Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu.
Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran sehabis pulang sekolah dan akan pulang sebelum jam sembilan malam. Ia memilih untuk pergi ke tempat gym atau jogging disore hari bersama teman-temannya. Tapi tak apa, selagi yang di lakukan tidak membahayakan keselamatan nya.Ibu dan Ayah selalu bertanya kabar kami berdua dan selalu berjanji untuk segera pulang secepat mungkin. Tapi tidak, semuanya masih berupa janji.Aku menghembuskan nafas panjang setelah mengingat mimpi waktu aku tertidur diruang ujian kemarin. Seandainya semua itu bisa kembali lagi." Bibi mau kemana? "" Beli sayur, mbak Rinda mau ikut? "" Emm... Boleh "Tanpa berpikir panjang Aku dan Bi Sumi langsung pergi ke tukang sayur langganan komplek Beringin Asri sembari membawa tas belanja sendiri. Mengingat kini sudah jarang sekali disediakan plastik disetiap toko perbelanjaan membuat semua orang wajib membawa tas belanja sendiri sendiri. Demi mengurangi pencemaran lingkungan. Namun, bagi Bi Sumi yang usianya hampir setengah abad membuat nya terkadang lupa membawa tas belanja ketika pergi ke pusat perbelanjaan. Karena tak ada pilihan lain, akhirnya Bi Sumi kembali membeli tas belanja yang bahkan sudah menumpuk di dapur rumah." Kayaknya kita bisa buka toko tas belanja buat ibu-ibu komplek dengan harga miring mbak "" Ahahah, bener juga bi."Disepanjang perjalanan aku dibuat tertawa oleh cerita Bi Sumi tentang tas belanja yang selalu membuatnya pusing tujuh keliling. Akhirnya Pak Andi memasang gantungan didekat pintu agar Bi Sumi tidak lupa membawa tas belanja, karena bagaimanapun pak Andi yang akan menjadi sasaran marah marahnya Bi Sumi." Pagi pak."" Pagi Bi Sumi, ini Anaknya..."" Iya, ini anaknya Ibu sama Bapak. Namanya, Arinda. "Aku tersenyum saat bi Sumi memperkenalkan namaku kepada bapak tukang sayur. Sudah sering aku melihatnya berkeliling didepan komplek ini tapi baru kali ini aku bertegur sapa secara langsung kepada nya. Sudah banyak ibu ibu yang kini tengah sibuk memilih bahan makanan yang akan mereka olah untuk hari ini. Bi Sumi pernah bilang, kalau mau beli sayur itu bagusnya pagi-pagi, sebelum kena sinar matahari jadi gak cepet layu. Percaya nggak percaya ada benarnya juga sih, sayuran akan bertahan lebih lama dari biasanya. Kalau di kulkas. Ahahahah" Arinda kelas berapa sekarang?"" Mau kelas 11 pak."" Waah, bentar lagi lulus terus kuliah ya."" Doain aja yang terbaik pak."Bi Sumi terlihat sibuk memilih sayur bayam mana yang akan dia beli, padahal menurutku semuanya terlihat sama saja." Kalau bisa jangan pacaran dulu deh mbak. Bahaya buat anak perempuan."" Iya betul. Masih kecil jangan kenal dulu sama laki-laki. "" Ngga kok Bu."" Soalnya kemarin saya liat anaknya pak Ahmad naik motor sama cowok. Dianterin sampe depan rumah malahan. Padahal kan bapaknya guru agama, apa nggak di kasih tau kalau itu tuh salah? Iya nggak Bu?"" Iya bener banget. Atau pak Ahmadnya yang gak tau mungkin. Kan jam segitu jam jamnya lagi ngajar disekolah. "" Iya mungkin ya. "Pantas saja Bi Sumi selalu uring-uringan sehabis belanja sayur, ternyata pembicaraan mereka sangat mematikan. Dan lebih parahnya lagi mereka saling mendukung satu sama lain." Mereka memang selalu begitu mbak, nggak akan selesai kalau terus diladenin."Kami berdua langsung pergi meninggalkan gerombolan ibu ibu yang masih saja bergosip ditukang sayur. Padahal kami berdua yang datang paling akhir, tapi malah kami berdua yang pulang duluan." Apa jangan-jangan kak Bara yang nganterin Nadia ke rumahnya?"Aku bergumam didalam hati sembari mengulang kejadian beberapa hari yang lalu bersama Nur dijalan raya. Itu artinya apa yang Nur lihat itu memang benar, dua orang yang dia lihat itu memang kak Bara dan Nadia. Tidak salah lagi.Ada sedikit rasa sesak didalam hati ku setelah mendengar kebenaran itu." Rinda ke kamar dulu ya bi."" Iya, kalau butuh sesuatu panggil bibi aja."" Oke."Aku langsung berjalan menaiki tangga setelah menyerahkan semua belanjaan kepada bi Sumi.Arinda : Yang Lo liat bener, ternyata yang boncengan itu kak Bara sama Nadia.Nur : Apa gw bilang... Tapi kayaknya mereka nggak balikan deh. Dia cerita banyak ke gw soalnya. Nanti deh kapan kapan gw ceritain kalau kita ketemu. Kalau lewat chat mah kelamaan. Gw males ngetiknya."Arinda : Gak penting juga sih buat gwNur : Ya udah gak jadi gw ceritain deh.Arinda : Terserah.Drrrtt drrrttSatu panggilan video masuk sesaat setelah aku merebahkan tubuhku diatas kasur." Hai, lagi ngapain?"" Ngga"" Rebahan mulu perasaan, orang mah olahraga, masak, atau apa kek. "" Terserah lah."" Ahahaha, becanda Rin... Kamu ada rencana liburan nggak?"" Sejauh ini sih nggak ada ."" Mau ikut Kaka gak?"" Kemana?"" Seminar."" Kapan?"" Besok "" Besok? "" Iya. Kamu mau nggak?"" Kan Kaka di Jakarta "" Orang Kaka udah pulang dari lama. "" Oh masa?"" Iya, jadi mau ikut nggak? Mumpung Kaka sendirian."" Emm, aman gak nih?"" Insyaallah, kalau gak mau juga gak papa."" Oke. "" Beneran nih?"" Iya."" Besok Kaka jemput di depan gang ya. Jam 8 "" Oke. "" Sampai besok. Byee."Kak Bara terlihat melambaikan tangan ketika tengah melakukan panggilan video. Aku membalas melambaikan tangan kepadanya. Panggilan berakhir dan aku mulai memikirkan pakaian apa yang harus aku gunakan untuk besok.***" Cinta memang membutakan. Seseorang menjadi terlihat bodoh ketika tenggelam didalamnya. "Gadis dua puluh tahun itu masih bisa merasakan apa yang dia rasakan hari itu. Bahkan percakapan 4 tahun yang lalu masih ia ingat dengan jelas. Walaupun ada sedikit perasan sakit yang kembali muncul di dalam hatinya. Tapi ia berusaha menyingkirkan semua itu, dan tetap fokus akan tujuannya." Aku hanya berharap orang lain tidak jatuh ke dalam ucapannya."Gadis dua puluh tahun itu membetulkan posisi duduknya dan kembali menggerakkan jari-jari nya menyambung cerita." Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me
" Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d
" Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad
" Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri
Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M
Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M
" Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri
" Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad
" Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d
" Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me
Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh