Share

Part 9

Author: MarniHL
last update Last Updated: 2023-03-26 18:44:58

“Lo dijemput sama kakak lo yang tadi pagi ya, Bell?” tanya Sita sembari tersenyum.

Bella hanya mengangguk.

“Ya udah, gue tungguin lo aja deh sampai kakak lo datang.”

“Gak usah.” Bella menolak.

“Gak papa kok. Lagian kakak lo juga bentar lagi nyampe, kan?”

“Tapi jemputan lo udah datang.”

Supir pribadi Sita baru saja tiba, tapi Sita malah mau menemani Bella menunggu Baron.

“Aman, gue udah suruh nunggu kok.”

“Terserah lo aja deh.”

Ketika sedang menunggu, Vian menghentikan motornya di depan mereka. Dia membuka kaca helmnya menatap Bella.

“Pulang naik apa? Mau bareng?” tawar Vian.

“Bella dijemput kakaknya.” Bukan Bella yang menjawab, melainkan Sita.

“Oh ya udah, gue duluan, ya.” Vian pun pergi.

Sita tersenyum menatap Bella. “Kalau kakak lo gak jemput lo bakal nerima tawaran Vian buat pulang bareng dia gak?” tanya Sita.

“Enggak.” Bella menjawab tanpa ragu.

“Kenapa?”

“Gue bisa pulang sendiri.”

Sita menghela napas mendengar jawaban Bella. “Gak asik banget lo.”

“Ketemu lagi, nih.” Bella langs
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ARABELLA   Part 10

    Pagi ini Bella berangkat sekolah dengan ojek online. Tadinya Baron ingin mengantar Bella, tapi dia menolak. Bahkan, sejak semalam Bella sama sekali tidak mau berbicara dengan Baron. Bella masih kesal dengan kakaknya itu karena masalah kemarin. Walaupun Baron sudah meminta maaf, tetap saja Bella masih mendiamkannya.“Pagi Bella.” Beno menyapa Bella.Bella menoleh sekilas dan mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas.“Bell, kita temenan, yuk. Gue orangnya baik kok. Gak aneh-aneh.” Beno menjulurkan tangannya ingin berjabat tangan, tapi Bella tidak merespons. Beno jadi malu sendiri lalu menarik tangannya.“Gue tahu mungkin gue, Regan, sama Vian keliatannya murid bandel yang sering ngelanggar aturan sekolah, tapi kita baik kok. Beneran deh,” ucap Beno mencoba meyakinkan Bella agar mau berteman dengannya.“Lo ngapain?” tanya Bella ketika Beno ikut masuk ke dalam kelasnya.Beno yang tersadar langsung tersenyum meringis. “Sorry, gak nyadar. Gue pergi dulu, ya.”Bella hanya geleng

    Last Updated : 2023-04-10
  • ARABELLA   Part 11

    “Bella!”Vian menghampiri Bella yang baru saja keluar dari kelas. Sita mengulum senyum lalu berpamitan pada Bella.Bella hanya bisa menahan napas ketika Sita pergi begitu saja.“Kenapa?” tanya Bella datar.Vian tersenyum. “Gue cuma mau bilang makasih udah khawatirin gue.”Bella mengernyitkan keningnya. “Maksudnya?”“Lo tadi suruh Sita buat tanya kondisi gue, kan? Ternyata lo care juga.”Sekarang Bella tahu kenapa Sita tadi buru-buru pergi ketika melihat Vian. Ternyata karena hal ini.“Gue gak ....” Ucapan Bella terhenti ketika ponselnya berdering. Langsung saja Bella menjawab.“Halo.”“Oh sudah di depan, ya. Saya ke sana sekarang.” “Lo mau ngomong apa tadi?” tanya Vian.“Gue duluan.” Bella tidak menjawab. Dia malah langsung pergi.“Suka banget bikin gue penasaran. Kalau aja bukan Bella udah gue tahan sampai dia selesaiin omongannya,” gumam Vian.***“Bell, mau sampai kapan lo diamin gue? Gue udah minta maaf masa lo gak mau maafin, sih?” kata Baron.Bella yang sedang membaca novel han

    Last Updated : 2023-04-15
  • ARABELLA   Part 12

    “Vian minum dulu. Lo pasti haus, kan?” Seorang cewek memberikan sebotol air mineral pada Vian. Karena Vian baru saja dihukum lari di lapangan sebanyak sepuluh putaran. Dia dihukum karena datang terlambat. “Gak usah San, makasih.” Vian menolak pemberian cewek bernama Sani tersebut. Sani merupakan teman Vian dari TK dan dia sudah cukup lama menyukai Vian. Namun, sayang Vian selalu mengabaikannya. Karena sangat menyukai Vian, dia rela melakukan apapun. Bahkan, ketika Vian dihukum mengerjakan dua ratus soal Matematika. Sania menawarkan diri untuk membantu Vian. Vian sendiri tidak menolak, karena dia juga malas ditambah dia paling tidak suka dengan pelajaran Matematika.“Kenapa sih lo nolak pemberian gue terus? Sekali-kali terima kenapa?”Karena tidak ingin terus diganggu oleh Sani, Vian pun menerimanya.“Yan, nih minumnya.” Beno hendak memberikan air mineral pada Vian, tapi dia menolaknya.“Buat lo aja.”“Loh, gimana sih? Tadi lo suruh gue beli minum, sekarang malah lo gak mau. Tahu gitu

    Last Updated : 2023-04-20
  • ARABELLA   Part 13

    “Bell, bangun. Ayo bangun.” Baron menggoyang tubuh Bella membangunkan adiknya itu.“Apaan sih?” Bella kesal karena Baron mengganggu tidurnya. Apalagi Bella baru tidur sekitar tiga puluh menit yang lalu. “Temenin gue ke mall dong.”Bella yang tadinya masih mengantuk seketika melebarkan matanya. “Hah? Udah gila lo ke mall jam segini?” ucap Bella heran karena saat ini sudah pukul setengah sepuluh malam.“Disuruh dosen beli buku paket dan gue baru ingat.”“Udahlah besok aja. Gue ngantuk.”“Please Bell, kalau gue gak bawa besok gak bisa masuk kelas.”“Itu risiko lo. Siapa suruh lupa. Lagian mall juga bentar lagi udah tutup. Gak bakal keburu.” Bella saat ini benar-benar malas untuk menemani Baron karena dia malas keluar di malam hari. Selain itu dia juga mengantuk dan lelah karena tadi mengerjakan tugas yang cukup banyak.“Gue janji bakal turutin permintaan lo kalau lo mau temenin gue.”“Enggak. Sana keluar.”***Bella berdecak ketika Baron berlari masuk ke dalam mall meninggalkannya. Be

    Last Updated : 2023-05-06
  • ARABELLA   Part 14

    Bella memutar bola matanya malas ketika Baron sedang berkenalan dengan seorang cewek. Baron datang menjemput Bella. Padahal Bella sama sekali tidak meminta kakaknya itu untuk menjemputnya, karena Bella tahu Baron sedang kuliah.“Buruan, woi!” ucap Bella setengah teriak agar Baron mendengarnya.“Bentar.”Tak lama kemudian Baron menghampiri Bella. “Lo bisa sabaran dikit gak? Gak bisa banget liat gue kenalan sama cewek.”“Gue gak pernah peduli lo mau kenalan sama banyak cewek, tapi jangan pas ada gue bisa? Tujuan lo ke sini sebenarnya apa?”“Ya mau jemput lo lah.”“Kalau lo masih mau kenalan sama cewek lain silahkan. Gue bisa pulang sendiri.”Bella sudah bersiap untuk pergi, tapi Baron langsung menahannya. “Eh, jangan ngambek gitu dong.”Baron tentu takut karena pasti Bella akan mengadu pada mama mereka. Dan berakhir Baron akan dimarahi.“Itu bukannya teman lo yang kemarin, ya?” tanya Baron ketika melihat Vian yang sedang mengobrol dengan Beno dan Regan di depan sekolah.“Dia bukan teman

    Last Updated : 2023-05-14
  • ARABELLA   Part 15

    “Ta, ini ice ... Bella?”Bella dan Tata langsung menoleh pada Vian. Keduanya terkejut, tapi Bella segera mengembalikan ekspresinya seperti semula.“Kok Kak Vian tahu Kak Bella? Kalian saling kenal?” tanya Tata yang masih heran.Vian mengangguk lalu memberikan ice cream stroberi yang tadi dipesan Tata. “Kok lo bisa ada di sini?” Vian bertanya.“Kak Bella rumahnya di kompleks ini. Kak Bella juga yang nolongin aku kemarin.” Tata menyahut.“Lo tinggal di dekat sini?” Bella hanya diam. Tidak berniat menjawab. Bella bangkit berdiri. “Gue duluan, ya. Ada urusan,” pamit Bella pada Tata.Tata tersenyum. “Iya kak. Hati-hati, ya.”Vian ingin sekali menahan Bella karena masih ingin mengobrol dengan gadis itu, tapi Vian tahu Bella pasti akan menolak. Menjawab pertanyaannya saja Bella enggan.“Gimana bisa Kak Vian kenal sama Kak Bella? Kalian satu sekolah?”Vian mengambil duduk di samping Tata. “Iya, kita satu sekolah. Tapi dia selalu ngehindar tiap kali gue deketin.”“Bentar, jangan-jangan cewek

    Last Updated : 2023-05-26
  • ARABELLA   Part 16

    Sita melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi wajah kesal. Bukan tanpa alasan, melainkan karena Sani yang tiba-tiba datang ke kelas mereka dan mengajak Bella mengobrol.“Em, San, sorry, gue harus nemenin Sita ke toilet.”“Oh, iya, kalau gitu gue balik kelas dulu, ya.” Sani pun pergi.“Nih, buat lo.” Bella memberikan sebungkus coklat pada Sita.Sita yang tadinya cemberut langsung tersenyum. “Makasih Bella.”Bella tersenyum kecil ketika Sita langsung membuka bungkusan coklat tersebut dan melahapnya.“Kenapa coklatnya gak lo kasihin ke Sani tadi?” tanya Sita.“Emang kalau gue kasih ke Sani lo gak bakal marah?”Sita menggeleng. “Kan dia teman lo. Buat apa gue marah?”“Masa?”“Jangan bikin gue badmood, ya. Masih pagi ini.”“Lo gak suka ya sama Sani?”“Bukan gak suka, cuma gue gak suka aja dia keliatan kayak mau dekat sama lo. Padahal dari dulu dia gak ada teman cewek. Dia temenan cuma sama Vian cs. Makanya aneh aja kalau dia tiba-tiba mau temenan sama lo.”“Mungkin karena kita sefre

    Last Updated : 2023-07-18
  • ARABELLA   Part 17

    “Gue liat-liat kayaknya lo udah akrab banget ya sama Bella,” kata Beno.Beno berjalan menuju kelas bersama Sani. Mereka tadi sempat bertemu dengan Bella di depan.Sani tersenyum. “Iya, emang kenapa? Lo cemburu?”“Ya kali gue cemburu sama Bella. Gue cuma heran aja lo bisa akrab sama orang lain selain kita. Lo kan pernah bilang kalau lo malas temenan sama cewek karena kalau ribut sesama cewek ribet.”Sani manggut-manggut membenarkan. “Iya sih, tapi gue ngerasa temenan sama Bella seru. Karena selera dia sama kayak gue. Dia juga bukan tipe cewek yang ribet.”“Sayangnya dia gak mau deket sama cowok. Coba aja dia mau. Udah gue jadiin pacar.”“Sayangnya gue yakin Bella gak mungkin mau sama lo.”“Lo berdua ngomongin apa?” Keduanya langsung menoleh.Beno tersenyum. “Eh, Vian. Cakep amat.” Jangan sampai Vian dengar omongannya. Karena Vian pasti akan marah padanya.“Udah tahu.”“Yan, semalam gue telfon kok gak diangkat?” tanya Sani.“Gue lagi di luar terus lupa bawa hp. Gue sampai rumah udah kem

    Last Updated : 2023-07-28

Latest chapter

  • ARABELLA   Epilog

    "VIAN!"Vian terkesiap dia langsung bangun dari tidurnya. "Ada apa Bell? Lo kenapa?" tanya Vian yang masih mencoba mengumpulkan kesadarannya.Bella tak segan menimpuk Vian dengan buku yang sedang dipegangnya. Membuat Vian meringis."Lo tuh ya gue kan suruh lo kerjain soal. Kenapa lo malah tidur?""Sorry, Bell. Gue ngantuk banget. Soalnya semalam nobar bola bareng Regan sama Beno.""Oh, jadi semalam lo suruh gue tidur duluan biar lo bisa begadang gitu? Pantes aja waktu gue chat lagi langsung centang satu. Lo sengaja matiin hp biar gue gak ganggu lo, kan?"Vian segera menggeleng. "Gak gitu, Bell. Lo salah paham. Gue bisa jelasin.""Gue gak butuh penjelasan lo. Lo sadar gak sih kita itu udah kelas dua belas. Udah waktunya buat belajar persiapan ujian. Emang lo mau nilai lo jelek terus gak keterima di kampus impian lo?""Enggak. Sorry, Bell, gue janji gak akan kayak gitu lagi.""Gue udah males dengar janji-janji lo. Sekarang lo kerjain soal-soal ini waktu lo cuma tiga jam. Awas aja kalau

  • ARABELLA   Part 120

    "Akhirnya tuan putri yang ditunggu-tunggu turun juga," ucap Vian ketika Bella menghampirinya.Bella sudah berpakaian rapi, tapi wajahnya terlihat jelas baru bangun tidur. Bahkan Bella beberapa kali menguap."Lo ngapain pagi-pagi ngajak gue pergi sih? Gue kan masih ngantuk. Masih pengin tidur.""Semalam kan gue udah sempat chat lo kalau kita mau jalan pagi.""Iya, tapi gue gak liat hp soalnya gue semalam begadang sama Sita sama Sani.""Ya udah, kalau lo gak mau pergi gak papa deh. Cancel aja.""Lah? Kok dibatalin sih? Kan gue udah siap-siap.""Iya, tapi lo kayak gak mau pergi gitu. Daripada nanti mood lo gak bagus mendingan gak usah aja." "Gue bukannya gak mau, Yan, tapi gue ngerasa kepagian aja perginya. Kan bisa kita keluarnya siang atau sore.""Gue ngajak pergi pagi karena gak mau kita kena macet, tapi kalau emang lo masih ngantuk ya udah tidur lagi aja.""Gimana sih lo? Gue kan udah siap-siap. Walaupun gue ngantuk, tapi kan gue mau pergi.""Percuma lo mau pergi kalau mood lo aja g

  • ARABELLA   Part 119

    "Kalian yang semangat belajarnya, ya. Apalagi udah naik kelas dua belas. Harus lebih fokus biar nilainya bagus dan bisa masuk kampus impian kalian." Alan berpesan sebelum dia pergi.Saat ini mereka sedang berada di bandara untuk mengantarkan Alan pulang ke Surabaya. "Lo juga semangat. Semoga bisa cepat dapat cewek baru ya biar gak gangguin Bella lagi," ucap Vian yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bella."Safe flight ya, Lan. Kalau udah sampe kabarin kita," ujar Sita.Alan mengangguk lalu beralih menatap Sani. "San, kalau yang lain gue minta buat rajin belajar gue minta lo istirahat yang banyak, ya."Sani mengernyitkan keningnya. "Kenapa? Lo mau nilai gue jelek? Lo gak suka gue kalau gue masuk kampus bagus?"Alan segera menggeleng tidak mau membuat Sani salah paham. "Gak gitu. Gue cuma pengin lo bisa atur waktu buat kapan belajar dan kapan istrirahat. Jangan lo gunakan semua waktu lo buat belajar. Manusia juga butuh istirahat. Emang lo mau drop lagi kayak kemarin-kemarin? Sekar

  • ARABELLA   Part 118

    Vian mendekati Sani yang kebetulan sedang duduk di depan kelas. "San, gue minta maaf soal kemarin. Niat gue cuma mau nolongin lo.""San, kok lo diam aja?" Sani mengembuskan napas beralih menatap Vian. Beberapa detik kemudian dia tersenyum. "Gue maafin kok.""Beneran?" Sani mengangguk. "Gue takut banget lo jadi benci sama gue karena kejadian kemarin. Terus bokap lo gimana? Marah sama lo gak?""Awalnya marah, tapi gue mutusin buat ungkapin semua yang selama ini gue pendam ke bokap gue. Karena gue capek selalu diam dan ikutin semua kemauan bokap gue. Syukurnya bokap gue sadar dan minta maaf ke gue. Bahkan hubungan kita udah jauh lebih baik."Vian tersenyum lega. Usahanya berhasil. "Syukur deh. Gue lega dengarnya. Soalnya dari kemarin Bella gak tenang banget.""Bella? Gak tenang gimana?""Ya dia takut lo malah diamuk sama bokap lo. Makanya dia jadi kepikiran terus.""Thanks ya, udah mau bantuin gue. Emang sih gue marah karena tindakan lo yang bisa dibilang lumayan membahayakan gue, tap

  • ARABELLA   Part 117

    "Lo berdua ngapain ke sini?" Sani terlihat tidak senang ketika Vian dan Bella datang ke rumahnya.Mungkin kalau tidak ada mamanya Sani sudah mengusir mereka. Karena saat ini dia sedang tidak ingin bertemu dengan siapapun."Gue mau ketemu bokap lo."Sani mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?" Tentu saja Sani heran karena tidak biasanya Vian ingin bertemu dengan papanya. "Mau kasih oleh-oleh dari bokap gue.""Harus banget nunggu bokap gue? Gak bisa dititipin ke gue?"Vian menggeleng. "Bokap gue udah kasih amanah buat gue untuk kasih langsung ke bokap lo tanpa perantara.""Tapi bokap gue baliknya malam. Lo mau nunggu lama?""Gak papa kok. Lagian kita juga gak ada urusan mendadak sih. Jadi kita bisa nunggu lama. Iya kan, Bell?"Bella hanya mengangguk.Sani mengembuskan napas kasar. Terlihat jelas dia tidak suka, tapi dia tidak bisa melakukan apapun selain membiarkan mereka.***"Loh, ada Vian." Irvan, papa Sani yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Untungnya mereka tidak dibuat menun

  • ARABELLA   Part 116

    "Kenapa lo baru bilang kalau lo mau balik ke Surabaya? Kenapa lo cuma ngomong ke Bella? Kenapa gue enggak? Emang teman lo Bella doang?" Pertanyaan beruntun diberikan Sita pada Alan saat Alan memberitahunya kalau dia akan kembali ke Surabaya."Makanya sekarang gue bilang ke lo kan.""Tapi kenapa baru sekarang? Kenapa gak dari lama? Bella udah tahu duluan. Lo gak anggap gue teman lo, ya? Iya, gue tahu emang gue jarang ngobrol sama lo, tapi kan setidaknya gue juga harus tahu." Ekspresi Sita terlihat kesal.Alan mengembuskan napasnya sejenak. "Oke, gue salah. Gue minta maaf karena baru ngomongnya sekarang. Lo mau kan maafin gue? Gue traktir apapun yang lo mau sebelum gue balik."Sita menatap Alan sinis. "Lo pikir gue bisa disuap sama makanan?""Gak gitu, Ta. Gue cuma pengin lo maafin gue aja. Kalau lo gak mau gue traktir terus lo mau gue gimana biar bisa lo maafin?"Sita terdiam cukup lama sembari sibuk dengan ponselnya. "Gue mau lo hari ini beliin semua yang gue mau. Nih listnya." Sita m

  • ARABELLA   Part 115

    "Bella!" Sita berlari menghampiri Bella lalu memeluknya erat. "Gue bangga banget sama lo, Bell. Lo emang terbaik. Gue tahu lo emang hebat. Dengan kayak gini lo bisa nutup mulut orang-orang yang selalu beranggapan kalau lo itu gak ada apa-apanya dibanding Sani," ujar Sita sembari melirik sinis beberapa siswa yang lewat. Sita ingat betul kalau siswa-siswa tersebut adalah orang yang pernah meremehkan Bella karena Bella berhasil meraih peringkat pertama saat ujian tengah semester mengalahkan Sani.Bella mengembangkan senyumnya. "Makasih Ta, tapi kayaknya lo agak berlebihan deh mujinya. Gue biasa-biasa aja kok. Gak sehebat itu.""Udah deh gak usah merendah gitu. Gue tahu lo paling hebat. Sorry ya kemarin gue gak ngucapin."Bella mengangguk. "Iya, gak papa kok. Kan lo sakit. Masa gue mau marah sama lo yang lagi sakit.""Btw, gue belum liat Sani. Ke mana ya dia?"Bella menatap Sita sedikit heran. Tidak biasanya Sita menanyakan Sani. Apa mungkin Sita sudah tidak marah lagi dengan Sani?"Belum

  • ARABELLA   Part 114

    "Yan, daftar peringkat nilai UAS udah keluar. Lo gak mau liat?" tanya Regan."Nanti aja." "Loh? Kenapa? Bukannya lo nunggu dari kemarin?""Emang, tapi gue gak siap. Gue takut gak sesuai sama harapan gue. Gue takut ngecewain Bella.""Lo kan udah usaha, Yan. Bella juga pasti ngerti kok."Vian menggeleng. "Syarat gue baikan sama dia kan peringkat gue harus bagus. Gue gak yakin kalau gue bisa masuk sepuluh besar.""Mungkin Bella ngomong kayak gitu biar lo lebih rajin belajar. Percaya sama gue Bella pasti bakal bangga sama lo apalagi ngeliat usaha lo yang belajar mati-matian.""Gan! Regan!" "Apasih Ben? Teriak-teriak emang gue budek.""Lo udah liat peringkat lo belum? Gila, lo di peringkat sebelas, bro! Gak nyangka gue. Keren juga lo," ucap Beno yang begitu antusias.Regan tersenyum bangga. "Iya lah, emang lo peringkat lima puluh."Beno menatap Regan sinis. "Sombong amat!" Beno beralih menatap Vian. "Lo gak mau ngecek peringkat lo? Tadinya mau gue foto, tapi keburu rame jadinya gak sempa

  • ARABELLA   Part 113

    "Kenapa?"Terdengar helaan napas lega dari seberang sana ketika Bella menjawab telepon masuk. 'Akhirnya lo angkat juga. Gue telfon daritadi hp lo gak aktif.'"Sengaja gue matiin biar fokus belajar."'Masih belajar gak? Takutnya gue ganggu.'"Kenapa?" Bella kembali bertanya karena belum mendapatkan jawaban.'Gue cuma mau bilang kalau lo jangan salah paham ya soal yang lo liat tadi. Gue tadi cuma berusaha buat nenangin Sani.'"Oke." Setelahnya Bella langsung memutuskan sambungan panggilan begitu saja. Bella kembali mematikan ponselnya karena dia tahu Vian pasti akan kembali menghubunginya dan dia sedang tidak ingin diganggu.Bella mengerti kalau Vian memang mencoba untuk menenangkan Sani. Hanya saja sebagai pacar Vian tentu Bella merasa cemburu, tapi tidak mungkin dia memperpanjang masalah karena Bella malas ribut di hari-hari yang penting ini. Yang ada malah membuat dia tidak fokus belajar dan akan mempengaruhi nilai ujiannya. Lagipula Vian juga sudah berusaha untuk menjelaskan padanya

DMCA.com Protection Status