Bella baru saja selesai mencuci muka. Ia mengeringkan dengan tisu lalu memakai serangkaian skincare. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, terdapat sebuah notifikasi di ponselnya.
Bella hanya menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.Setelah selesai, Bella langsung mengecek ponselnya. Ternyata notifikasi dari media sosialnya yaitu i*******m. Di sana tertulis kalau akun dengan nama pengguna Alvian baru saja mengikuti akunnya.Untuk memastikan kalau tidak salah orang, Bella pun mengecek profilnya. Dan benar saja ternyata akun tersebut adalah milik Alvian yang ia kenal. Alih-alih menekan tombol untuk mengikuti akun Vian, Bella malah menekan tombol blokir.Bella kembali menaruh ponselnya di nakas, kemudian memilih untuk tidur.*****"Kenapa lo?" tanya Regan melihat Vian yang sedari tadi menatap ponsel. Seperti sedang menunggu sesuatu.Saat ini Regan dan Vian sedang berada di rumah Vian. Keduanya hampir setiap malam datang ke rumah Vian karena cowok itu yang meminta mereka untuk datang."Nungguin chat dari ayang, ya?" goda Beno."Gak usah sotoy." Vian terus menunggu notifikasi dari media sosialnya, tapi tak kunjung ada."Kok dia belum follow gue, ya?" gumamnya.Pasalnya, sudah hampir satu jam Vian menunggu. Bahkan, Vian tidak menjawab pertanyaan kedua temannya."Siapa?""Arabella."Regan dan Beno yang sedang menikmati camilan seketika langsung menoleh pada Vian."Arabella?" kompak keduanya.Vian seketika terkejut kembali dengan jawabannya. Kenapa ia malah keceplosan?"Arabella yang anak baru itu?" tanya Beno memastikan kalau tidak salah orang.Vian tidak menjawab. Bahkan, tidak menatap kedua temannya."Kalau dia udah diam berarti benar," kata Regan lalu kembali melahap camilan."Baru kali ini lo kayak gini.""Gue diblokir," ujar Vian santai membuat Regan dan Beno membulatkan mata."Serius lo? Beneran diblokir?" Regan mengambil alih ponsel Vian untuk memeriksanya.Regan menoleh pada Beno lalu mengangguk. "Iya, beneran diblokir."Vian mengambil kembali ponselnya. "Gak papa. Masih ada cara lain buat dekatin dia. Gue punya banyak cara buat dapatin dia."Beno menepuk-nepuk pundak Vian. "Semoga lo berhasil, deh.""Walaupun peluangnya kecil," ucap Regan pelan, tapi masih bisa didengar oleh Vian."Gak usah sotoy! Peluang gue besar."*****"Pagi Bella." Bella yang baru saja tiba dan hendak ke kelas sedikit terkejut ketika Vian sudah berada di sampingnya."Gue kemarin follow i*******m lo, tapi kayaknya gue diblok, ya?"Bella hanya diam. Entah kenapa ia malah takut. Padahal saat masih di rumah, Bella sudah menyiapkan jawaban kalau cowok itu bertanya, tapi malah Bella tidak bisa menjawab.Vian tersenyum, "Gak papa gue tahu lo mungkin gak nyaman. Gue bisa ngerti kok. Gue gak bakal maksa lo buat buka blokirnya. Lo punya hak buat itu. Gue cuma mau temenan sama lo. Kalau gitu gue ke kelas duluan, ya."Bella mengembuskan napas lega ketika Vian pergi. Padahal Bella tidak melakukan kesalahan, tapi kenapa ia merasa bersalah karena sudah memblokir akun media sosial Vian?"Bell!" Bella kembali terkejut karena Sita menepuk pundaknya.Sepertinya jantung Bella sedang diuji pagi ini."Cie, yang abis ngobrol sama Vian. Dia ngomong apa?" tanya Sita penasaran.Bella tidak menjawab. Karena takut dengan reaksi Sita."Ya udah deh, kalau gak mau jawab. Ayo ke kelas."*****"Oh, jadi lo anak baru yang katanya sok cantik itu?"Bella dan Sita yang baru tiba di kelas menatap bingung seorang cewek yang berdiri di depan kelas mereka.Cewek itu memberikan tatapan sinis pada Bella."Masih pagi Rin, gak usah cari masalah," ucap Sita."Diam lo! Gak usah ikut campur." Cewek itu beralih menatap Bella. "Dengar ya, lo jadi cewek gak usah sok cantik. Teman-teman gue juga belum tentu suka sama lo."Bella tersenyum miring. "Oh, jadi cowok-cowok kemarin teman lo? Kasih tahu sama mereka jangan jadi cowok banci yang beraninya cuma sama cewek."Setelah berucap demikian, Bella pun masuk ke dalam kelas diikuti Sita."Lo keren banget, Bell. Gue pikir lo bakal diam doang. Rina emang nyebelin. Suka cari masalah sama cewek lain. Takut kalah saing dia." Sita memuji Bella."Eh, btw, maksudnya cowok-cowok yang lo bilang itu Frans sama teman-temannya, ya? Mereka gangguin lo? Kok lo gak bilang ke gue?""Gue gak tahu. Tapi kemarin ada tiga cowok yang ganggu gue.""Kayaknya emang mereka. Soalnya mereka suka banget cari masalah. Pasti mereka bilang ke Rina makanya tuh cewek ke sini. Gue lupa bilang sama lo. Kalau bisa lo jauh-jauh dari geng mereka. Karena mereka suka bully orang. Gak ada yang berani sama mereka kecuali Vian."Bella hanya manggut-manggut. Ternyata di sekolah ini benar-benar berbeda. Bagaimanapun kalau mau hidup tenang di sekolah ini, Bella tidak boleh mencari masalah dengan orang-orang seperti mereka.*****"Ups! Sorry, gak sengaja." Bella hanya bisa menghela napas ketika Rina dengan sengaja menumpahkan minuman ke baju seragamnya."Bisa gak sih lo gak ganggu Bella?" ujar Sita kesal.Rina menoleh pada Sita. "Gue kan udah bilang gue gak sengaja. Lagian, gue juga udah minta maaf.""Lagi-lagi lo yang buat masalah." Ketiganya menoleh pada Vian.Vian memberikan jaketnya pada Bella agar Bella menutup baju seragamnya yang terkena minuman, tapi Bella menolak. Tidak menyerah, Vian pun berinisiatif memakaikan langsung pada Bella.Melihat tindakan Vian yang sangat langka itu membuat Regan dan Beno melongo. Tak hanya mereka berdua, Sita dan Rina pun memiliki reaksi yang sama."Ini beneran Vian bukan, sih?" bisik Regan pada Beno."Gak tahu. Tapi kayaknya emang dia.""Aneh, ya, kalau dia perhatian gitu ke cewek.""Jangan pernah cari masalah lagi sama Bella," tekan Vian. "Gue gak sengaja. Ngapain juga gue cari masalah sama cewek kayak dia." Rina pun melengos pergi."Lo gak usah peduliin dia, ya. Itu cewek emang suka cari masalah. Lo pakai aja jaket gue. Nanti baru lo balikin juga gak papa.""Thanks."Vian tersenyum. "Sama-sama." Lalu Vian, Regan dan Beno pergi ke meja mereka."Ya ampun, perhatian banget Vian sama lo. Makin yakin gue kalau Vian naksir sama lo, Bell," ucap Sita heboh.Bella tidak merespons. Bella memilih berjalan menuju meja untuk menikmati makanannya."Gue harap lo bisa betah di sekolah ini, ya."Bella mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?""Kayak yang gue bilang sama lo di kelas tadi. Kalau udah berurusan sama Rina cs, udah pasti mereka gak bakal biarin lo tenang."Bella hanya diam. Bella memang tidak akan mau mencari masalah dengan mereka, tapi kalau mereka yang cari masalah lebih dulu dengannya bagaimana? Apakah Bella harus tetap diam? Karena Bella tidak suka dengan ketidakadilan."Rasain lo! Makanya jangan macam-macam sama gue." Bella dan Sita menoleh ke sumber suara.Ternyata Rina menyiram minumannya pada seorang cewek. Diikuti ketiga cowok yang menarik rambut cewek itu.Bella tidak tahan. Ingin menghentikan mereka, namun Vian sudah lebih dulu menghentikan Rina cs. Walaupun Vian terlihat seperti murid nakal, tapi rupanya Vian mempunyai sifat yang cukup baik."Ekhem, liatin Vian, ya?" goda Sita.Bella segera mengalihkan pandangannya. "Enggak."******************************Vian menatap Bella sembari tersenyum. Akhir-akhir ini memperhatikan Bella menjadi kesukaannya. Bella merupakan gadis cantik yang mampu menarik perhatiannya."Kedip dong," ujar Regan.Vian tidak peduli."Gue gak pernah percaya sama cinta pada pandangan pertama, tapi ternyata benar-benar ada, ya," kata Beno sambil geleng-geleng."Mana terjadi sama teman kita lagi," timpal Regan.Vian mengalihkan pandangannya pada Regan dan Beno. "Gue mau minta pendapat lo berdua.""Apa?" Kompak keduanya."Gimana cara deketin cewek?"Keduanya tertawa membuat Vian menatap tajam mereka. "Jawab!"Mereka langsung berhenti tertawa. "Em, gue mau mastiin. Lo beneran mau pacarin Bella atau cuma penasaran aja?" Beno bertanya."Dan kayak yang kita bilang sebelumnya Bella susah dideketin. Anaknya dingin. Lo yakin?" Regan menimpali.Vian mengangguk. "Yakin. Makanya lo berdua harus bantuin gue.""Kenapa kita harus bantuin lo?""Kan lo berdua yang pengalaman deketin cewek.""Iya, tapi kan kita gak pernah deketin cewe
Bella berjalan menuju kelas Vian. Bella ingin mengembalikan jaket cowok itu. Semalam, Bella sudah menaruhnya di dalam tas agar tidak lupa.“Eh, ini anak baru yang ditaksir Vian, ya? Cantik sih, tapi gak cantik-cantik amat. Cantikan juga gue.”“Iyalah. Cantikan lo kemana-mana kali. Kayaknya Vian dipelet deh sama dia.”Bella mendengar omongan mereka, tapi Bella mengabaikannya. Bella merasa tidak penting mengurus hal sepele seperti itu. Lagipula Bella sudah biasa mendapat omongan seperti itu. Baginya itu hanyalah hal biasa.“Pagi Bella. Tumben ke kelas kita. Mau cari Vian, ya?” ucap Regan sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Vian belum datang. Kayaknya dia datang telat.”“Boleh minta tolong?” pinta Bella.“Boleh-boleh. Mau minta tolong apa?”Bella memberikan jaket Vian. “Tolong kasih ke Vian.”Regan pun menerimanya. “Oke Bell.”Regan menoleh pada kedua cewek yang tadi menjelek-jelekan Bella. Sampai sekarang pun keduanya masih membicarakan Bella.“Lo berdua gak ada kerjaan, ya? Pag
“Bentar, ini gue gak salah denger, kan? Lo dapat bekal dari Bella?” Sita bertanya memastikan. Pasalnya, tadi Bella mengaku padanya kalau Bella lupa membawa bekal. Lalu bagaimana bisa Bella memberikan bekal pada Vian?Vian mengangguk. “Iya, gue dapat dari Bella.”“Sit.” Mereka berempat menoleh.“Duduk Bell.” Regan menyuruh Bella duduk.Bella mengangguk, lalu duduk di samping Sita.“Bell, kotak bekal yang dipegang Vian beneran dari lo?” Beno bertanya.Bella menatap kotak bekalnya yang dipegang Vian. Lalu Bella terdiam sejenak. Sudah Bella duga pasti ini akan terjadi. Harusnya tadi dia tidak usah ke kantin. Bella tidak bisa berbohong. Yang ada Sita malah makin marah padanya.“Iya, gue yang kasih.”“Kenapa lo bohong sama gue? Bukannya tadi lo bilang kalau lo lupa bawa?” Sita bertanya.“Sorry, Sit. Gue kasih ke Vian karena dia udah nolongin gue kemarin.”Sita kemudian tersenyum. “Iya, gak papa. Harusnya lo jujur aja kalau bekalnya lo kasih ke Vian. Kenapa harus bohong segala?”Bella ikut t
“Bell.” Baron menghampiri Bella yang sedang duduk di tepi kolam renang. Kedua kaki Bella dia masukkan ke dalam kolam. Bella menoleh sejenak pada Baron, lalu kembali menatap ke depan.Baron mengambil duduk di samping Bella. “Cowok yang tadi beneran temen lo?” tanya Baron.Bella tidak menjawab. Bukannya tidak mau menjawab, hanya saja Baron sudah berulang kali menanyakan pertanyaan yang sama. Dan Bella juga memberikan jawaban yang sama, tapi sepertinya Baron tidak percaya dengan jawaban Bella. Bella jadi capek sendiri menjawab Baron.“Bell, jawab dong. Jangan diam aja.”“Gue udah jawab sebelumnya dan jawaban gue tetap sama. Kalau lo gak percaya lo bisa langsung tanya ke orangnya.”Baron mengambil alih camilan yang sedang dimakan Bella membuat Bella menatap Baron tajam. Tapi Baron tidak peduli. Baron memakan camilan tersebut tanpa rasa bersalah.“Gue nanya buat mastiin aja. Soalnya gue ngerasa gak asing. Kayak pernah liat dia, tapi gak tahu di mana.”“Mungkin mukanya pasaran.”“Sembarang
Bella turun dari motor Baron ketika sampai di sekolahnya. Sebenarnya Bella akan berangkat dengan ojek online, tapi Baron malah memaksa agar mau mengantarnya. Bella tahu Baron sengaja mengantarnya karena ingin melihat cewek-cewek di sekolahnya. Bella sangat tahu isi pikiran kakaknya.“Woi!” teriak Bella membuat Baron yang sedang menatap cewek-cewek langsung terkejut.“Apaan sih lo! Gak usah teriak-teriak bisa gak?” kesal Baron.“Nih, helmnya.” Bella memberikan helm pada Baron.Baron menerimanya. “Pulang sekolah gue jemput, ya.”“Gak usah.” Bella menolak.“Loh, kenapa? Gue kan mau jemput lo. Daripada lo naik ojek online. Mumpung gue lagi baik, nih.”“Gue bisa pulang sendiri dan gue gak butuh niat baik lo.”“Kenapa?” tanya Baron lagi. Tidak puas dengan jawaban Bella.“Gue tahu lo gak benar-benar mau jemput gue. Buktinya sekarang lo aja fokus liatin cewek-cewek.”Baron tersenyum. “Karena lo udah tahu, gimana kalau gue jemput lo nanti?”“Gak!” Bella langsung masuk ke sekolah.*****“Tadi d
“Lo dijemput sama kakak lo yang tadi pagi ya, Bell?” tanya Sita sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Ya udah, gue tungguin lo aja deh sampai kakak lo datang.”“Gak usah.” Bella menolak.“Gak papa kok. Lagian kakak lo juga bentar lagi nyampe, kan?”“Tapi jemputan lo udah datang.” Supir pribadi Sita baru saja tiba, tapi Sita malah mau menemani Bella menunggu Baron. “Aman, gue udah suruh nunggu kok.”“Terserah lo aja deh.”Ketika sedang menunggu, Vian menghentikan motornya di depan mereka. Dia membuka kaca helmnya menatap Bella.“Pulang naik apa? Mau bareng?” tawar Vian.“Bella dijemput kakaknya.” Bukan Bella yang menjawab, melainkan Sita.“Oh ya udah, gue duluan, ya.” Vian pun pergi.Sita tersenyum menatap Bella. “Kalau kakak lo gak jemput lo bakal nerima tawaran Vian buat pulang bareng dia gak?” tanya Sita.“Enggak.” Bella menjawab tanpa ragu.“Kenapa?”“Gue bisa pulang sendiri.”Sita menghela napas mendengar jawaban Bella. “Gak asik banget lo.”“Ketemu lagi, nih.” Bella langs
Pagi ini Bella berangkat sekolah dengan ojek online. Tadinya Baron ingin mengantar Bella, tapi dia menolak. Bahkan, sejak semalam Bella sama sekali tidak mau berbicara dengan Baron. Bella masih kesal dengan kakaknya itu karena masalah kemarin. Walaupun Baron sudah meminta maaf, tetap saja Bella masih mendiamkannya.“Pagi Bella.” Beno menyapa Bella.Bella menoleh sekilas dan mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.“Bell, kita temenan, yuk. Gue orangnya baik kok. Gak aneh-aneh.” Beno menjulurkan tangannya ingin berjabat tangan, tapi Bella tidak merespons. Beno jadi malu sendiri lalu menarik tangannya.“Gue tahu mungkin gue, Regan, sama Vian keliatannya murid bandel yang sering ngelanggar aturan sekolah, tapi kita baik kok. Beneran deh,” ucap Beno mencoba meyakinkan Bella agar mau berteman dengannya.“Lo ngapain?” tanya Bella ketika Beno ikut masuk ke dalam kelasnya.Beno yang tersadar langsung tersenyum meringis. “Sorry, gak nyadar. Gue pergi dulu, ya.”Bella hanya geleng
“Bella!”Vian menghampiri Bella yang baru saja keluar dari kelas. Sita mengulum senyum lalu berpamitan pada Bella.Bella hanya bisa menahan napas ketika Sita pergi begitu saja.“Kenapa?” tanya Bella datar.Vian tersenyum. “Gue cuma mau bilang makasih udah khawatirin gue.”Bella mengernyitkan keningnya. “Maksudnya?”“Lo tadi suruh Sita buat tanya kondisi gue, kan? Ternyata lo care juga.”Sekarang Bella tahu kenapa Sita tadi buru-buru pergi ketika melihat Vian. Ternyata karena hal ini.“Gue gak ....” Ucapan Bella terhenti ketika ponselnya berdering. Langsung saja Bella menjawab.“Halo.”“Oh sudah di depan, ya. Saya ke sana sekarang.” “Lo mau ngomong apa tadi?” tanya Vian.“Gue duluan.” Bella tidak menjawab. Dia malah langsung pergi.“Suka banget bikin gue penasaran. Kalau aja bukan Bella udah gue tahan sampai dia selesaiin omongannya,” gumam Vian.***“Bell, mau sampai kapan lo diamin gue? Gue udah minta maaf masa lo gak mau maafin, sih?” kata Baron.Bella yang sedang membaca novel han