Jam 6 pagi di kediaman keluarga Ananta telah ramai dengan suara menggema walaupun hanya ditempati oleh 4 orang karena papa dan opa Feli yang semenjak dia kelas 6 SD telah meninggal karena kecelakaan mobil. Sedangkan oma Felicia atau ibunda almarhum papa Felicia meninggal saat Felicia duduk di taman kanak- kanak. Rumah yang hanya ditempati oleh Felicia,mama Felicia,dan oma Felicia alias ibunda mama Felicia serta opa Felicia atau ayahanda almarhum papa Felicia. Teriakan masih menggema dari mulut gadis kelas 9 SMP yang akan menjalani ujian semester sebelum ujian nasional dan tryout di sekolahnya. Gadis SMP yang kini sedang kalang kabut mempersiapkan barang-barang untuknya nanti.
"Mam tas Feli di mana? Kok nggak ada di kamar Feli." tanya Felicia dari kamar sambil mencari tas sekolah miliknya.
"Udah di bawah Fel dari malam setelah kamu selesai belajar lalu bawa turun." balas mama Feli dari arah ruang makan menunggu Felicia keluar dari kamar.
Setelah 5 menit Felicia turun dengan penampilan rapi dengan jas sekolah yang dia bawa ditangannya.
"Pagi mam." sapa Feli sambil terus mengecupi pipi mamanya.
"Pagi Fel." balas mama Feli sambil menuangkan nasi goreng kesukaan putrinya.
"Mama antar Feli sekolah sekalian ke toko?" tanya Feli sambil memenuhi pipinya dengan nasi goreng buatan mamanya.
"Iya Fel." jawab mama Feli sambil menuangkan minum ke gelasnya dan Feli.
"Berarti nanti Feli pulang ke toko dulu ya mam." balas Felicia sambil meneguk air digelas yang telah dituangkan mamanya dan mulai berdiri ke tempat sepatu untuk memakai dan menyusul mamanya yang mulai masuk mobil untuk menyetir.
Setelah 5 menit perjalanan Felicia berusaha mencari topik pembicaraan untuk dibicarakan dengan mamanya.
"Mam boleh nggak kalau setelah Feli ujian semester kita ke kuburan papa?" ucap Feli sembari menolehkan kepala ke mamanya yang menyetir.
"Lihat keadaan dulu ya Fel mama nggak janji tapi mama usahain." jawab mama Feli sambil masih fokus menyetir.
"Semoga mama bisa soalnya Feli kangen sama papa." balas Feli sambil merayu agar mamanya segera mengiyakan.
"Iya Feli, tapi setelah pembagian raport ok?" ucap mama Felicia yang dibalas anggukan penuh semangat dan senyum dari Felicia.
Setelah 20 menit berlalu Felicia pun sampai di sekolahnya. Dia berpamitan dengan mengecup kening mamanya sekilas. Lalu dia berjalan menuju ke ruangan tempat ujian semesternya.Banyak pasang mata yang melihat Felicia kagum dan ada juga yang melirik sinis.
"Pagi Fel!" sapa Ashima temen sekumpulan Felicia dengan penuh semangat.
"Pagi juga. Gue mau langsung ke ruangan kumpul setelah pulang aja ya," ucap Felicia membalas sapaan dan memberitahu setelah pulang sekolah mereka akan berkumpul.
"Ok!" bales Angel, Ashima, Dina bersamaan.
Setelah mengatakan hal tersebut Felicia melanjutkan jalannya menuju ke ruangan yang akan dia tempati. Dia duduk diluar ruangan yang masih lumayan dekat dengan ruangannya. Dia mengecek dimanakah id card yang akan dia pakai nanti. Setelah mendapatkannya dia melanjutkan kembali perjalanannya untuk menuju keruangan yang akan dia tempati.
Felicia masuk ke ruangannya setelah menyapa orang yang telah sampai lalu mendudukkan dirinya tempat yang telah tertulis namanya. Dia menengok kesamping kursinya ternyata teman semeja-nya adalah adik kelas dan sialnya adalah cowok. Karena Feli terlalu malas berlama-lama untuk mengamati sekitarnya dia pun mengambil buku materi yang akan dijadikan ujian semester pada jam ini.
"Woy Fel, nanti join ya kita waktu ngerjain uraian." ucap Neil yang berada di belakang tempat duduk Feli yang merupakan teman sekelasnya. Felicia hanya membalas anggukan kepala sambil menyatukan jari telunjuk dan ibu jarinya yang artinya ok.
"Wah Lut, kakak kelas yang jadi teman semeja loe cakep bener deh." puji Arkan yang memasuki ruangan teman kelas sebelahnya.
"Yoi dong, Lutfi Cahaya gitu loh Ka." Lutfi membalas dengan nada sombong.
"Lumayan loe Lut dapat bening bening disaat stress soal." ucap salah satu teman Arkan dan Lutfi.
"Awas aja tuh kakak kelas hari 3 ujian semester bakal gue pepet gimana pun caranya." ucap Arkan sambil melirik Feli dari atas sampai bawah.
"Pede amat loe Ka, dia aja udah terkenal dengan gadis es batu," ledek teman sekumpulannya.
"Pede dong jelas, gue bisa kali minta akun i*******m dan nomornya sama semeja gue." balas Arkan sambil tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah mata.
Kring...Kring...Kring...
Bel pertanda harus memasuki ruangan masing - masing pun berbunyi. Guru - guru yang akan menjadi pengawas setiap ruangan sudah mulai keluar sambil membawa beberapa map yang berisi kertas soal, lembar jawab, aturan selama ujian semester berlangsung, dan absensi setiap ruang.
Guru yang akan mengawasi ruangan Felicia telah datang membuat ruangan yang awalnya berisik dengan suara janjian untuk menyontek dan pembahasan lainnya pun seketika diam. Guru tersebut terlebih dahulu meminta untuk seisi ruangan membaca doa sesuai kepercayaan masing masing agar dapat mengerjakan dengan lancar.
"Siapa yang akan membimbing untuk melakukan doa di ruangan ini?" tanya guru berkacamata dan berbadan gendut itu.
"Itu bu guru, murid yang duduk di pojok kanan dekat pintu dia ketua kelas." ucap salah satu anak perempuan yang duduk ditengah paling belakang.
"Ok, kamu yang duduk dekat pintu cepat pimpin doa," perintah guru gendut dan berkacamata dengan setengah berteriak.
"Baik bu, di tempat duduk siap grak. Berdoa menurut agama dan kepercayaan masing- masing dimulai," perintah anak cowok yang duduk dibelakang pintu kepada teman seruangnya.
Setelah 5 menit melakukan doa dilanjut dengan pembacaan aturan yang berlaku selama ujian semester berlangsung. Selesai dengan doa bersama dan pembacaan tata tertib yang berlaku keadaan ruangan seketika hening hanya ada suara tinta yang menghiasi lembar jawab.
"Woy Fel, woy join no 25 apa loe?" ucap anak lelaki ketua kelas tadi sambil berbisik dan berpura-pura menjatuhkan penanya.
"Nggak tau. Belum sampai sana." balas Felicia tanpa menoleh dan membalas dengan suara berbisik.
"Fel Feli." panggil Neil sambil sedikit menendang kursi yang dipakai Felicia. Dia hanya membalas dengan sedikit mendongakkan kepalanya lalu kembali menunduk. Neil tak henti hentinya berusaha untuk mencontek Feli dengan cara mengganggunya. Hingga tanpa disadari Neil guru pria botak dan kurus bak pensil itu sudah berdiri dibelakangnya.
Ehem panggil guru itu dengan berdeham untuk menyadarkan salah satu murid nakalnya ini.
" Eh ba-pak hehehe a-pa kabar pak? Baik pak?ini pak sa-ya cu-ma lagi pinjam pe-na milik Felicia saja kok pak." Neil terbata-bata, sedangkan Felicia yang berada didepan Neil menggigit bibir bawahnya menahan tawa dengan tingkah laku ajaib temannya satu itu.
"Benar Feli? Neil hanya ingin meminjam saja?" tanya guru itu sambil menatap Feli penuh selidik bermaksud agar muridnya mengatakan sejujurnya.
"Iya pak benar kok, maksud saya bener kalau Neil ingin mencontek saya." jawab Felicia jujur dan dibalas dengan ekspresi datar Neil, sementara Neil harus menahan umpatan didalam hatinya.
"Ya sudah, Feli kamu kerjakan sendiri apabila ada yang ingin mencontek atau teman semejamu meminta bantuan jangan mau." ucap guru pria itu menasehati Felicia.
Bel pertanda bahwa waktu telah habis berbunyi semua siswa-siswi yang berada dalam ruangan diperintahkan oleh masing-masing pengawas ruangan untuk keluar terlebih dahulu. Beberapa murid ada yang tetap fokus belajar untuk mata pelajaran berikutnya dan ada pula yang ke kantin untuk mengisi perut yang kosong seperti tahu pong karena habis untuk berpikir. "Feli ke ruangan sebelah yuk dicariin Devi loe, sekalian minuman kesukaan loe udah ada." ucap Neil sambil berjongkok untuk berbicara dengan Felicia yang berada dibawahnya. "Duluan aja sana. Gue mau masukin buku sebentar." balas Felicia sambil memasukkan buku paket yang tadi dia pegang lalu membersihkan rok seragamnya. Dia berjalan menuju ruangan sebelah ruangannya yang masih termasuk teman sekelasnya karena kelas Felicia dibagi menjadi dua ruangan. Sesampainya di ruangan sebelah Felicia duduk berhadapan dengan Devina. "Kenapa Dev tumb
Sekolah telah sepi banyak murid, guru, penjaga kantin sudah pulang hanya tersisa 1 satpam saja. Felicia bertanya-tanya tumben sekali mamanya terlambat menjemputnya, bahkan biasanya Felicia belum keluar kelas pun mamanya sudah menunggu di tempat parkir. "Apa Feli minta tolong pak satpam minta anterin pulang ke toko ya?" "Minta tolong nggak ya? Batin Felicia menimbang-nimbang keputusannya." Karena jam yang menunjukkan semakin hampir sore dia pun akhirnya minta tolong kepada satpam SMP N 1 Samudera. "Pak boleh minta tolong nggak?" ucap Felicia sopan. "Minta tolong apa non?" tanya pak satpam karena tumben sekali murid yang terkenal most wanted, tetapi dinginnya melebihi kutub ini belum pulang jam segini. "Minta tolong anterin Felicia ke toko mama." ucap Felicia setengah ragu bagaimana kalau pak satpam sekolah tidak mau. Tidak mungkin kan dia harus men
Felicia terbangun saat bunyi alarm kamarnya berbunyi secara terus menerus dengan begitu keras, dengan nyawa belum terkumpul seutuhnya dia mematikan alarmnya. Dia bergegas mencari seragamnya serta meletakkan buku yang tadi malam tergeletak dimeja lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai dia segera memasuki kamar mandi dan mengambil handuk miliknya. Dia keluar dengan handuk yang melilit erat di pinggangnya. Selesai dengan berganti baju seragam dia turun kebawah dan ternyata harapan dia pupus begitu melihat meja makan kosong tanpa mamanya yang menemaninya. Dia memutuskan hanya mengambil sehelai roti dan meminum seteguk air botol dalam kulkas lalu berjalan menuju pintu rumahnya lalu berangkat sekolah menggunakan bus.Setelah 20 menit dia menunggu bus yang menuju kearah sekolahnya. Bus pun datang dia menduduki tempat yang selalu menjadi tempat favoritnya yaitu pojok jendela dan paling belakang.Selama 15 menit perjalanan menggunakan bus,
Felicia berjalan menuju ke ruangannya dan menyapa setiap orang yang kenal baik dengannya. Sesampainya di ruangan dia langsung meletakkan tas ransel miliknya dan mengulang kembali sedikit materi bahasa Inggris yang merupakan mata pelajaran favoritnya. Dia selalu bercita-cita ingin menjaditour guideatau menjaditranslator agar dapat menikmati indahnya luar negeri. Dia terus fokus belajar sambil bel pertanda mulai mata pelajaran ujian semester akhir untuk hari itu berbunyi.Kring... Kring... Kring...Terlihat banyak siswa- siswi yang masih tidak berada dalam ruangan seketika langsung tergesa- gesa menuju ruangan masing-masing, karena melihat pengawas yang mulai keluar ruang guru. Guru pengawas mulai memasuki ruangan yang telah ditentukan kepala sekolah sebelum ujian semester berlangsung. Saat ini pengawas yang menjaga kelasnya adalah 2 wanita guru bahasa Inggris. Yang gendut dengan wajah seperti kepala sekolah di upin dan
Pukul 5 pagi dia terbangun dari tidurnya karena merasakan tenggorokannya yang mendadak kering. Di pertengahan tangga dia terkejut saat mendapati mamanya bersama dengan pria yang kemarin dia lihat di kafe melakukan hal yang tidak pantas. Dia pura-pura tidak melihat mamanya dengan pria asing tersebut. Dia memasuki dapur dan sekalian menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Felicia mengambil bahan untuk membuat nasi goreng. Dia dengan sengaja mengeraskan potongannya pada sosis.Tak...Tak...Tak...Suara pisau mengenai alas pemotong yang digunakan Felicia seketika membuat dua sejoli itu sadar dengan keadaan."Feli, kenapa kok masih jam 5 udah bangun?" ucap pria berkemeja biru gelap berusaha akrab dengan calon anak tirinya."Buat sarapan supaya nggak telat." balas Felicia cuek dan dingin."Sini Fel. Biar mama aja yang lanjutkan," tawar mama Tesa."Terima kas
Felicia langsung pulang tanpa kemanapun lagi. Saat sampai rumah dia segera membuka gerbang rumah, lalu saat ingin membuka pintu ruang tamu dia kaget karena tumben sekali tidak terkunci. Saat membuka pintu dia terkejut karena lagi-lagi dia melihat mamanya dengan pria asing bedanya pria tersebut telah berganti baju menggunakan pakaian almarhum papa Felicia."Ngapain, mam?" ucap Felicia kepada mamanya sambil kembali menutup pintu tanpa mengunci."Ah--ann--anu itu--Fel--" ucap Tawarikh calon mama Tesalonika dengan gelagapan."Loh kok baru jam segini sudah pulang, Fel?" tanya mama Tesa."Iya guru rapat," sahut Felicia sambil melepaskan sepatu dan meletakkannya ketempat semula."Siapa dia?" tanya Felicia karena rasa penasaran semakin meningkat."Ini calon papa kamu Fel, bulan depan mama akan menikah gimana menurut kamu?" jelas mama Tesa serta meminta izin.
Dikediaman mewah milik keluarga Anta kini telah dipenuhi dengan teriakan yang terdengar sampai ruang tamu. Sementara orang tua mereka berdua yang tak lain dan tak bukan Dalwyn Anta dan Khaliza Putri hanya bisa menggelengkan kepala heran."Bang Arkan, ayo bangun kalau nggak catty katrok katok ketek kucing abang yang di kandang, Ayra buang ke sungai." ancam Ayra sambil mengguncangkan tubuh Arkan. Arkan hanya bergeming karena yakin bahwa adiknya tidak akan membuang kucing kesayangannya."Arkan, bangun nak sudah jam setengah 6." ucap Khaliza umi Arkan tepat pada telinga putra sulungnya."Iya mi. Otw mandi ini udah bangun." ucap Arkan segera bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi.Setelah dia selesai semua, dia segera turun menuju ke ruang makan bersama abi, umi, dan adiknya."Arkan, kalau makan jangan sambil main HP." ucap abi Dalwyn memberi peringatan pu
Felicia memilih pulang ke rumah Ashima sampai dirinya merasa tenang dan sedikit ikhlas dengan keputusan mamanya. Mereka berdua berjalan menuju ke halte bus menunggu bus yang mengarah ke rumah Ashima. Selama menunggu bus mereka asik dengan HP masing-masing dan membalas pesan grup whatsapp dari Dina dan Angel.Cendol Dawet Bukan Kaleng-Kaleng@floridina mengganti nama grup menjadi cendol dawet bukan kaleng-kaleng dari MAFENAGEL squadFloridina|HahahahaAshi bukan ASI|Sehat bang?Drawingbook4A|Napa loe Din?Floridina|Nama grup cakep kan? Iya kan? Iya dong jelasAshi bukan ASI|Sereh loe gue iyain biar bahagiaDrawingbook4A|2Anda|3Floridina|Yang kalian lakukan itu jahatAnda|Sehat Din?Drawingbook4A|Waras