Share

5

Author: Dinda Minkha
last update Last Updated: 2021-09-01 12:36:46

" Gila kirain dapet yang sekamar dua orang, taunya empat orang! Mana kayak pesantren lagi kasurnya tingkat. "

" Iyaa waktu di chat ibunya bilang satu kamar berdua kok. Eh ternyata pas dateng dapet nya begitu "

" Kita cari kos sekitar sini aja kali yah?"

" Boleh "

" Lael, ada kos Ngga sebelah sini?"

" Kalian ini yah, baru dateng langsung marah marah"

Potong Fira disela sela pembicaraan ku dengan Meila yang terdengar menggebu gebu sampai belakang rumah.

" Iyaa, sabar dulu kenapa sih. Makan dulu tuh mie nya keburu dingin nanti malah menggumpal " Tambah Lael yang berusaha mencairkan suasana yang sedikit tegang ini.

Setelah kedatangan Meila tanpa berpikir panjang kami berdua langsung pergi ke kontrakan Lael dan Fira dengan semua barang barang kami yang di tinggal disana.

" Tapi ini udah sore lohh, Kalian mending pulang aja " Ucap Fira setelah kami semua selesai memakan seporsi mie yang kami beli persis seperti yang dimakan oleh mbak mbak yang ada dikamar nomor 11 tadi.

" Males mau pulang, aku nginep disini aja lah. Sana kamu aja yang pulang Rin "

" Enak aja kamu juga pulang yah " Ucap Fira dengan nada sedikit kesal.

" Jadi semuanya berapa Le?"

" Satu porsi nya 10 ribu sama minum nya 6 ribu "

" Sekalian dong Rin, nanti aku ganti. Aku gapunya uang Cash soalnya "

" Iya iyaa "

" Makasihh "

Karena matahari sudah mulai tenggelam kita berdua memutuskan untuk kembali dari kontrakan Lael dan Fira. Tak memerlukan waktu yang lama untuk kembali dari kontrakan mereka, karena kami memesan driver online untuk kembali ke kos kosan kami.

" Hmmmmm " Meila tampak menghembuskan nafasnya kasar setelah melihat kondisi kamar yang begitu berantakan dan panas. Semua ini diluar dugaan ku, karena awalnya pemilik kos kosan ini menawarkan satu kamar untuk dua orang tapi nyata nya berisi empat orang.

Waktu Maghrib sudah tiba, beruntung didepan kos kami ada sebuah mushola yang tampaknya aktif digunakan oleh warga komplek sekitar. Jadi gak perlu jalan jauh kalau mau sholat berjamaah. Seketika aku teringat Vina, dulu kami selalu menunaikan sholat Maghrib berjamaah di masjid walaupun jalannya menanjak.

" Permisi, habis ini tolong kumpul di ruang tengah yah " Salah seorang datang ke kamar kami untuk memberikan informasi yang mungkin penting untuk kami. Aku masih menggunakan mukenah saat datang ke ruang tengah yang sudah dipenuhi oleh orang orang. Mungkin sekitar 10 orang atau lebih. Aku duduk bersama Meila di sebelah pintu kamar kami.

" Tolong perkenalan satu satu yahh, biar bisa kenal sama lain. Nanti aku mau buat jadwal piket soalnya."

Ucap Salah seorang dari mereka yang tampak sumringah mengatakan hal itu.

Satu persatu mulai memperkenalkan diri, kebanyakan dari mereka merupakan kakak tingkat sedangkan dua lainya merupakan mahasiswa baru.

" Nama aku Arinda dari jurusan Psikologi "

" Aku Meila , jurusan nya sama kayak Rinda "

Tak lama setelah itu suasana menjadi hening seketika karena sesi perkenalan sudah selesai. Sedangkan aku hanya sibuk melihat wajah wajah orang yang bahkan sudah aku lupakan namanya didetik itu juga.

" Didepan ada kamar kosong apa ada yang mau pindah kesitu?"

suara seorang wanita tiba-tiba memecahkan keheningan kala itu. Seorang wanita yang tidak terlalu tinggi, berambut pendek, berkulit putih serta membawa buku besar yang biasa dibawa oleh para penagih hutang.

" Untuk berapa orang bu?"

" Dua orang"

Matanya menatap tajam kepadaku seketika. Aku spontan menghadap kearah meila yang seolah-olah mengerti maksudku.

" Boleh deh bu "

Aku dan Meila bergegas masuk ke kamar diikuti oleh yang lainnya. Kami segera membawa barang barang yang belum sepenuhnya dikeluarkan dari koper. Dengan perasaan bahagia akhirnya kami berdua bisa pergi dari kamar yang tidak pernah kami harapkan itu.

Malam itu kami berdua sibuk membersihkan kamar serta membereskan barang barang yang kami bawa. Aku mendapatkan kasur yang ada dibagian atas walaupun sebenarnya aku tidak pernah tidur diatas. Tapi mau bagaimana lagi semua kasur disini model nya bertingkat.

" Kamu tau Ali gak?"

" Ali?"

" Iya, dia satu kelas sama kita loh semester ini "

" Emmm... kurang tau "

" Ihhh Masa gak tau sih. Itu loh dia yang waktu ospek kritis banget pertanyaan nya. Gila aku langsung jatuh cinta sama cara bicaranya. "

Aku berpikir sejenak sembari memandangi plafon rumah yang jaraknya terasa begitu dekat dengan diriku. Sembari berusaha mengingat ingat Ali yang tengah dibicarakan Meila. Sebenarnya aku tidak begitu asing dengan nama itu hanya saja aku tidak mengetahui bagaimana wajahnya secara jelas. Pasalnya nama Ali seringkali dibicarakan oleh para mahasiswa maupun dosen psikologi. Karena kepintaran nya dalam berbicara dan kemampuan nya dalam menarik perhatian seseorang. Tapi entahlah aku justru merasa takut kalau ternyata dia benar ada di kelasku untuk semester ini.

" Eh laper gasi?"

Ucap Meila tiba-tiba sembari bergerak secara mendadak. Aku yang berada diatas ikut merasakan guncangan yang ia buat.

" Udah malem Mei "

pembicaraan tanpa tatap muka itu mulai terjadi lagi

" Ihh baru jam 9 kok... Pesen makan yuk aku pengen makan "

" Mau apa emang nya?"

" Kimbab "

" Emang ada disini?"

" Coba aja delivery online pasti ada "

" Okee "

Aku mencoba mencari makanan yang Meila maksud. Entahlah aku masih baru disini jadi masih banyak yang harus aku cari tahu.

" Ada nih, beneran mau?"

" Iya Rin. Bayarnya cash aja. Udah cepetan di pesen "

" Oke "

" Tapi aku belum ambil uang. Pake uang kamu dulu ya Rin. Nanti aku ganti kalau udah ada uang nya "

" Okee "

Malam itu aku menutup malam dengan sepiring kimbab versi kearifan lokal. Itu pertama kali nya bagiku mencoba nya. Yahh lumayan untuk lidah orang Indonesia yang biasanya makan pecel sayur.

***

" Kita ke kos Kalian aja yah. Sambil nunggu jam berikut nya "

Ucap Fira yang duduk dibangku paling belakang secara tiba-tiba.

" Ayook "

Meila menyetujui

Aku hanya mendengarkan percakapan mereka yang begitu keras sembari sibuk membereskan buku buku dan berbagai macam alat tulis yang tergeletak di atas meja.

" Mau sekalian beli makan gak?"

Tanyaku saat kami semua sudah mulai berjalan menuruni tangga kampus. Yah, Aku, Meila, Fira, Lael, dan Syafa entah bagaimana bisa bersatu. Dengan berbagai karakter yang berbeda-beda dan latar belakang yang berbeda kami merasa cocok satu sama lain. Walaupun ada banyak hal yang selalu diributkan tapi Lael merupakan orang yang paling dewasa diantara kita. Selalu mengakhiri pertengkaran dan berusaha menyatukan satu sama lain.

" Eh Ali ngechat aku loh. Mau liat gak chat nya?"

Aku mengeluarkan ponsel ku sembari mencari chat Ali yang dia kirim tadi siang saat kuliah sedang berlangsung.

" Ali?"

Tanya Meila terkejut sembari menghentikan makan siang nya.

" Iya... Aku gatau ini Ali yang kamu maksud selama ini atau bukan "

Aku langsung menunjukkan chat Ali kepada semuanya.

" Cuman izin gak masuk kuliah satu bulan karena habis jatuh dari motor "

Kebetulan aku adalah penganggung jawab mata kuliah di kampus jadi siapapun yang berhalangan hadir akan memberitahu jika tidak bisa hadir di kelas.

" Ah udah ah, gak nafsu makan "

" Loh Mei, habisin dulu lah. Masih banyak itu kan sayang kalau dibuang. "

Tegur Lael yang sama sama sedang menikmati makan siang nya.

" Udah ah, gak nafsu jadinya "

Ada sedikit kemarahan dalam diri Meila saat ini. Apa mungkin ini salah ku? Tapi kan bukan aku yang memulai semua ini.

Related chapters

  • ARINDA    6

    Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh

    Last Updated : 2021-09-10
  • ARINDA    7

    " Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me

    Last Updated : 2021-09-19
  • ARINDA    8

    " Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d

    Last Updated : 2021-09-27
  • ARINDA    9

    " Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad

    Last Updated : 2022-08-06
  • ARINDA    10

    " Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri

    Last Updated : 2022-08-07
  • ARINDA    11

    Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M

    Last Updated : 2022-08-08
  • ARINDA    12

    Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito

    Last Updated : 2022-08-20
  • ARINDA    13

    " Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa

    Last Updated : 2022-08-22

Latest chapter

  • ARINDA    2

    " Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa

  • ARINDA    13

    " Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa

  • ARINDA    12

    Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito

  • ARINDA    11

    Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M

  • ARINDA    10

    " Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri

  • ARINDA    9

    " Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad

  • ARINDA    8

    " Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d

  • ARINDA    7

    " Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me

  • ARINDA    6

    Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status