" Idih mana sih, kok lama banget."
Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain.Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online." Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. "Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk.Kak Bara: Kamu dimana?Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa?Arinda : Biru mudaSatu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang." Lama!"Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor." Berangkat?"" Heem..."Roda sepeda motor itu mulai bergerak menuju tempat tujuan. 10 menit lengang, tidak ada pembicaraan diantara kami berdua. Hanya ada suara kendaraan yang menyalip kendaraan kami. Entah sengaja atau memang dia biasa membawanya dengan kecepatan yang sedang membuat ku terasa begitu bosan selama perjalanan. Pasalnya, setiap kali aku berboncengan dengan Bagas rasanya dia seperti sedang mengajakku menemui tuhan." Maaf ya, motor Kaka jelek. "" Gapapa"Aku tidak mengenakan helm waktu itu jadi aku bisa mendengar cukup jelas apa yang dia katakan. Ditambah lagi dengan kecepatan nya yang tidak begitu tinggi membuat ku dengan leluasa segera merespon ucapan darinya. Ini adalah kali pertama bagiku pergi bersama seorang lelaki yang bahkan belum aku kenal sepenuhnya." Kamu izinya apa?"" Seminar. Kan emang seminar kan?"" Ahahaha,"" Ya emang bener kan? Kemarin bilangnya mau seminar "Lelaki satu ini hanya ber hemm saja. Firasatku mulai tidak enak ketika dia membelokkan motonya ke area wisata yang tak jauh dari rumahku." Loh kok kesini?"" Kamu udah pernah kesini emang?"" Belum "" Ya udah ayo. Kita buat cerita supaya bisa dikenang nantinya "" Idih apaan sih gak jelas banget, katanya mau seminar kok malah ke tempat wisata gini. "Kak Bara tiba-tiba mengehentikan motornya ditengah jalan sebelum kami sampai ditempat tujuan. Ia turun dari motor dan memandangi keadaan sekitar. Aku juga ikut turun dan melihat tempat wisata yang baru saja resmi dibuka tak lama ini. Aku tahu tempat ini tapi tak sedikitpun tertarik untuk pergi kesini." Jadi gini sebenernya, temen Kaka tuh mau wisuda Minggu depan. Tapi, dia sama temen-temennya belum nemu tempat yang bagus buat bikin foto album kenangannya. Makanya dia minta Kaka buat nyaranin tempat yang bagus buat background foto albumnya. "" Ooh, kenapa gak jujur aja sih. Kenapa pake boong segala?"" Kalau gak kaya gitu kamu mungkin gak bakalan mau ikut."Aku mengangkat salah satu alisku setelah mendengar kalimat darinya. Kak Bara kembali naik ke motor dan aku pun ikut menyusul dia." Oh iya, temenya Kaka itu duta lingkungan hidup jadi sebisa mungkin nanti kamu tanya-tanya sama dia."" Iya iya."***" Benar kata kamu kejadian ini akan dikenang suatu hari nanti. Dan kabar buruknya aku sendiri yang kembali mengenang kejadian itu. Kejadian yang membuat ku mulai menaruh harapan kepada seorang laki-laki untuk pertama kalinya. "Gadis berusia dua puluh tahun itu memandang keluar jendela kamarnya. Berusaha memperbaiki perasaan nya yang tidak karuan karena membuka kembali kisah masa lalu yang telah ia kubur bertahun tahun yang lalu." Aku pernah meminta untuk tidak melibatkan ku lagi dalam urusan seperti ini kepada tuhan. Tuhan sudah mengabulkan, tapi aku yang menolak menerima. Untuk kali ini aku nyatakan dunia tidak bersalah sama sekali. "Gadis berusia dua puluh tahun itu tersenyum getir sembari terus memandang keluar jendela, kearah langit yang mulai menguning oleh sinar matahari nya." Dan untuk diriku sendiri, aku berharap kamu tidak akan pernah mengambil keputusan seperti ini untuk kedua kalinya."***" Apa kabar? "" Baik-baik "Kak Bara menemui seorang laki-laki dengan perawakan tinggi besar memakai kemeja serta celana bahan seperti orang kantoran, Tak lupa tas beserta kamera ditangan. Mereka berdua kini tengah berjabat tangan dan saling bertegur sapa layaknya orang yang sudah lama tidak pernah bertemu." Ini siapa? Adik?"Aku melirik ke arah kak Bara yang ternyata juga melirik ke arah ku. Aku penasaran dengan apa yang akan dia jawab kepada temannya itu." Emmm, adik kelas. "" Oooh"" Halo, nama saya Agung."" Arindaa"Aku membalas jabat tangan dari lelaki tersebut." Nama yang bagus. "Mereka berdua kini mulai berjalan beriringan didepan, aku memilih untuk berjalan sendirian dibelakang sembari melihat spot foto yang dipenuhi oleh orang-orang. Sebenarnya tempat tersebut merupakan hutan Pinus yang berlereng diatas bukit. Tapi dengan sedikit sentuhan tangan manusia tempat itu berubah seratus delapan puluh derajat. Yang dulunya hanya berisi pohon Pinus kini terdapat rumah rumahan, ayunan, bahkan ada galeri seni kecil-kecilan untuk para pengunjung yang mau menyalurkan karyanya disitu. Disediakan pula bangku untuk para pengunjung yang sekedar ingin duduk duduk mencari udara sejuk. Banyak juga remaja remaja tanggung seusiaku yang datang bersama gerombolan teman-teman nya menggunakan baju yang hampir mirip. Bahkan tak sedikit warung warung kecil yang berderet rapih di pintu masuk tempat wisata." Mau kemana?"" Eh? Orang itu kemana?"" Itu, kamu sibuk liat sekitar jadi gak sempet liat dia pergi deh."Aku melihat Kak Agung yang tengah memotret para cewek-cewek yang mengenakan pakaian dengan warna senada yang tampak begitu bahagia. Ada yang membawa kacamata, topi, bahkan sepeda ontel untuk memeriahkan momen yang akan mereka abadikan." Mau coba kesana?"" Harus lompat dong."" Sini pegang tangan Kaka. "" Eh?"Tangan kak Bara langsung terulur untuk membantuku menuruni jalanan yang masih berkontur tanah, sehingga membuat kondisinya cukup licin untuk dilalui. Aku hampir terpeleset ketika menuruninya, untunglah tangan kak Bara begitu erat memegangi kedua tanganku.Kami berdua mulai berkeliling melewati tempat tempat yang sekiranya bagus untuk berfoto. Bahkan sesekali kak Bara melempari ku buah Cemara yang berserakan dibawah pohon. Entah apa yang terjadi kepadaku hari itu, tapi rasanya ada kebahagiaan dan ketakutan yang muncul secara bersamaan." Kita duduk dulu disana. Kamu laper nggak?"" Ngga kok "Hening beberapa saat diantara kami berdua. Aku sengaja duduk dibangku yang terpisah dengan kak Bara, sejujurnya ada rasa malu yang muncul di dalam diriku, aku merasa sedang melakukan sebuah kesalahan kepada diriku sendiri dan keluarga ku. Entahlah, mungkin karena dia sudah menipuku dengan berkata akan mengajak ku ke seminar, jadi aku merasa sedikit was-was karena kenyataannya tidak sesuai dengan ucapannya. Karena aku tidak pernah membohongi keluarga ku sebelumnya, dan kali ini aku merasa begitu bersalah." Mau pulang sekarang?"Kak Bara membuyarkan lamunanku" Terserah sih"" Ayo pulang sekarang aja mumpung belum sore. Kaka juga ada urusan. "Aku mengangguk tanda setuju. Setelah berpamitan dengan kak Agung, kak Bara langsung mengantar ku pulang ke rumah. Dia sempat mengajakku berkeliling menuju jalan yang terlihat begitu indah yang tak jauh dari tempat wisata tadi. Ia bercerita sepanjang perjalanan, karena tak ada satupun pengendara yang melintas. Aku merasa cemas karena semakin jauh jalan raya menjadi semakin sepi." Puter balik aja"" Kenapa emang?"" Ngga papa, puter balik aja sekarang. "Kak Bara akhirnya menuruti perkataan ku dan segera kembali ke jalan yang ramai. Kamu memilih diam dalam perjalanan pulang, perasaan ku tidak jelas dan aku ingin segera pulang." Rumah kamu yang mana sih?"" Itu, yang catnya warna putih."" Oooh. Kaka pulang dulu ya. Makasih udah mau nemenin Kaka hari ini."" Iya sama sama."Kak Bara langsung mengambil arah berlawanan untuk kembali ke rumah nya. Aku segera berjalan menuju rumahku dengan tergesa-gesa." Pacarnya ya neng?"Tanya pak satpam yang sedari tadi memandangi kami berdua." Oh, bukan pak. Mari..."Bibirnya tersenyum tapi matanya masih menaruh rasa curiga kepadaku. Tapi peduli apa lah, toh aku tidak berbuat salah kepadanya." Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d
" Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad
" Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri
Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M
Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Gimana sekarang? " " Sepi gak ada kamu " " Jangan gitu Rin, kapan kapan aku main kesitu sekalian bawain novel yang menurut ku bagus buat kamu baca " " Aku selalu ngrepotin kamu yah??" " Hey heyy ngomong apa sih kamu ini Rinda " " Maaf yah, aku bukan temen yang baik buat kamu " Kita akan selalu bertemu dengan orang yang bisa membuat kita menjadi diri sendiri. Menerima kita apa adanya walaupun menurut orang lain kita terlihat tidak baik di matanya. Tapi siapa mereka berhak membenci orang lain tanpa alasan ? Siapa juga mereka yang berhak mencampuri urusan orang lain tanpa tahu pasti kebenaran nya ? Terbuat dari apa sebenarnya hati mereka ? Atau Tuhan tidak memberikan hati kenapa mereka ? ***** " Udah jam berapa sekarang vin? " Teriakku dari dapur yang tengah sibuk menggoreng omelatte untuk sarapan. Bentar bentar, bukan omelette tapi tepatnya Darmi atau dadar mie. Kurang lebih begitulah orang orang di desaku menyebut makanan satu ini. " Jam 6 kurang 15 menit " Teriak vina dari d
" Kamu gak mau nonton Rin?? " " Gak ah, takut kalau film begituan mah " " Ngga serem kok, sini " " Ngga mau ah " Vina, Lael, dan Meila nampak tengah serius menonton film dokumenter yang Fira rekomendasikan. Sembari memakan nasi kotak yang tadi diberikan aku hanya sesekali melirik ke arah mereka karena teriakan yang mereka buat. Kalian tau sendiri kan gimana cewek kalau udah ngumpul sambil nonton film?. Sudah pasti di penuhi oleh teriakan teriakan yang menghebohkan seluruh penghuni rumah. Pasalnya, Lael dan Fira merupakan teman sekamar di kontrakan yang mereka sewa. Jadi, ada ruang tamu yang sangat luas untuk bisa bersantai sambil rebahan atau nonton film kayak sekarang. " Btw, Ghibran ganteng yah " " Iya emang, tapi aneh banget dia mah orang nya. Jokes nya jarang ada yang nyambung kalau sama dia." " Ohhh " Fira cukup tahu banyak tentang Ghibran pasalnya mereka berdua tergabung dalam UKM yang sama dikampus. Jadi wajar saja kalau dia tahu tentang Ghibran. " Kenapa sih? Kok dipa
" Bunga mawar merah itu bisa diartikan sebagai cinta. Tapi tidak semua cinta itu indah, jadi kamu harus berhati-hati dengan durinya. " Lagi-lagi hujan deras, payung hitam milik lelaki misterius itu kembali aku gunakan. Ditepi danau, dibangku yang sama, yang selalu aku datangi setiap waktu. Lelaki itu tersenyum memandangku diantara butiran hujan yang turun di antara kami. " Siapa kamu sebenarnya? " Lelaki itu memalingkan wajahnya dari ku dan terdengar suara helaan nafas nya yang lembut. " Aku hanya berharap semoga kamu baik baik saja." Lelaki itu langsung beranjak dari duduknya dan pergi menggunakan payung hitam miliknya yang lain. " Tunggu!! " Aku berusaha mengejarnya, tapi seseorang memanggil ku diantara suara gemericik air hujan yang begitu deras. *** " Arindaa..." " Arindaaa...." Badanku terasa digoncangkan oleh seseorang dengan ritme yang begitu kencang. " Apa sih!!??" " Bangun cepetan! Gila Lo udah jam 10 masih molor aja!" " Serah gw lah..." Aku kembali menutupi wa
Banyak sekali yang berubah dalam hidupku selama libur semester kali ini. Keluarga, Cinta, bahkan teka-teki bunga mawar yang datang dalam mimpi. Ibu dan Ayah sesekali pulang ke rumah ditengah kesibukan pekerjaan mereka. Entah itu dihari libur atau sengaja pulang hanya untuk menemui kami walaupun hanya untuk satu hari. Hal itu membuat hidupku terasa lebih berwarna. Adiku yang dulunya selalu mengunci diri didalam kamar setelah pulang sekolah atau keluyuran pada malam hari membuat nya bisa lebih terbuka kepada kami semua. Termasuk kepada Bi Sumi dan Pak Andi, bahkan sekarang ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar dan pergi berolahraga disetiap sore hari. Seperti nya aku juga menemukan cinta di dalam diri seseorang yang selama ini aku benci. Lucu memang, sekarang aku percaya untuk tidak membenci seseorang terlalu dalam. Karena benci bisa menjadi cinta. Apakah ini kebahagiaan yang orang itu maksud? Entahlah, tapi kali ini aku mulai menyukai bunga mawar merah, membelinya dito
Kedua mataku masih memandangi gelang manik-manik dengan bandul berbentuk kupu-kupu yang tergeletak di atas meja belajar. Hujan kembali turun pagi itu, kali ini lebih deras dari yang kemarin, kabut juga tampak menyelimuti seluruh kota. Aku melirik keluar jendela memperhatikan awan hitam yang terlihat seolah-olah berjalan mengelilingi seluruh kota. Menumpahkan semua isi nya secara bersamaan. Walaupun tidak ada petir yang menyambar dibalik awan hitam, tetapi tetap saja suasana nya terasa begitu mencekam untuk keluar rumah. " Huhhh..." Aku menghembuskan nafas panjang berusaha membuang semua pikiran yang berlalu lalang tidak jelas di kepalaku. *** " Kamu marah sama Kaka?" Kedua kakiku seketika langsung berhenti setelah mendengar ucapan lelaki itu " Oh ngga kok " Kataku sembari sedikit tersenyum dan menghadap ke arah nya. Memang benar, wanita akan lebih sensitif saat mengalami datang bulan. Perasaan ku sedang tidak karuan waktu itu ditambah seluruh badanku yang rasanya pegal linu. M
" Aduh bisa ngga sih paginya di undur dulu? Gw masih ngantuk nih." Sembari mencari posisi yang nyaman aku kembali menutupi wajahku dengan selimut tebal yang menghangatkan tubuh. Tirai jendela kamar ku sudah terbuka, pasti bi Sumi yang membukanya. Tapi pagi itu tetesan air hujan tampak muncul dibalik kaca jendela, membuat ku ingin kembali tidur lebih lama. Apalagi dengan udara dingin yang membuat kedua kakiku menolak untuk turun ranjang. Ditambah hari-hari pertama datang bulan yang membuat seluruh tubuhku terasa begitu pegal. Lengkap sudah bagiku untuk berleyeh leyeh diatas tempat tidur sesuka hati. Aku melirik jam beker yang menunjukkan masih pukul 06.35 pagi. Aku kembali memejamkan mataku dan berusaha tidur kembali, tapi belum ada satu menit mataku kembali terbuka lebar. " Hoamm.... " Aku akhirnya memutuskan untuk segera bangun dan duduk bersila di atas kasur. Sembari sesekali mengusap ngusap kedua mataku karena penglihatan ku masih buram. Aku memandang keluar jendela, melihat ri
" Idih, coba salah satu hubungin kak Bara kek. Ini waktunya udah molor hampir satu jam! Janjinya jam 8, gw juga ada keperluan lain di pesantren." " Sabar sih, orang gw udah coba hubungin dari tadi tapi gak ada jawaban." Aku bisa mendengar suara berisik yang bercampur dengan lagu yang kini tengah aku dengarkan. Entah apa yang terjadi tapi hari ini perasaan ku tidak karuan. Resah, senang, sedih dan, tegang bercampur aduk menjadi satu. Biasanya aku menetralkan suasana hati ku dengan mendengarkan lagu yang aku sukai. Tapi kini semuanya malah menjadi tambah tidak karuan. Suara bising yang dihasilkan oleh orang orang yang kini tengah duduk tak jauh dariku membuat ku tidak bisa merasakan ketenangan yang aku inginkan. " Eh udah dibales. Katanya kita suruh latihan PBB dulu." " Ayok guys, cepetan latihan. Biar cepet pulang." Langkah kaki semua anggota kami bergemuruh diatas tanah, menimbulkan sedikit getaran yang membuat ku ikut beranjak mendekati sumber suara. Ditengah lapangan, hanya ad
" Bibi perhatiin, sejak pulang dari seminar kemarin mbak Rinda kok jadi pendiam sih." " Perasaan bibi aja kali. Orang biasanya Rinda juga selalu diem." " Mbak Rinda, bibi kerja disini bukan dua bulan yang lalu, tapi udah hampir lima tahun. Bibi sudah hafal bagaimana sikap mbak Rinda sehari-hari. Kebiasaannya mbak Rinda, makanan yang mbak Rinda suka ataupun nggak, bahkan bibi sampai tau selera fashion nya mbak Rinda. " Aku masih fokus mengupas kentang yang sudah direbus untuk dibuat perkedel pagi ini. Sudut mataku bisa menangkap kalau bibi kini tengah memperhatikan ku. Tapi aku berusaha untuk terlihat sesantai mungkin." Oh ya? Coba, Rinda suka fashion yang kaya apa?" " Kaya Princes kan? Yang bajunya besar besar terus pakai mahkota?" Ucapnya sembari memperagakan layaknya model internasional. " Bener sih, tapi kan itu beda ceritanya bibi..." " Emang beda ya?" " Iya lah, masa Rinda pake baju kaya Princes sama mahkota buat sehari-hari sih.." " Bibi tau." Bibi Sumi kembali duduk d
" Idih mana sih, kok lama banget." Sudah hampir 10 menit aku menunggu di gang depan komplek. Berdiri dipinggir jalan dengan sinar matahari yang semakin menyengat dikulit. Sudah jam 8 lebih 5 menit, aku pikir aku yang sudah terlambat tapi nyatanya manusia satu itu belum juga muncul diantara pengendara motor yang lain. Sudah aku chat dia berkali-kali tapi belum kunjung dibalas padahal sejauh ini terpantau hp nya tengah online. " Apa gw dikerjain ya? Lagian mauan sih gw! Kenal aja kaga, bisa bisanya langsung setuju diajak jalan. Mana acaranya nggak jelas lagi. " Ponsel yang ada di tanganku tiba-tiba bergetar pertanda ada sebuah pesan masuk. Kak Bara: Kamu dimana? Arinda : Didepan gang lahKak Bara: Pake baju warna apa? Arinda : Biru muda Satu menit setelah pesan dariku yang tidak dibalas seseorang yang aku tunggu-tunggu akhirnya datang. " Lama!" Ucapku tepat dihadapannya dan langsung duduk di jok belakang motor. " Berangkat?" " Heem..." Roda sepeda motor itu mulai bergerak me
Libur sekolah akhirnya tiba, selama 2 Minggu kedepan aku bisa sedikit bersantai dan menjernihkan semua pikiran ku dari hal-hal yang memusingkan. Untuk memulai hari pertama libur sekolah aku memutuskan untuk lebih banyak membaca buku, menyiram tanaman, dan duduk santai sambil menonton film kesukaan. Tidak ada jadwal bangun siang karena Bi Sumi akan mengetok pintu kamarku tepat setelah adzan subuh berkumandang. Biasanya ibu yang akan melakukan semua itu, sembari berteriak-teriak membangunkan semua anggota keluarga untuk segera sarapan. Sarapan akan dimulai ketika adik ku yang sangat susah di bangunkan berhasil bergabung dimeja makan dengan mata yang masih setengah menutup dan rambut yang acak-acakan. Ya, tapi itu dulu. Sekarang semuanya berubah begitu bisnis ayahku dikabarkan naik diangka yang tidak pernah terbayangkan. Membuat ibuku juga tiba-tiba ikut mengurus semua bisnis yang membutuhkan campur tangan banyak orang, bisnis properti. Sedangkan adiku, kini ia lebih sering keluyuran seh