"Bella! Bella bangun, nak. Udah pagi. Kamu harus berangkat sekolah."
Bella menggeliat kecil kala sang ibu membangunkannya."Ayo mandi dulu. Ingat, kamu udah pindah ke sekolah yang baru. Jangan sampai telat," ucap sang ibu."Iya ma." Bella pun beranjak dari kasur lalu bergegas ke toilet untuk mandi. Ini adalah hari pertamanya ia bersekolah di sekolah yang baru. Jangan sampai ia mendapat kesan buruk dihari pertamanya bersekolah.Tak lama kemudian, Bella sudah selesai mandi dan berpakaian. Bella pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tua dan juga kakaknya. Ya, Bella memiliki seorang kakak laki-laki yang kebiasaannya menjahili Bella."Pagi Pa, Ma, Kak.""Pagi sayang.""Ingat pindah ke sekolah baru jangan bikin masalah," ucap sang kakak, Baron."Iya bawel." Bella mengunyah roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaannya.Setelah menghabiskan sarapannya, Bella pun berpamitan pada kedua orang tuanya."Mau gue antar gak?" tawar Baron.Bella menoleh pada kakaknya dengan satu alis terangkat. "Tumben? Kesambet apaan lo?"Tentu saja Bella heran, karena kakaknya itu tidak akan mau mengantarnya ke sekolah setiap kali Bella minta tolong. Kecuali kalau sang mama yang sudah turun tangan."Enggak, gue cuma mau antarin adik tersayang gue aja. Sekalian mau liat calon teman-temannya.""Bilang aja mau liatin cewek-cewek. Dasar cowok." Bella pun pergi."Eh, yakin lo gak mau gue antar? Mumpung gue lagi baik, nih.""Gak! Makasih!"*****Bella menarik napas lalu mengembuskannya. Hal itu ia lakukan berulang kali setelah sampai di depan bangunan tinggi yang merupakan sekolah barunya.Ada rasa gugup dalam diri Bella, karena dirinya merupakan seorang yang cukup sulit untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan baru. Bella takut ia tidak mendapatkan teman di sekolah baru.Setelah meyakinkan dirinya, Bella pun melangkah masuk.Saat sudah masuk, rasa gugup kembali menyelimuti dirinya, karena kini banyak pasang mata yang tertuju padanya. Dan tatapan mereka membuatnya sangat tidak nyaman. Rasanya Bella ingin menghilang. Namun, Bella memberanikan diri untuk mendekati tiga orang cewek untuk menanyakan ruangan administrasi."Permisi, mau nanya ruang administrasi di mana, ya?""Nanti lurus aja terus belok kiri.""Oke, makasih."Tanpa berlama-lama Bella langsung pergi. Agar tidak membuang waktu. Disamping itu ia juga ingin segera menghindar dari tatapan aneh murid-murid yang ada di situ.*****"Tumben banget teman gue yang satu ini udah di kelas."Seorang cowok yang merupakan teman Vian mengambil duduk di sampingnya. Cowok itu bernama Regan."Gak usah ganggu gue. Gue mau tidur." Vian yang menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya sama sekali tidak berniat untuk mengangkat kepalanya. Vian saat ini benar-benar mengantuk. Vian sengaja datang cukup pagi agar bisa tidur di kelas meskipun hanya beberapa menit."Pasti begadang lagi. Makanya kalau main game itu tahu batasan. Jangan sampai lupa waktu. Gue aja bisa atur waktu kapan belajar, kapan main game, dan kapan istirahat. Makanya gue gak pernah telat ke sekolah," ucap Regan membanggakan dirinya."Bacot!" Karena kesal dengan Regan yang mengganggu tidurnya, Vian pun memasukkan kertas ke dalam mulut Regan.Regan tentu terkejut. Lalu segera mengeluarkan kertas tersebut dari mulutnya."Tega banget sih lo sama gue. Padahal gue aja gak pernah jahat sama lo," ucap Regan dramatis."Mau gue kasih makan kaos kaki gue?"Dengan cepat Regan menggeleng. Tentu saja Vian tidak bercanda."Mau kemana lo?" Regan bertanya ketika Vian bangkit berdiri."Cari tempat sepi buat tidur. Biar gak ada yang ganggu gue.""Ya udah, jangan lama-lama. Keburu Pak Edi masuk."Vian hanya mengangguk. Saat ia baru di depan pintu, seseorang menghadangnya."Vian! Gue ada berita penting.""Gue gak mau dengar," ujar Vian tidak peduli. Vian yakin berita yang dibilang penting oleh temannya yang bernama Beno itu adalah berita yang tidak penting."Dengar dulu dong. Kali ini beneran berita penting.""Berita penting apa?" Regan yang penasaran langsung mendekati Beno."Ada anak baru di kelas Mipa 4. Katanya cantik."Vian berdecak. Sudah ia duga berita penting yang dibilang Beno adalah berita yang sangat-sangat tidak penting untuknya."Minggir." Vian mendorong Beno agar tidak menghalangi jalannya."Lo gak mau dekatin, Yan? Siapa tahu cocok."Vian tidak menjawab. Cowok itu terus berjalan menjauh."Lo gak bohong, kan, No?" tanya Regan memastikan."Ya iyalah masa gue bohong.""Ya udah, kalau gitu temenin gue ke kelas Ipa 4."Beno mengernyit heran. "Hah? Mau ngapain?""Mau liat cewek itu lah. Sekalian ngajak kenalan.""Udah gila lo. Gue gak mau. Lo pergi aja sendiri."*****Bella hanya tersenyum ketika mendengar teman barunya bercerita. Ya, saat ini Bella sudah mendapatkan teman baru. Sita namanya. Gadis yang cukup cerewet.Keduanya kini sedang berjalan menuju perpustakaan. Karena guru di kelas mereka menyuruh keduanya untuk meminjam buku paket di perpustakaan."Jadi lo pindahan dari Surabaya? Bisa ngomong bahasa Jawa dong.""Em, dikit.""Coba ngomong dikit dong. Gue pengin dengar.""Em, Sita, ini belok kiri atau kanan?" tanya Bella ketika mereka sampai di pertigaan. Pasalnya, Bella belum mengetahui di mana letak perpustakaan."Kanan." Bella mengangguk lalu berbelok ke kanan."Bell, tungguin gue. Jalannya jangan cepat-cepat dong."*****Ketika mereka sampai di perpustakaan, Bella langsung berjalan menuju rak buku. Mencari buku paket yang diminta oleh sang guru."Ini Bell, bukunya." Sita langsung menunjukkan letak buku paket tersebut ketika Bella masih mencari-cari.Mereka berdua mengambil buku paket tersebut sesuai dengan jumlah murid yang ada di kelas.Saat hendak pergi, Bella menatap seorang cowok yang berada di pojok. Cowok itu menenggelamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya. Bella tidak habis pikir kenapa ada orang yang menyalahgunakan perpustakaan seperti ini."Lo liat apa Bell?" Sita yang sudah berjalan lebih dulu kembali menghampiri Bella.Sita mengikuti arah pandangan Bella. Kemudian ia tersenyum. "Cowok itu namanya Vian. Dia ganteng, tapi nakal. Sering PHP-in cewek juga. Dulunya sih gue suka dia, tapi sekarang udah enggak.""Tiap hari dia emang tidur di perpus?""Gak tiap hari sih, tapi lumayan sering."Bella hanya geleng-geleng kepala, lalu pergi."Eh, Bell tungguin!"Setelah mereka pergi, Vian mengangkat kepalanya. Lalu mengarahkan pandangannya ke segala arah. Vian mendengar suara seorang cewek yang tidak asing di telinganya. Vian menggeleng. Pasti ia salah dengar. Vian pun kembali melanjutkan tidurnya.*****"Bell, ayo ke kantin," ajak Sita.Bella yang cukup lapar hanya mengangguk. Lalu mengikuti Sita.Saat sampai di kantin mereka langsung membeli makanan. Bella membeli nasi ayam kesukaannya, sedangkan Sita membeli bakso.Ketika selesai membeli dan hendak berjalan menuju meja mereka, Sita malah menabrak seorang cowok membuat bakso yang dipegangnya tumpah mengenai baju cowok itu.Sita membulatkan kedua matanya ketika tahu kalau yang ia tabrak adalah Vian."So ... Sorry, Vian. Gue gak sengaja. Gue bersihin, ya." Sita hendak menyentuh baju seragam Vian, namun ditepis oleh cowok itu."Gan, mana minuman lo?" tanya Vian pada Regan."Nih, emang kenapa?" Tanpa menjawab pertanyaan Regan, Vian langsung mengambil alih minuman tersebut.Seolah tahu apa yang ingin dilakukan Vian, Bella langsung menahan tangan Vian.Vian yang kesal karena seseorang yang berani menahannya langsung terkejut ketika melihat wajahnya."A ... Arabella?"******************************"A ... Arabella?"Bella terkejut. Bagaimana tidak terkejut. Vian mengetahui namanya. Dan tatapan cowok itu seolah sudah mengenali Bella sebelum Bella pindah ke sekolah ini. Padahal Bella baru pertama kali bertemu Vian.Tidak hanya Bella yang terkejut, Sita, Regan dan Beno pun ikut terkejut. Apakah mereka berdua saling mengenal?"Lo tahu nama gue?" tanya Bella masih terkejut.Vian mengangguk lalu tersenyum. "Gue yang waktu itu balikin KTP lo."Bella terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian ia pun sadar. Kini Bella mengingat Vian. Cowok itu yang ia temui saat ia masih di Surabaya."Udah ingat, kan?" tanya Vian ketika merasa Bella sudah mengingatnya.Bella hanya mengangguk. "Gue yakin lo udah lupa nama gue. Jadi gue mau kita kenalan. Gue Vian." Vian menjulurkan tangannya."Bella." Vian hanya tersenyum karena Bella tidak menyambut tangannya. Sedangkan Regan dan Beno yang berada di belakang Vian hanya menahan tawa. Karena baru kali ini Vian diabaikan oleh cewek."Mau gabung sama gue? Keb
Bella baru saja selesai mencuci muka. Ia mengeringkan dengan tisu lalu memakai serangkaian skincare. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, terdapat sebuah notifikasi di ponselnya.Bella hanya menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.Setelah selesai, Bella langsung mengecek ponselnya. Ternyata notifikasi dari media sosialnya yaitu instagram. Di sana tertulis kalau akun dengan nama pengguna Alvian baru saja mengikuti akunnya.Untuk memastikan kalau tidak salah orang, Bella pun mengecek profilnya. Dan benar saja ternyata akun tersebut adalah milik Alvian yang ia kenal. Alih-alih menekan tombol untuk mengikuti akun Vian, Bella malah menekan tombol blokir.Bella kembali menaruh ponselnya di nakas, kemudian memilih untuk tidur.*****"Kenapa lo?" tanya Regan melihat Vian yang sedari tadi menatap ponsel. Seperti sedang menunggu sesuatu.Saat ini Regan dan Vian sedang berada di rumah Vian. Keduanya hampir setiap malam datang ke rumah Vian karena cowok itu yan
Vian menatap Bella sembari tersenyum. Akhir-akhir ini memperhatikan Bella menjadi kesukaannya. Bella merupakan gadis cantik yang mampu menarik perhatiannya."Kedip dong," ujar Regan.Vian tidak peduli."Gue gak pernah percaya sama cinta pada pandangan pertama, tapi ternyata benar-benar ada, ya," kata Beno sambil geleng-geleng."Mana terjadi sama teman kita lagi," timpal Regan.Vian mengalihkan pandangannya pada Regan dan Beno. "Gue mau minta pendapat lo berdua.""Apa?" Kompak keduanya."Gimana cara deketin cewek?"Keduanya tertawa membuat Vian menatap tajam mereka. "Jawab!"Mereka langsung berhenti tertawa. "Em, gue mau mastiin. Lo beneran mau pacarin Bella atau cuma penasaran aja?" Beno bertanya."Dan kayak yang kita bilang sebelumnya Bella susah dideketin. Anaknya dingin. Lo yakin?" Regan menimpali.Vian mengangguk. "Yakin. Makanya lo berdua harus bantuin gue.""Kenapa kita harus bantuin lo?""Kan lo berdua yang pengalaman deketin cewek.""Iya, tapi kan kita gak pernah deketin cewe
Bella berjalan menuju kelas Vian. Bella ingin mengembalikan jaket cowok itu. Semalam, Bella sudah menaruhnya di dalam tas agar tidak lupa.“Eh, ini anak baru yang ditaksir Vian, ya? Cantik sih, tapi gak cantik-cantik amat. Cantikan juga gue.”“Iyalah. Cantikan lo kemana-mana kali. Kayaknya Vian dipelet deh sama dia.”Bella mendengar omongan mereka, tapi Bella mengabaikannya. Bella merasa tidak penting mengurus hal sepele seperti itu. Lagipula Bella sudah biasa mendapat omongan seperti itu. Baginya itu hanyalah hal biasa.“Pagi Bella. Tumben ke kelas kita. Mau cari Vian, ya?” ucap Regan sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Vian belum datang. Kayaknya dia datang telat.”“Boleh minta tolong?” pinta Bella.“Boleh-boleh. Mau minta tolong apa?”Bella memberikan jaket Vian. “Tolong kasih ke Vian.”Regan pun menerimanya. “Oke Bell.”Regan menoleh pada kedua cewek yang tadi menjelek-jelekan Bella. Sampai sekarang pun keduanya masih membicarakan Bella.“Lo berdua gak ada kerjaan, ya? Pag
“Bentar, ini gue gak salah denger, kan? Lo dapat bekal dari Bella?” Sita bertanya memastikan. Pasalnya, tadi Bella mengaku padanya kalau Bella lupa membawa bekal. Lalu bagaimana bisa Bella memberikan bekal pada Vian?Vian mengangguk. “Iya, gue dapat dari Bella.”“Sit.” Mereka berempat menoleh.“Duduk Bell.” Regan menyuruh Bella duduk.Bella mengangguk, lalu duduk di samping Sita.“Bell, kotak bekal yang dipegang Vian beneran dari lo?” Beno bertanya.Bella menatap kotak bekalnya yang dipegang Vian. Lalu Bella terdiam sejenak. Sudah Bella duga pasti ini akan terjadi. Harusnya tadi dia tidak usah ke kantin. Bella tidak bisa berbohong. Yang ada Sita malah makin marah padanya.“Iya, gue yang kasih.”“Kenapa lo bohong sama gue? Bukannya tadi lo bilang kalau lo lupa bawa?” Sita bertanya.“Sorry, Sit. Gue kasih ke Vian karena dia udah nolongin gue kemarin.”Sita kemudian tersenyum. “Iya, gak papa. Harusnya lo jujur aja kalau bekalnya lo kasih ke Vian. Kenapa harus bohong segala?”Bella ikut t
“Bell.” Baron menghampiri Bella yang sedang duduk di tepi kolam renang. Kedua kaki Bella dia masukkan ke dalam kolam. Bella menoleh sejenak pada Baron, lalu kembali menatap ke depan.Baron mengambil duduk di samping Bella. “Cowok yang tadi beneran temen lo?” tanya Baron.Bella tidak menjawab. Bukannya tidak mau menjawab, hanya saja Baron sudah berulang kali menanyakan pertanyaan yang sama. Dan Bella juga memberikan jawaban yang sama, tapi sepertinya Baron tidak percaya dengan jawaban Bella. Bella jadi capek sendiri menjawab Baron.“Bell, jawab dong. Jangan diam aja.”“Gue udah jawab sebelumnya dan jawaban gue tetap sama. Kalau lo gak percaya lo bisa langsung tanya ke orangnya.”Baron mengambil alih camilan yang sedang dimakan Bella membuat Bella menatap Baron tajam. Tapi Baron tidak peduli. Baron memakan camilan tersebut tanpa rasa bersalah.“Gue nanya buat mastiin aja. Soalnya gue ngerasa gak asing. Kayak pernah liat dia, tapi gak tahu di mana.”“Mungkin mukanya pasaran.”“Sembarang
Bella turun dari motor Baron ketika sampai di sekolahnya. Sebenarnya Bella akan berangkat dengan ojek online, tapi Baron malah memaksa agar mau mengantarnya. Bella tahu Baron sengaja mengantarnya karena ingin melihat cewek-cewek di sekolahnya. Bella sangat tahu isi pikiran kakaknya.“Woi!” teriak Bella membuat Baron yang sedang menatap cewek-cewek langsung terkejut.“Apaan sih lo! Gak usah teriak-teriak bisa gak?” kesal Baron.“Nih, helmnya.” Bella memberikan helm pada Baron.Baron menerimanya. “Pulang sekolah gue jemput, ya.”“Gak usah.” Bella menolak.“Loh, kenapa? Gue kan mau jemput lo. Daripada lo naik ojek online. Mumpung gue lagi baik, nih.”“Gue bisa pulang sendiri dan gue gak butuh niat baik lo.”“Kenapa?” tanya Baron lagi. Tidak puas dengan jawaban Bella.“Gue tahu lo gak benar-benar mau jemput gue. Buktinya sekarang lo aja fokus liatin cewek-cewek.”Baron tersenyum. “Karena lo udah tahu, gimana kalau gue jemput lo nanti?”“Gak!” Bella langsung masuk ke sekolah.*****“Tadi d
“Lo dijemput sama kakak lo yang tadi pagi ya, Bell?” tanya Sita sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Ya udah, gue tungguin lo aja deh sampai kakak lo datang.”“Gak usah.” Bella menolak.“Gak papa kok. Lagian kakak lo juga bentar lagi nyampe, kan?”“Tapi jemputan lo udah datang.” Supir pribadi Sita baru saja tiba, tapi Sita malah mau menemani Bella menunggu Baron. “Aman, gue udah suruh nunggu kok.”“Terserah lo aja deh.”Ketika sedang menunggu, Vian menghentikan motornya di depan mereka. Dia membuka kaca helmnya menatap Bella.“Pulang naik apa? Mau bareng?” tawar Vian.“Bella dijemput kakaknya.” Bukan Bella yang menjawab, melainkan Sita.“Oh ya udah, gue duluan, ya.” Vian pun pergi.Sita tersenyum menatap Bella. “Kalau kakak lo gak jemput lo bakal nerima tawaran Vian buat pulang bareng dia gak?” tanya Sita.“Enggak.” Bella menjawab tanpa ragu.“Kenapa?”“Gue bisa pulang sendiri.”Sita menghela napas mendengar jawaban Bella. “Gak asik banget lo.”“Ketemu lagi, nih.” Bella langs