

" Ya ngomong tinggal ngomong jangan ganggu yang lagi serius nonton lahh"

" Udah pokoknya jangan ada yang suka sama Ghibran. Ghibran cuman punya Meila. Titik!! "

Mereka bertiga kembali melanjutkan menonton film yang tadi sempat tertunda akibat keributan kecil yang mereka buat sendiri.

" Kalian jangan pulang dulu, temenin aku sampe yang jemput dateng. "

" Iyaa "

Aku, Vina, dan Meila tengah berdiri di pinggir jalan raya sembari menunggu saudara Meila yang katanya akan datang menjemput. Meila sendiri gak tinggal di kos ataupun kontrakan didekat kampus. Dia tinggal cukup jauh dari kampus bersama saudaranya, jadi terkadang dia menumpang tidur di kontrakan Lael dan Fira kalau saudaranya tidak datang menjemput.

" Itu udah dateng, sana kalian pulang "

" Iyaa "

Sedari tadi Vina tampak sudah lelah berdiri disamping jalan raya yang sangat panas dan berdebu. Kini dia tengah melambai lambaikan tangan nya untuk memberhentikan angkutan umum yang sudah terlihat mendekat.

" Ayo Rin buruan "

Ia segera naik walaupun mobil nya belum berhenti dengan benar. Kami berdua duduk bersebelahan dibelakang supir karena sore itu kendaraan yang kami naiki tampak ramai oleh anak anak sekolah yang baru pulang. Perjalanan hanya menempuh waktu 2 menit dan kami berdua bergegas turun bersama anak anak sekolah yang memiliki tempat pemberhentian yang sama dengan kami.

" Huhhh, capek juga yahhh " Keluhnya saat pertama kali turun dari angkutan umum.

" Iya.. "

Kami berdua berjalan dengan cepat karena jalanan yang kami lewati menurun jadi gak terlalu berasa dibandingkan saat pergi.

*****

" Gila disini dingin banget "

" Minta panitia nya aja buat ngecilin AC nya. "

" Yaudah deh "

" Nanti kalau ada yang kesini panggil aja "

" Iya "

Awalnya aku kira duduk di bawah AC akan membuatku merasa lebih sejuk karena hari ini terasa lebih panas dari hari kemaren. Tapi aku salah, lama kelamaan rasanya hampir membeku. Sepanjang acara seminar berlangsung aku sesekali menggosok gosok kedua tanganku supaya terasa lebih hangat. Tapi nihil, rasanya tetap dingin sampe kedua kaki ku ikut dingin dibuat nya.

" Duhh, kok gak ada yang lewat sini yahh "

" Tunggu aja, aku juga dingin tapi karena ketutup sama kamu jadi gak terlalu dingin hehe "

Vina yang duduk disebelah ku juga mengalami hal yang sama. Bisa dipastikan bukan aku yang bermasalah tapi memang suhu AC nya yang terlalu dingin

" Chat aja deh "

Aku membuka ponsel milikku dan mencari grup seminar yang telah dibuat sebelum nya. Aku asal saja memilih nomor yang menjadi admin dalam grup tersebut dan segera meminta untuk menaikkan suhu AC yang terasa sangat dingin ini. Tak lama pesan ku mendapatkan balasan dan tinggal menunggu suhu nya dinaikkan.

Tiba-tiba muncul seseorang dari arah belakang ku yang bisa aku pastikan aku mengenali orang itu.

" Ghibran ??? " Batinku. Hari ini dia menggunakan atasan batik dan celana berwarna hitam yang membuat kulit nya terlihat semakin putih. Dia terlihat membawa remote AC sembari mengoperasikan nya.

" Jadi yang aku chat tadi ghibran??" Batinku lagi sembari memperhatikan nya yang tengah sibuk mengotak atik remote AC. Karena tampak nya remote yang ia bawa tidak bisa berfungsi dengan benar.

" Pindah aja ah, masih dingin banget "

Tampak nya aku duduk sendiri di barisan terdepan. Tapi tak apa setidaknya didepan tidak begitu terasa dingin walaupun sedikit malu karena diperhatikan oleh MC acara.

*****

" Taruh dibawah kasur aja ah biar gak lecek sertifikat nya "

" Kan bisa di lemari Vin, kenapa harus dibawah kasur. "

" Gapapa, siapa tau besok bertambah jadi 3 kann "

" Terserah deh, aku ngantuk banget "

Seminar hari ini selesai lebih cepat daripada kemarin. Aku meminta Vina untuk langsung pulang saja karena hari ini rasanya begitu melelahkan padahal sedari tadi aku cuman duduk kedinginan.

" Nanti sore ke masjid yuk "

" Tumben amat "

" Ihhh serius lohh, mumpung masjidnya deket "

" Iyaa, sekarang jangan ganggu aku dulu yah. Ngantuk banget nih sumpah "

" Eheeh, sorry sorry. Dah sana tidur lagi. Kirain tadi blom tidur sih makanya aku ajak ngomong lagi aja. "

" Vinnnn "

" Iya iya, selamat tidur Arindaaa. Aku mau scroll jungkook dulu "

*****

" Rin, ada mie ayam "

" Kagak bawa duit. kalau mau ngambil harus turun dulu. Bapaknya mau nunggu gak??"

" Bapak tumbas... "

" Huss.. sembarangan kamu kira ini dirumah bapak kau apa main treak treak aja. Turun!!"

Syukurlah bapak penjual mie ayam itu tidak mendengar teriakan Vina karena ia masih sibuk melayani pembeli yang jaraknya agak jauh dari masjid yang tengah kami singgahi.

Tak lama setelah itu kami berdua memutuskan untuk turun dari lantai 2 masjid untuk menemui bapak penjual mie ayam yang ada di bawah.

" Pak, saya ambil uang dulu yahh. Bapak tunggu sebentar disini. "

" Iya mbak, saya juga lagi ada pesenan dari rumah sebelah. "

" Oke, tunggu ya pak. "

Dengan masih menggunakan mukenah kami berdua berjalan dengan cepat untuk mengambil uang. Karena kamar kami ada dilantai 2 akhirnya Vina yang memutuskan untuk mengambil uang karena dia lebih cepat dalam menaiki tangga.

" Ayo " Ucapnya sembari menunjukan selembar uang yang ada ditangannya. Kami kembali melewati jalan yang menanjak untuk sampai di masjid tadi.

" Tunggu "

" Apa ?"

" Mangkoknyaaa"

" Ho iya, Gimana sih Rin kok gak ngomong dari tadi. "

" Aku baru inget. "

" Aduh, kalau balik pun harus turun lagi kelamaan. "

" Minjem aja dah di masjid. Kalau didepan masjid aja ada gelas sama galon pasti mangkok juga ada dong ."

" Teori dari mana tuh?? "

" Cari aja dulu "

Kami berdua kembali menaiki lantai 2 masjid untuk mencari mangkuk. Terlihat ada sebuah ruang kecil di dekat tangga yang terbuka pintu nya. Namun, ruangan itu terlihat gelap jadi kami berdua memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan itu dan melihat isi didalam nya. Dan ketika lampunya di nyalakan. Taraaa

" Tuh, bener kann ada mangkok, ada piring juga noh, sekalian aja ambil garpu sama sendok nya. "

" Kamu yakin gapapa rin??"

" Gapapa udah, nanti kan dikembaliin juga "

" Iya sih "

Kami berdua kembali ke Bapak penjual mie ayam dan memakan semangkuk mie ayam berdua dilantai satu disamping tempat wudhu. Ada sekat yang cukup lebar yang menutupi kami sehingga tidak terlalu terlihat oleh orang lain walaupun sedari tadi marbot masjid menyadari ulah kami. Tapi kami tetap melanjutkan menghabiskan semangkuk mie ayam dan mengembalikan barang yang kami ambil tadi.

Related chapters

  • ARINDA    3

    " Katanya suruh bayar DP minimal 400.000 buat satu kamar biar gak ditempatin orang lain. " " Yaudah pake uang ku dulu aja. " " Gapapa rin? Maaf loh, soalnya bapak ku belum ngasih uang " " Iya gapapa Vin, mau dibayar kapan ?" " Ibunya sih minta besok soalnya banyak yang tanya juga, jadi cepet cepetan. " " Yaudah hari ini aku bayar " " Beneran Rin?? Bapak ku belum punya uang. " " Santai aja sihh, udah gausah dipikirin "" Maaf yah aku selalu ngrepotin kamu " " Apaan sih. Udah cepetan beres beres. Besok kan mau pulang..." Nggak berasa udah mau semester 3 aja. Padahal rasanya baru kemarin aku duduk dibangku kuliah dengan jurusan yang tidak ku inginkan. Tapi hidup dengan orang yang bisa ngerti kita dengan baik ternyata menyenangkan. Yang awalnya terasa berat ternyata perasaan itu pergi tanpa disadari. Entah ini sebuah berkah atau jebakan tapi yang pasti aku bersyukur atas apa yang terjadi sekarang. " Udah liburan ya mba ?" " Iya pak... " " Semester berapa ??" " Semester 2 " "

    Last Updated : 2021-08-27
  • ARINDA    4

    " Aku gabisa lanjutin semua ini Rin. Aku pengen tapi aku gabisa " " Maksudnya?" " Bapak gak punya uang buat bayar UKT. Jadi aku kayaknya gak bisa lanjut kuliah. Bapak udah berusaha tapi uang 2 juta buat keluarga ku itu susah. Aku juga gamau kalau ibuku harus ngutang lagi padahal kemarin baru ditagih sama orang bank karena telat bayar " " Iya vin gapapa. Jangan dipaksa kalau gitu. " " Kamu jangan marah ya Rin. Aku pengen banget kuliah tapi gak ada uang nya. " " Iya Vin gapapa kalau emang memberatkan keluarga kamu jangan diterusin. " " Iya, tapi nanti kamu sendiri, Kita juga udah dp kos. " " Gampang itu mah, gausah di pikirin. " " Maaf banget ya Rin, padahal wacana kita masih banyak tapi aku gabisa lanjutin ini. " " Ngga vin, aku gak marah. Mungkin ini jalan yang terbaik buat kamu. " Aku langsung mematikan ponsel ku setelah percakapan kami selesai. Ada sedikit perasaan kecewa di dalam diriku. Entah lah, tapi berita itu membuat ku merasa sangat sedih. Aku masih belum terlalu de

    Last Updated : 2021-08-30
  • ARINDA    5

    " Gila kirain dapet yang sekamar dua orang, taunya empat orang! Mana kayak pesantren lagi kasurnya tingkat. " " Iyaa waktu di chat ibunya bilang satu kamar berdua kok. Eh ternyata pas dateng dapet nya begitu " " Kita cari kos sekitar sini aja kali yah?" " Boleh " " Lael, ada kos Ngga sebelah sini?" " Kalian ini yah, baru dateng langsung marah marah" Potong Fira disela sela pembicaraan ku dengan Meila yang terdengar menggebu gebu sampai belakang rumah. " Iyaa, sabar dulu kenapa sih. Makan dulu tuh mie nya keburu dingin nanti malah menggumpal " Tambah Lael yang berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang ini. Setelah kedatangan Meila tanpa berpikir panjang kami berdua langsung pergi ke kontrakan Lael dan Fira dengan semua barang barang kami yang di tinggal disana. " Tapi ini udah sore lohh, Kalian mending pulang aja " Ucap Fira setelah kami semua selesai memakan seporsi mie yang kami beli persis seperti yang dimakan oleh mbak mbak yang ada dikamar nomor 11 tadi. " Males mau

    Last Updated : 2021-09-01
  • ARINDA    6

    Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh

    Last Updated : 2021-09-10
  • ARINDA    7

    " Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me

    Last Updated : 2021-09-19
  • ARINDA    8

    " Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d

    Last Updated : 2021-09-27
  • ARINDA    9

    " Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad

    Last Updated : 2022-08-06
  • ARINDA    10

    " Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri

    Last Updated : 2022-08-07

Latest chapter

  • ARINDA    2

    " Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa

  • ARINDA    13

    " Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa

  • ARINDA    12

    Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito

  • ARINDA    11

    Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M

  • ARINDA    10

    " Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri

  • ARINDA    9

    " Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad

  • ARINDA    8

    " Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d

  • ARINDA    7

    " Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me

  • ARINDA    6

    Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh

DMCA.com Protection Status