"Arabella!" Mendengar namanya dipanggil, sang pemilik nama lantas menoleh.
"KTP lo jatuh." Cowok itu mengembalikan kartu identitas milik Arabella."Makasih." Arabella menerimanya. Tidak sadar kalau kartu identitasnya jatuh. Maklum, karena ia tidak pernah menyimpan kartu identitasnya di dompet. Walaupun sudah diperingati berkali-kali oleh ibunya.Cowok itu kemudian tersenyum. "Nama lo cantik kayak orangnya. Kenalin gue Alvian. Panggil aja Vian." Cowok bernama Alvian tersebut menjulurkan tangan hendak berkenalan dengan Arabella. Tampak tertarik dengan Arabella."Bella!" Seorang cewek berlari menghampiri mereka."Ayo, gue cariin daritadi juga."Arabella pun pergi bersama cewek tersebut. Meninggalkan Vian yang masih tersenyum."Menarik. Gimana pun gue harus ketemu dia lagi."******************************"Bella! Bella bangun, nak. Udah pagi. Kamu harus berangkat sekolah." Bella menggeliat kecil kala sang ibu membangunkannya."Ayo mandi dulu. Ingat, kamu udah pindah ke sekolah yang baru. Jangan sampai telat," ucap sang ibu."Iya ma." Bella pun beranjak dari kasur lalu bergegas ke toilet untuk mandi. Ini adalah hari pertamanya ia bersekolah di sekolah yang baru. Jangan sampai ia mendapat kesan buruk dihari pertamanya bersekolah.Tak lama kemudian, Bella sudah selesai mandi dan berpakaian. Bella pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tua dan juga kakaknya. Ya, Bella memiliki seorang kakak laki-laki yang kebiasaannya menjahili Bella."Pagi Pa, Ma, Kak.""Pagi sayang.""Ingat pindah ke sekolah baru jangan bikin masalah," ucap sang kakak, Baron."Iya bawel." Bella mengunyah roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaannya.Setelah menghabiskan sarapannya, Bella pun berpamitan pada kedua orang tuanya."Mau gue antar gak?" tawar Baron.Bella menoleh pada kakaknya dengan
"A ... Arabella?"Bella terkejut. Bagaimana tidak terkejut. Vian mengetahui namanya. Dan tatapan cowok itu seolah sudah mengenali Bella sebelum Bella pindah ke sekolah ini. Padahal Bella baru pertama kali bertemu Vian.Tidak hanya Bella yang terkejut, Sita, Regan dan Beno pun ikut terkejut. Apakah mereka berdua saling mengenal?"Lo tahu nama gue?" tanya Bella masih terkejut.Vian mengangguk lalu tersenyum. "Gue yang waktu itu balikin KTP lo."Bella terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian ia pun sadar. Kini Bella mengingat Vian. Cowok itu yang ia temui saat ia masih di Surabaya."Udah ingat, kan?" tanya Vian ketika merasa Bella sudah mengingatnya.Bella hanya mengangguk. "Gue yakin lo udah lupa nama gue. Jadi gue mau kita kenalan. Gue Vian." Vian menjulurkan tangannya."Bella." Vian hanya tersenyum karena Bella tidak menyambut tangannya. Sedangkan Regan dan Beno yang berada di belakang Vian hanya menahan tawa. Karena baru kali ini Vian diabaikan oleh cewek."Mau gabung sama gue? Keb
Bella baru saja selesai mencuci muka. Ia mengeringkan dengan tisu lalu memakai serangkaian skincare. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, terdapat sebuah notifikasi di ponselnya.Bella hanya menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.Setelah selesai, Bella langsung mengecek ponselnya. Ternyata notifikasi dari media sosialnya yaitu instagram. Di sana tertulis kalau akun dengan nama pengguna Alvian baru saja mengikuti akunnya.Untuk memastikan kalau tidak salah orang, Bella pun mengecek profilnya. Dan benar saja ternyata akun tersebut adalah milik Alvian yang ia kenal. Alih-alih menekan tombol untuk mengikuti akun Vian, Bella malah menekan tombol blokir.Bella kembali menaruh ponselnya di nakas, kemudian memilih untuk tidur.*****"Kenapa lo?" tanya Regan melihat Vian yang sedari tadi menatap ponsel. Seperti sedang menunggu sesuatu.Saat ini Regan dan Vian sedang berada di rumah Vian. Keduanya hampir setiap malam datang ke rumah Vian karena cowok itu yan
Vian menatap Bella sembari tersenyum. Akhir-akhir ini memperhatikan Bella menjadi kesukaannya. Bella merupakan gadis cantik yang mampu menarik perhatiannya."Kedip dong," ujar Regan.Vian tidak peduli."Gue gak pernah percaya sama cinta pada pandangan pertama, tapi ternyata benar-benar ada, ya," kata Beno sambil geleng-geleng."Mana terjadi sama teman kita lagi," timpal Regan.Vian mengalihkan pandangannya pada Regan dan Beno. "Gue mau minta pendapat lo berdua.""Apa?" Kompak keduanya."Gimana cara deketin cewek?"Keduanya tertawa membuat Vian menatap tajam mereka. "Jawab!"Mereka langsung berhenti tertawa. "Em, gue mau mastiin. Lo beneran mau pacarin Bella atau cuma penasaran aja?" Beno bertanya."Dan kayak yang kita bilang sebelumnya Bella susah dideketin. Anaknya dingin. Lo yakin?" Regan menimpali.Vian mengangguk. "Yakin. Makanya lo berdua harus bantuin gue.""Kenapa kita harus bantuin lo?""Kan lo berdua yang pengalaman deketin cewek.""Iya, tapi kan kita gak pernah deketin cewe
Bella berjalan menuju kelas Vian. Bella ingin mengembalikan jaket cowok itu. Semalam, Bella sudah menaruhnya di dalam tas agar tidak lupa.“Eh, ini anak baru yang ditaksir Vian, ya? Cantik sih, tapi gak cantik-cantik amat. Cantikan juga gue.”“Iyalah. Cantikan lo kemana-mana kali. Kayaknya Vian dipelet deh sama dia.”Bella mendengar omongan mereka, tapi Bella mengabaikannya. Bella merasa tidak penting mengurus hal sepele seperti itu. Lagipula Bella sudah biasa mendapat omongan seperti itu. Baginya itu hanyalah hal biasa.“Pagi Bella. Tumben ke kelas kita. Mau cari Vian, ya?” ucap Regan sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Vian belum datang. Kayaknya dia datang telat.”“Boleh minta tolong?” pinta Bella.“Boleh-boleh. Mau minta tolong apa?”Bella memberikan jaket Vian. “Tolong kasih ke Vian.”Regan pun menerimanya. “Oke Bell.”Regan menoleh pada kedua cewek yang tadi menjelek-jelekan Bella. Sampai sekarang pun keduanya masih membicarakan Bella.“Lo berdua gak ada kerjaan, ya? Pag
“Bentar, ini gue gak salah denger, kan? Lo dapat bekal dari Bella?” Sita bertanya memastikan. Pasalnya, tadi Bella mengaku padanya kalau Bella lupa membawa bekal. Lalu bagaimana bisa Bella memberikan bekal pada Vian?Vian mengangguk. “Iya, gue dapat dari Bella.”“Sit.” Mereka berempat menoleh.“Duduk Bell.” Regan menyuruh Bella duduk.Bella mengangguk, lalu duduk di samping Sita.“Bell, kotak bekal yang dipegang Vian beneran dari lo?” Beno bertanya.Bella menatap kotak bekalnya yang dipegang Vian. Lalu Bella terdiam sejenak. Sudah Bella duga pasti ini akan terjadi. Harusnya tadi dia tidak usah ke kantin. Bella tidak bisa berbohong. Yang ada Sita malah makin marah padanya.“Iya, gue yang kasih.”“Kenapa lo bohong sama gue? Bukannya tadi lo bilang kalau lo lupa bawa?” Sita bertanya.“Sorry, Sit. Gue kasih ke Vian karena dia udah nolongin gue kemarin.”Sita kemudian tersenyum. “Iya, gak papa. Harusnya lo jujur aja kalau bekalnya lo kasih ke Vian. Kenapa harus bohong segala?”Bella ikut t
“Bell.” Baron menghampiri Bella yang sedang duduk di tepi kolam renang. Kedua kaki Bella dia masukkan ke dalam kolam. Bella menoleh sejenak pada Baron, lalu kembali menatap ke depan.Baron mengambil duduk di samping Bella. “Cowok yang tadi beneran temen lo?” tanya Baron.Bella tidak menjawab. Bukannya tidak mau menjawab, hanya saja Baron sudah berulang kali menanyakan pertanyaan yang sama. Dan Bella juga memberikan jawaban yang sama, tapi sepertinya Baron tidak percaya dengan jawaban Bella. Bella jadi capek sendiri menjawab Baron.“Bell, jawab dong. Jangan diam aja.”“Gue udah jawab sebelumnya dan jawaban gue tetap sama. Kalau lo gak percaya lo bisa langsung tanya ke orangnya.”Baron mengambil alih camilan yang sedang dimakan Bella membuat Bella menatap Baron tajam. Tapi Baron tidak peduli. Baron memakan camilan tersebut tanpa rasa bersalah.“Gue nanya buat mastiin aja. Soalnya gue ngerasa gak asing. Kayak pernah liat dia, tapi gak tahu di mana.”“Mungkin mukanya pasaran.”“Sembarang
Bella turun dari motor Baron ketika sampai di sekolahnya. Sebenarnya Bella akan berangkat dengan ojek online, tapi Baron malah memaksa agar mau mengantarnya. Bella tahu Baron sengaja mengantarnya karena ingin melihat cewek-cewek di sekolahnya. Bella sangat tahu isi pikiran kakaknya.“Woi!” teriak Bella membuat Baron yang sedang menatap cewek-cewek langsung terkejut.“Apaan sih lo! Gak usah teriak-teriak bisa gak?” kesal Baron.“Nih, helmnya.” Bella memberikan helm pada Baron.Baron menerimanya. “Pulang sekolah gue jemput, ya.”“Gak usah.” Bella menolak.“Loh, kenapa? Gue kan mau jemput lo. Daripada lo naik ojek online. Mumpung gue lagi baik, nih.”“Gue bisa pulang sendiri dan gue gak butuh niat baik lo.”“Kenapa?” tanya Baron lagi. Tidak puas dengan jawaban Bella.“Gue tahu lo gak benar-benar mau jemput gue. Buktinya sekarang lo aja fokus liatin cewek-cewek.”Baron tersenyum. “Karena lo udah tahu, gimana kalau gue jemput lo nanti?”“Gak!” Bella langsung masuk ke sekolah.*****“Tadi d