Bel pertanda bahwa waktu telah habis berbunyi semua siswa-siswi yang berada dalam ruangan diperintahkan oleh masing-masing pengawas ruangan untuk keluar terlebih dahulu. Beberapa murid ada yang tetap fokus belajar untuk mata pelajaran berikutnya dan ada pula yang ke kantin untuk mengisi perut yang kosong seperti tahu pong karena habis untuk berpikir.
"Feli ke ruangan sebelah yuk dicariin Devi loe, sekalian minuman kesukaan loe udah ada." ucap Neil sambil berjongkok untuk berbicara dengan Felicia yang berada dibawahnya.
"Duluan aja sana. Gue mau masukin buku sebentar." balas Felicia sambil memasukkan buku paket yang tadi dia pegang lalu membersihkan rok seragamnya.
Dia berjalan menuju ruangan sebelah ruangannya yang masih termasuk teman sekelasnya karena kelas Felicia dibagi menjadi dua ruangan. Sesampainya di ruangan sebelah Felicia duduk berhadapan dengan Devina.
"Kenapa Dev tumben loe panggil gue?" tanya Felicia sambil meminum gelas yang berisi minuman kesukaannya.
"Fel, tadi gue denger anak cowok yang semeja Kevin sepertinya suka sama loe." jelas Devina sambil mengunyah makanan di mulutnya. Felicia hanya membalas dengan dehaman.
Kring...Kring...Kring...
Bel pertanda mata pelajaran selanjutnya dimulai, Felicia dan teman-temannya yang tidak menempati ruangan itupun keluar dan memasuki ruangan mereka sendiri. Saat Felicia ingin keluar dia tidak sengaja menabrak seorang pria yang lebih tinggi beberapa cm darinya yang tidak lain adalah Arkan.
"Sorry!" ucap Felicia mendongak sekilas lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Menarik ucap Arkan dalam batinnya.
Arkan dan Felicia pun langsung menempatkan diri ketempat mereka masing-masing setelah kejadian tersebut. Tidak lama kemudian guru pengawas setiap ruangan datang. Guru membagikan kertas absensi terlebih dahulu untuk ditandatangani setiap siswa-siswi. Setelah membagikan kertas absensi kini berganti kertas soal dan lembar jawab.
Felicia mengerjakan dengan hening dan tenang tanpa suara hanya suara pena yang tergores pada benda putih polos dan tipis saja. Dia membaca soal dengan teliti dan memikirkan jawaban secara matang dan tepat.
"Kak." panggil Lutfi berbisik yang membuat seketika konsentrasi Felicia hilang. Felicia menolehkan kepalanya sembari mengangkat sebelah alisnya yang memberi arti apa.
"Kak Feli lagi suka sama seseorang?" tanya Lutfi dengan suara berbisik.
"Gue jawab nanti aja waktu pulang sekolah." ucap Felicia menunda untuk memberikan jawaban dari pertanyaan Lutfi.
Dia kembali mengerjakan soalnya sampai waktu menunjukkan kurang 15 menit untuk pengumpulan Felicia dengan segera mengoreksi selama 10 menit kemudian setelah yakin dia berdiri dan mengumpulkan miliknya.
Kring...Kring...Kring...
Bel pertanda waktu habis telah berbunyi guru pengawas telah berteriak agar siswa-siswi segera mengumpulkannya. Setelah mengumpulkan Lutfi segera menghampiri Felicia yang masih berada di depan ruangan menunggu bersama Ashima, Dina, Angel.
"Cie udah move on dari yang itu cie." ejek Ashima sembari menepuk- tepuk lengan Felicia.
"Diem loe emak-emak sayur kol." bales Felicia pedas yang membuat Ashima seketika diam tak berani mengucapkan sepatah katapun.
"Ada apa Lut, tanya tentang seseorang yang gue sukai?" tanya Felicia langsung sasaran dengan ekspresi datar.
"Itu kak, ada kelas sebelah keliatannya suka sama kakak." jelas Lutfi kepada Felicia yang dibalas anggukan kepala Felicia dan wajah bertanya-tanya temannya.
"Nama loe siapa dek?" tanya Angel dengan senyuman di bibirnya.
"Tutup botol sirup m****n ( maaf cil sensor ya merknya) gue bukannya udah sebut kalau namanya Lutfi?" ucap Felicia gemas dengan temannya satu ini yang terlalu telmi alias telat mikir setiap ada orang berbicara.
"Kelas mana dek yang suka mak lampir kita ini?" tanya Dina dengan penuh penasaran. Yang langsung mendapatkan hadiah tatapan tajam dari Felicia.
"Kelas G kak," balas Lutfi.
"G!" pekik Felicia dan Ashima kaget secara bersamaan.
"Lah kok kalian berdua malah kaget?" tanya Angel dengan wajah kebingungan serta dahi berkerut seperti squidward.
"Mereka berdua kan mantan kelas anak G nang ning neng nong." ucap Dina gemas dengan temannya satu ini.
"Kalau udah selesai loe boleh pulang Lut." ucap Felicia agar teman semeja segera pulang agar tidak ketularan teman-temannya ini.
Setelah berbicara dengan sang adik kelas yang tak lain adalah Lutfi, Felicia dan teman-temannya langsung menuju kantin terlebih dahulu lalu ke samping laboratorium tempat biasa mereka berkumpul.
"Feli. Loe kenal siapa yang dimaksud tuh bocah bolo-bolo tadi?" tanya Ashima peduli karena tidak ingin temannya kembali salah pilih.
"Nggak kenal dan nggak peduli gue." ucap Felicia tanpa melihat Ashima dan justru melihat langit yang menjadi kesukaannya.Setelah selesai mereka langsung pulang ke rumah masing-masing karena cacing diperut mereka yang telah berkonser.
"Feli. Kita pulang duluan ya." ucap mereka bertiga yang dibalas anggukan dan senyuman dari Felicia.
Sekolah telah sepi banyak murid, guru, penjaga kantin sudah pulang hanya tersisa 1 satpam saja. Felicia bertanya-tanya tumben sekali mamanya terlambat menjemputnya, bahkan biasanya Felicia belum keluar kelas pun mamanya sudah menunggu di tempat parkir. "Apa Feli minta tolong pak satpam minta anterin pulang ke toko ya?" "Minta tolong nggak ya? Batin Felicia menimbang-nimbang keputusannya." Karena jam yang menunjukkan semakin hampir sore dia pun akhirnya minta tolong kepada satpam SMP N 1 Samudera. "Pak boleh minta tolong nggak?" ucap Felicia sopan. "Minta tolong apa non?" tanya pak satpam karena tumben sekali murid yang terkenal most wanted, tetapi dinginnya melebihi kutub ini belum pulang jam segini. "Minta tolong anterin Felicia ke toko mama." ucap Felicia setengah ragu bagaimana kalau pak satpam sekolah tidak mau. Tidak mungkin kan dia harus men
Felicia terbangun saat bunyi alarm kamarnya berbunyi secara terus menerus dengan begitu keras, dengan nyawa belum terkumpul seutuhnya dia mematikan alarmnya. Dia bergegas mencari seragamnya serta meletakkan buku yang tadi malam tergeletak dimeja lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai dia segera memasuki kamar mandi dan mengambil handuk miliknya. Dia keluar dengan handuk yang melilit erat di pinggangnya. Selesai dengan berganti baju seragam dia turun kebawah dan ternyata harapan dia pupus begitu melihat meja makan kosong tanpa mamanya yang menemaninya. Dia memutuskan hanya mengambil sehelai roti dan meminum seteguk air botol dalam kulkas lalu berjalan menuju pintu rumahnya lalu berangkat sekolah menggunakan bus.Setelah 20 menit dia menunggu bus yang menuju kearah sekolahnya. Bus pun datang dia menduduki tempat yang selalu menjadi tempat favoritnya yaitu pojok jendela dan paling belakang.Selama 15 menit perjalanan menggunakan bus,
Felicia berjalan menuju ke ruangannya dan menyapa setiap orang yang kenal baik dengannya. Sesampainya di ruangan dia langsung meletakkan tas ransel miliknya dan mengulang kembali sedikit materi bahasa Inggris yang merupakan mata pelajaran favoritnya. Dia selalu bercita-cita ingin menjaditour guideatau menjaditranslator agar dapat menikmati indahnya luar negeri. Dia terus fokus belajar sambil bel pertanda mulai mata pelajaran ujian semester akhir untuk hari itu berbunyi.Kring... Kring... Kring...Terlihat banyak siswa- siswi yang masih tidak berada dalam ruangan seketika langsung tergesa- gesa menuju ruangan masing-masing, karena melihat pengawas yang mulai keluar ruang guru. Guru pengawas mulai memasuki ruangan yang telah ditentukan kepala sekolah sebelum ujian semester berlangsung. Saat ini pengawas yang menjaga kelasnya adalah 2 wanita guru bahasa Inggris. Yang gendut dengan wajah seperti kepala sekolah di upin dan
Pukul 5 pagi dia terbangun dari tidurnya karena merasakan tenggorokannya yang mendadak kering. Di pertengahan tangga dia terkejut saat mendapati mamanya bersama dengan pria yang kemarin dia lihat di kafe melakukan hal yang tidak pantas. Dia pura-pura tidak melihat mamanya dengan pria asing tersebut. Dia memasuki dapur dan sekalian menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Felicia mengambil bahan untuk membuat nasi goreng. Dia dengan sengaja mengeraskan potongannya pada sosis.Tak...Tak...Tak...Suara pisau mengenai alas pemotong yang digunakan Felicia seketika membuat dua sejoli itu sadar dengan keadaan."Feli, kenapa kok masih jam 5 udah bangun?" ucap pria berkemeja biru gelap berusaha akrab dengan calon anak tirinya."Buat sarapan supaya nggak telat." balas Felicia cuek dan dingin."Sini Fel. Biar mama aja yang lanjutkan," tawar mama Tesa."Terima kas
Felicia langsung pulang tanpa kemanapun lagi. Saat sampai rumah dia segera membuka gerbang rumah, lalu saat ingin membuka pintu ruang tamu dia kaget karena tumben sekali tidak terkunci. Saat membuka pintu dia terkejut karena lagi-lagi dia melihat mamanya dengan pria asing bedanya pria tersebut telah berganti baju menggunakan pakaian almarhum papa Felicia."Ngapain, mam?" ucap Felicia kepada mamanya sambil kembali menutup pintu tanpa mengunci."Ah--ann--anu itu--Fel--" ucap Tawarikh calon mama Tesalonika dengan gelagapan."Loh kok baru jam segini sudah pulang, Fel?" tanya mama Tesa."Iya guru rapat," sahut Felicia sambil melepaskan sepatu dan meletakkannya ketempat semula."Siapa dia?" tanya Felicia karena rasa penasaran semakin meningkat."Ini calon papa kamu Fel, bulan depan mama akan menikah gimana menurut kamu?" jelas mama Tesa serta meminta izin.
Dikediaman mewah milik keluarga Anta kini telah dipenuhi dengan teriakan yang terdengar sampai ruang tamu. Sementara orang tua mereka berdua yang tak lain dan tak bukan Dalwyn Anta dan Khaliza Putri hanya bisa menggelengkan kepala heran."Bang Arkan, ayo bangun kalau nggak catty katrok katok ketek kucing abang yang di kandang, Ayra buang ke sungai." ancam Ayra sambil mengguncangkan tubuh Arkan. Arkan hanya bergeming karena yakin bahwa adiknya tidak akan membuang kucing kesayangannya."Arkan, bangun nak sudah jam setengah 6." ucap Khaliza umi Arkan tepat pada telinga putra sulungnya."Iya mi. Otw mandi ini udah bangun." ucap Arkan segera bangkit dari tempat tidurnya dan segera menuju ke kamar mandi.Setelah dia selesai semua, dia segera turun menuju ke ruang makan bersama abi, umi, dan adiknya."Arkan, kalau makan jangan sambil main HP." ucap abi Dalwyn memberi peringatan pu
Felicia memilih pulang ke rumah Ashima sampai dirinya merasa tenang dan sedikit ikhlas dengan keputusan mamanya. Mereka berdua berjalan menuju ke halte bus menunggu bus yang mengarah ke rumah Ashima. Selama menunggu bus mereka asik dengan HP masing-masing dan membalas pesan grup whatsapp dari Dina dan Angel.Cendol Dawet Bukan Kaleng-Kaleng@floridina mengganti nama grup menjadi cendol dawet bukan kaleng-kaleng dari MAFENAGEL squadFloridina|HahahahaAshi bukan ASI|Sehat bang?Drawingbook4A|Napa loe Din?Floridina|Nama grup cakep kan? Iya kan? Iya dong jelasAshi bukan ASI|Sereh loe gue iyain biar bahagiaDrawingbook4A|2Anda|3Floridina|Yang kalian lakukan itu jahatAnda|Sehat Din?Drawingbook4A|Waras
Pagi hari di kediaman Anta setiap jam hampir berangkat sekolah selalu dan tak pernah sunyi bahkan 1 hari pun."Mora, kaos kaki abang yang satu di mana?" teriak Arkan dari dalam kamar menanyakan kaos kakinya yang sebelah karena pasti adiknya itu usil terhadapnya."Mana saya tau sayakan flamingo dan unicorn." teriak Ayra dari kamar sebelah Arkan yang sedang mengecek isi tas sekolah miliknya.Arkan kembali melanjutkan mencari kaos kaki yang sebelah. Dan ternyata kaos kaki itu berada di atas resleting tas hitam sekolah milik Arkan. Arkan segera merapikan seragam agar tidak diceramahi umi dan abinya saat di ruang makan. Setelah Arkan dan Ayra selesai mereka menuruni tangga menuju dapur dan langsung mengucapkan salam serta mengecup kening dan pipi umi serta abinya."Mi, gimana Arkan udah cakep belum?" tanya Arkan sambil memberikan senyum pepsodent dan sok manis bagi Ayra itu. 
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Aneka bazar dari masing-masing kelas SMA Negeri 2 Angkasa berbeda-beda. Ada yang menjual makanan atau minuman, namun beberapa juga menjual aksesoris.Bazar diselenggarakan di lapangan utama, dengan di tengahnya terdapat panggung. Sekolah lain tidak diizinkan untuk memasuki, karena dikhawatirkan hal yang menakutkan."Fel, lo yang nata atau nyuci jamur nih?"Felicia yang baru saja tiba di tenda bagian kelas sepuluh IPS satu, seketika menghentikan langkahnya. Dia bahkan baru tiba setelah merapikan barang-barang di kelas.Izora yang telah menggenggam ember baskom berisikan jamur pun mewakili jawaban Felicia."Kesel Fel?""Nggak kok cuma pengen pukul dikit tapi yang keras."Izora menggelengkan kepala heran, sebenarnya teman-teman kelasnya adalah macam-macam orang dengan sifat hampir sama rata."Ayo keburu Falisha jadi korban berikutnya," celetuk Felicia yang lebih dulu selesai mencuci jamur. Izora menolehkan kepala, sejak kapan Felicia selesai lebih dahulu? Dirinya bergegas menyisihkan ai
Felicia menatap ragu handphone-nya, dia ingin melakukan sesuatu namun rasa ragu juga terselip. Dia ingin menghubungi Arkan, guna menanyakan perihal, kejadian kala dirinya ulang tahun yang sebatas ingatan semu-semu."Jangan ngelamun," tegur Kainando kala jalan melewati Felicia.Felicia membelalakkan mata, mengernyit, lalu membuang pandangan merasa kesal. Kainando tertawa gemas, reaksi sama yang dahulu sering dia lihat namun tidak untuk semua orang."Kalau mau balas komunikasi jangan malu-malu kali, Ci."Felicia menoleh kebelakang memastikan siapa yang menegur, setelah mengetahui siapa pelaku pemilik suara dia justru menatap datar Satya."Kenapa lo? Lo pikir gue setan?" "Mirip," balas Felicia seringan angin. Satya membuka mulut lebar seakan hendak mengunyah Felicia. Felicia tak memedulikan Satya, dengan memilih bermain sosial media sedikit memastikan Arkan.Felicia tersenyum kecil kala jawaban yang dicari tak perlu berlama-lama. Tiga puluh menit yang lalu Arkan bersama siswi teman se
Felicia meregangkan tubuh yang terasa pegal dan nyeri. Tak hanya sebatas itu saja, melainkan rasa menggigil juga tak kalah. Felicia meraba-raba samping, dia mengernyit kala hanya merasakan tekstur keras. Felicia seketika terbelalak dan terduduk.Dia meringis merasakan nyeri di pahanya. Felicia bergegas menuju ke cermin guna memastikan. Selama menatap cermin Felicia berusaha mengingat-ingat. Ntah dirinya yang pelupa atau bagaimana ingatan terakhir hanya hingga kejutan ulang tahunnya."Non, apakah sudah bangun?"Ntah mengapa kakinya langsung menyuruh ke kamar mandi. Felicia berteriak memberikan jawaban dari dalam."Masuklah Bi!"Bi Arum menekan kenop pintu Felicia perlahan, Bi Arum mengernyit kala jendela kamar tak terkunci. Bi Arum beberapa kali menatap jendela dan pintu kamar mandi bergantian. Dia menggelengkan kepala, tidak-tidak pasti Felicia hanya kelupaan mengunci saja."Non, baju sudah saya siapkan. Apabila sudah Non jangan lupa langsung turun karena ditunggu Den Harn."Felicia
Felicia menghela nafas kasar, ulang tahun orang lain terkesan selalu indah. Tetapi tidak baginya karena Oma Rizya dan Opa Adriel tengah mengunjungi paman dan bibi Felicia.Sedangkan Harnefer mengatakan bila menginap di rumah temannya. Felicia sempat menanyakan apakah di rumah Kish, namun Harnefer mengatakan bahwa tidak.Felicia bersandar pada dinding samping jendela merasa bosan. Dia langsung menjerit kala tiba-tiba terdengar bunyi petir.Sepertinya kesialan Felicia kian bertambah, lampu kamar yang semula masih terang benderang berubah menjadi gelap gulita."Bi!""Bibi!""Bi Arum!"Ingin rasanya Felicia berteriak mengumpat melampiaskan kekesalannya. Dia meraba-raba angin mencari jalan keluar.Felicia kesal dengan dirinya sendiri, bisa-bisanya baru teringat bahwa handphone berada di saku piama."Bi Arum!"Baiklah sepertinya Bi Arum telah hanyut dalam alam mimpi, hingga berulangkali teriakan Felicia tak terdengar.Felicia memberanikan diri untuk keluar, guna memastikan apakah benar list
Hola, halo, hai, assalamualaikum Kakak-kakak readers. Terima kasih banyak yang telah meluangkan waktu untuk membaca cerita Cila. Terima kasih telah menemani Cila dari awal cerita ini. Terima kasih telah memberi banyak pembelajaran secara langsung maupun tak langsung. Author Cila ingin minta maaf sebesar-besarnya dahuluin lebaran nih hehe. Maaf karena seterusnya Cila akan menulis di platform Fizzo. Kedua cerita ini belum tamat, tapi akan Cila buat tamat sampai di sini saja. lanjutan Bab tersedia di Karyakarsa dan Joylada . Ketiga adalah... Jeng-jeng- jeng... Cie nungguin ya. Yang ketiga Cila akan buat AU dengan akun Instagram gadisbungakering. Akun tersebut hanya khusus untuk AU yang Cila tulis. Untuk terkait cerita terbaru di platform di akun thisinfjgirl. Keempat alias terakhir Cila akan berpindah dari genre fiksi remaja. Tema 21+ sikidipap pap akan di promosikan di akun gadisbungakering, thisinfjgirl untuk cerita umum dan aman.Ada yang suka K-Pop? Nah Cila akan nulis cerita it
Perkemahan Jumat Sabtu Minggu dilakukan sebagai penanda bahwa semester dua telah mulai berjalan. Perkemahan kali ini akan terasa semakin lama dari perkemahan sebelumnya, karena tiga hari dua malam.Karena kesempatan yang semakin lama dan terbuka lebar, Kainando berniat akan memulai mengawali interaksi lebih baik. Dia harap Felicia tak bagaikan angin yang berhembus, sejenak kencang dan terasa, namun sejenak kemudian terasa hampa."Woy Ando, bantuin angkat tongkat pramukanya please!" Masihkah mengingat dengan siswi yang disuruh Kainando? Ya, tadi adalah seseorang yang sama. Kainando memutuskan pengamatan pada langkah Felicia."Bawa kemana?""KUA (Kantor Urusan Agama) sana kebetulan katanya pak camat perlu buat aduk soto," geram siswa teman beda jurusan Kainando.Dia merasa sepertinya Kainando raganya berada bersamanya, namun pikiran ntah berada dimana. Dia mengayunkan tangan di hadapan Kainando guna menyadarkan."WOY TONGKAT BUAT NYANGGA TENDA!" teriak kakak kelas dua belas dari luar