Bak sepasang kekasih Felicia mengabaikan Satya yang diam-diam menggenggam tangannya. Bukannya nyaman dan menyetujui tetapi Felicia malas membuang tenaga untuk mendengarkan alasan."Cie Satya dah bisa ikhlasin Nada.""Selamat ya Sat."Felicia spontan melepaskan genggaman tangan Satya secara kasar. Ucapan dari teman sekelas Nada sangatlah tampak bila tengah mengejek.Satya yang melihat bahwa Felicia meninggalkan dirinya, ke perpustakaan lebih dahulu pun menyusul. Teman-teman sekelas Nada yang melihat pun langsung saling berbisik.Satya tampak memedulikan walau dirinya sempat berbalik guna melihat langsung. Satya memilih menahan tangan Felicia yang hendak membuka pintu perpustakaan."Leci!""Jangan teriak," tegur Felicia sembari membelalakkan mata dan menutup mulut Satya.Satya tersenyum puas ternyata Felicia tak sepenuhnya marah. Apabila gadis tersebut marah pasti memilih langsung perpustakaan, ditambah Felicia mengikhlaskan kaos kaki putihnya yang telah tak bersepatu."Apa?""Maafin gu
Siswa-siswi SMP 1 Negeri Samudera angkatan Felicia telah diberitahukan, bahwa mulai hari ini siswi dapat mengambil masing-masing ijazah. Tapi-tapi dengan catatan sebelum mengambil, harus lebih dahulu melakukan cap tiga jari. Dan apabila memang berhalangan mengambil sendiri, maka diwajibkan lapor pada mantan wali kelas masing-masing."Ci...Fel, ayo ambil ijazah sama gue?"Felicia menurunkan handphone lalu meletakkan pada pangkuannya. Dia mendongak sekilas lalu menggelengkan kepala."Lah masa gue sendiri."Felicia bangkit dari duduk di bawah papan tulis bersama siswi yang lain. Dia mencondongkan badan mencari kebohongan, mengernyit merasa ragu, lalu mengangkat salah satu alisnya."Gue bukan limbad please.""Emang bukan tapi lebih."Satya tersenyum sangat mengesalkan bagi Felicia. Gadis tersebut menginjak kuat-kuat kaki Satya, Satya hendak menjerit dan menunjuk kakinya agar dilepas oleh Felicia.Felicia menggoyangkan kepala ke kanan kiri menikmati ekspresi Satya. Felicia menjulurkan lid
Istirahat adalah waktu terbebas untuk menikmati handphone, setelah menyaksikan dan mencermati guru.Seperti kebiasaan tiap hari beberapa murid langsung ke belakang kelas, di bawah kursi atau meja, maupun di bawah papan tulis.Posisi Felicia kini lebih leluasa, bila biasanya dia menjadi sandaran. Maka kali ini dia dapat dengan nyaman tertidur di paha Eylena.Felicia mengernyit kala jarak tiga meja di hadapannya, dia dapat melihat Satya berdiri di samping kursi siswi teman sekelasnya.Tidak-tidak bukan itu yang membuat Felicia curiga, melainkan alasan yang membuat Satya berdiri tanpa jarak."Len, gue boleh nutup mata--"Falisha dan Izora yang baru tiba langsung mengejutkan Felicia yang hendak terlelap. Felicia menatap kesal Falisha, kelopak matanya dibuat perih karena tangan Falisha yang sangat ramah."Tarik perkataan lo kagak!" Felicia memutar bola mata malas, yang dia maksud bukanlah seperti perkiraan Falisha. Felicia tiba-tiba duduk dari tidurannya, dua F meringis kala dahi mereka t
Jam 6 pagi di kediaman keluarga Ananta telah ramai dengan suara menggema walaupun hanya ditempati oleh 4 orang karena papa dan opa Feli yang semenjak dia kelas 6 SD telah meninggal karena kecelakaan mobil. Sedangkan oma Felicia atau ibunda almarhum papa Felicia meninggal saat Felicia duduk di taman kanak- kanak. Rumah yang hanya ditempati oleh Felicia,mama Felicia,dan oma Felicia alias ibunda mama Felicia serta opa Felicia atau ayahanda almarhum papa Felicia. Teriakan masih menggema dari mulut gadis kelas 9 SMP yang akan menjalani ujian semester sebelum ujian nasional dan tryout di sekolahnya. Gadis SMP yang kini sedang kalang kabut mempersiapkan barang-barang untuknya nanti."Mam tas Feli di mana? Kok nggak ada di kamar Feli." tanya Felicia dari kamar sambil mencari tas sekolah miliknya."Udah di bawah Fel dari malam setelah kamu selesai belajar lalu bawa turun." balas mama Feli dari arah ruang makan menunggu Felicia keluar dari
Bel pertanda bahwa waktu telah habis berbunyi semua siswa-siswi yang berada dalam ruangan diperintahkan oleh masing-masing pengawas ruangan untuk keluar terlebih dahulu. Beberapa murid ada yang tetap fokus belajar untuk mata pelajaran berikutnya dan ada pula yang ke kantin untuk mengisi perut yang kosong seperti tahu pong karena habis untuk berpikir. "Feli ke ruangan sebelah yuk dicariin Devi loe, sekalian minuman kesukaan loe udah ada." ucap Neil sambil berjongkok untuk berbicara dengan Felicia yang berada dibawahnya. "Duluan aja sana. Gue mau masukin buku sebentar." balas Felicia sambil memasukkan buku paket yang tadi dia pegang lalu membersihkan rok seragamnya. Dia berjalan menuju ruangan sebelah ruangannya yang masih termasuk teman sekelasnya karena kelas Felicia dibagi menjadi dua ruangan. Sesampainya di ruangan sebelah Felicia duduk berhadapan dengan Devina. "Kenapa Dev tumb
Sekolah telah sepi banyak murid, guru, penjaga kantin sudah pulang hanya tersisa 1 satpam saja. Felicia bertanya-tanya tumben sekali mamanya terlambat menjemputnya, bahkan biasanya Felicia belum keluar kelas pun mamanya sudah menunggu di tempat parkir. "Apa Feli minta tolong pak satpam minta anterin pulang ke toko ya?" "Minta tolong nggak ya? Batin Felicia menimbang-nimbang keputusannya." Karena jam yang menunjukkan semakin hampir sore dia pun akhirnya minta tolong kepada satpam SMP N 1 Samudera. "Pak boleh minta tolong nggak?" ucap Felicia sopan. "Minta tolong apa non?" tanya pak satpam karena tumben sekali murid yang terkenal most wanted, tetapi dinginnya melebihi kutub ini belum pulang jam segini. "Minta tolong anterin Felicia ke toko mama." ucap Felicia setengah ragu bagaimana kalau pak satpam sekolah tidak mau. Tidak mungkin kan dia harus men
Felicia terbangun saat bunyi alarm kamarnya berbunyi secara terus menerus dengan begitu keras, dengan nyawa belum terkumpul seutuhnya dia mematikan alarmnya. Dia bergegas mencari seragamnya serta meletakkan buku yang tadi malam tergeletak dimeja lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah selesai dia segera memasuki kamar mandi dan mengambil handuk miliknya. Dia keluar dengan handuk yang melilit erat di pinggangnya. Selesai dengan berganti baju seragam dia turun kebawah dan ternyata harapan dia pupus begitu melihat meja makan kosong tanpa mamanya yang menemaninya. Dia memutuskan hanya mengambil sehelai roti dan meminum seteguk air botol dalam kulkas lalu berjalan menuju pintu rumahnya lalu berangkat sekolah menggunakan bus.Setelah 20 menit dia menunggu bus yang menuju kearah sekolahnya. Bus pun datang dia menduduki tempat yang selalu menjadi tempat favoritnya yaitu pojok jendela dan paling belakang.Selama 15 menit perjalanan menggunakan bus,
Felicia berjalan menuju ke ruangannya dan menyapa setiap orang yang kenal baik dengannya. Sesampainya di ruangan dia langsung meletakkan tas ransel miliknya dan mengulang kembali sedikit materi bahasa Inggris yang merupakan mata pelajaran favoritnya. Dia selalu bercita-cita ingin menjaditour guideatau menjaditranslator agar dapat menikmati indahnya luar negeri. Dia terus fokus belajar sambil bel pertanda mulai mata pelajaran ujian semester akhir untuk hari itu berbunyi.Kring... Kring... Kring...Terlihat banyak siswa- siswi yang masih tidak berada dalam ruangan seketika langsung tergesa- gesa menuju ruangan masing-masing, karena melihat pengawas yang mulai keluar ruang guru. Guru pengawas mulai memasuki ruangan yang telah ditentukan kepala sekolah sebelum ujian semester berlangsung. Saat ini pengawas yang menjaga kelasnya adalah 2 wanita guru bahasa Inggris. Yang gendut dengan wajah seperti kepala sekolah di upin dan